Unilever Indonesia Belum Tinjau Ulang Setoran ke Perusahaan Induk

Direktur Customer Operation Unilever Indonesia Enny Hartati Sampurno menuturkan, besaran royalti yang berlaku saat ini adalah sebesar 5 persen dari total penjualan ke pihak ketiga.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Mei 2022, 12:39 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2022, 12:39 WIB
Ilustrasi Unilever Indonesia (unilever.co.id)
Ilustrasi Unilever Indonesia (unilever.co.id)

Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) belum berencana untuk meninjau ulang besaran royalti yang harus dibayar pada perusahaan induk, kendati beban operasional bertambah akibat kenaikan harga komoditas.

Direktur Customer Operation Unilever Indonesia Enny Hartati Sampurno menuturkan, besaran royalti yang berlaku saat ini adalah sebesar 5 persen dari total penjualan ke pihak ketiga.

"Memang kita membayar ke parent company kita. 3 persen untuk trademark dan 2 persen untuk technology karena memang hampir 85 persen dari brang kita itu global brand, kami sangat leverage global scale, termasuk technology dan intellectual property dari global,” kata dia dalam konferensi pers, ditulis Jumat (6/5/2022).

Enny mengatakan, Unilever Indonesiamasih akan tunduk pada perjanjian yang saat ini berlaku, sekaligus menyesuaikan dengan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Unilever Indonesia diketahui menyampaikan perubahan atas perjanjian royalti pada Desember 2012.

Saat itu, perusahaan mengumumkan perubahan royalti dari semula 3,5 persen dari total nilai omzet, menjadi 5 persen plus actual cost recovery dengan nilai maksimum 3 persen.

Rinciannya, Trade Marks Licence Agreement (TMLA) atau perjanjian lisensi merek dan Technology License Agreement (TLA) yang semula 2 persen dari nilai omzet per tahun, naik jadi 5 persen mulai 2015. Masing-masing 3 persen untuk lisensi merek dan 2 persen lisensi teknologi.

"Kita kembali pada perjanjian, dan yang berlaku saat ini masih di 5 persen. Tapi kita juga akan comply dengan peraturan yang dikeluarkan oleh OJK,” kata Enny.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kinerja

Unilever Bakal Hilangkan Kata Normal untuk Menyebut Tipe Rambut dan Kulit pada Kemasan
Ilustrasi Unilever

Merujuk laporan keuangan Unilever Indonesia hingga kuartal I 2022, pembayaran untuk beban jasa dan royalti tercatat sebesar Rp 740,34 miliar, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 846,95 miliar.

Pada periode tersebut, perseroan mencatat penjualan bersih Rp 10,8 triliun. Penjualan domestik tumbuh sebesar 5,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Perseroan juga berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 19 persen yoy dengan membukukan laba sebesar Rp 2 triliun.

Perseroan sendiri tak menampik adanya dampak dari kenaikan harga komoditas belakangan ini. Enny mengatakan, kenaikan harga komoditas mempengaruhi hingga 20 persen biaya (cost) perseroan.

"Sebenarnya harga-harga ini volatile banget, dan naiknya di luar perkiraan… Impactnya ke Unilever Indonesia itu, sekitar 15 persen sampai 20 persen dari komponen cost kita itu terpengaruh oleh pergerakan dari harga tersebut,” ungkap Enny.

Intip Rencana Belanja Modal pada 2022

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
IHSG

Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih akan melanjutkan ekspansi pada 2022. Untuk itu, belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini difokuskan untuk mengoptimalkan pengembangan kategori-kategori produk yang mengalami pertumbuhan.

“Capital expenditure kita itu range-nya sekitar 2-2,5 persen dari turnover perusahaan dalam satu tahun. Dipakai untuk, pertama, ekspansi dari manufactory kita. Yaitu untuk kategori-kategori yang mengalami pertumbuhan,” kata Direktur Customer Operation PT Unilever Indonesia Tbk, Enny Hartati Sampurno dalam wawancara eksklusif bersama PT Unilever Indonesia Tbk, ditulis Jumat, 29 April 2022.

Selain itu, belanja modal tahun ini juga akan dialokasikan untuk peremajaan atau modernisasi peralatan yang ada di pabrik Unilever Indonesia. Tak ketinggalan, Perseroan juga akan menambah investasi di infrastruktur, seperti kabinet es krim.

“Sumber dananya dari profit perusahaan serta working capital management,” imbuh Enny.

Pada kuartal pertama tahun ini, perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 19,0 persen yoy menjadi 2 triliun.

Pada periode tersebut, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk, Ira Noviarti menyampaikan distributive trade perseroan mencatatkan pertumbuhan double digit. Sementara channel e-commerce menggandakan kinerja dengan bertumbuh sebesar 100 persen.

Empat divisi yang berhasil mendorong pertumbuhan perseroan adalah divisi Food, Beverage, Personal Care, dan Unilever Foods Solution (UFS).

“Saya percaya dan optimis bahwa kami sudah berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan pertumbuhan bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, dan bertanggung jawab. Semoga mobilitas terus naik, perekonomian negara semakin membaik, dan kami dapat terus bertumbuh bersama masyarakat Indonesia,” ujar Ira.

Hadapi Dampak Kenaikan Harga Komoditas

IHSG Menguat
IHSG

Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengakui ada imbas kenaikan harga komoditas saat ini. Direktur Customer Operation PT Unilever Indonesia Tbk, Enny Hartati Sampurno mengatakan, kenaikan harga komoditas mempengaruhi hingga 20 persen biaya (cost) perseroan.

"Sebenarnya harga-harga ini volatile banget, dan naiknya di luar perkiraan. Impact-nya ke Unilever Indonesia itu, sekitar 15 persen sampai 20 persen dari komponen cost kita itu terpengaruh oleh pergerakan dari harga tersebut ungkap Enny dalam wawancara eksklusif bersama PT Unilever Indonesia Tbk, Kamis, 28 April 2022.

Namun demikian, Enny mengatakan perseroan telah memiliki sejumlah strategi untuk memitigasi pembengkakan biaya akibat kenaikan harga komoditas.

Salah satunya dengan melakukan penghematan internal dari seluruh lini usaha perseroan hingga 9 persen pada 2022. Angka itu naik sekitar dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya, di mana perseroan melakukan penghematan biaya di kisaran 5 persen.

"Jadi kalau di tahun-tahun sebelumnya, setiap tahun kita harus save sekitar 4-5 persen dari cost. Target saving tahun ini dinaikkan cukup tinggi, 7–9 persen,” kata Enny.

Selain itu, perseroan juga melakukan penghematan eksternal. Yakni bekerja sama dengan supplier dalam rangka mendapatkan alternatif dari bahan baku. Di saat bersamaan, Unilever Indonesia berupaya untuk tidak membebankan kenaikan tersebut seluruhnya kepada konsumen.

“Kita tidak akan pass on a whole of kenaikan commodity cost itu kepada konsumen,” ujar dia.

 

Kinerja Kuartal I 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi laporan keuangan

Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengumumkan laporan kinerja keuangan untuk kuartal I 2022. Setelah dua tahun menghadapi berbagai tantangan selama pandemi Covid-19, Perseroan berhasil mencetak kinerja positif pada awal 2022.

Pada kuartal I 2022, perseroan mencatat penjualan bersih Rp 10,8 triliun. Di mana penjualan domestik tumbuh sebesar 5,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Perseroan juga berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 19 persen yoy dengan membukukan laba sebesar Rp 2 triliun.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 28 April 2022, Perseroan juga mencatat laba Rp 2,02 triliun pada kuartal I 2021. Laba perseroan tumbuh 19,02 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,69 triliun. Laba per saham dasar naik menjadi Rp 53 pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 45.

Sementara itu, laba bruto susut 2,22 persen menjadi Rp 5,27 triliun selama tiga bulan pertama 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,39 triliun. Perseroan menekan beban pemasaran dan penjualan menjadi Rp 1,98 triliun pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,17 triliun.

Beban umum dan administrasi susut dari Rp 994,71 miliar pada kuartal I 2021 menjadi Rp 651,98 miliar pada kuartal I 2022. Namun, beban lain-lain naik menjadi Rp 1,2 miliar pada kuartal I 2021 dari sebelumnya Rp 417 juta. Dengan demikian, laba usaha naik 18,57 persen dari Rp 2,22 triliun pada kuartal I 2021 menjadi Rp 2,63 triliun pada kuartal I 2022.

Total ekuitas perseroan naik menjadi Rp 6,38 triliun pada Maret 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 4,32 triliun. Total liabilitas turun menjadi Rp 14 triliun pada Maret 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 14,74 triliun.

Perseroan mencatat aset naik menjadi Rp 20,39 triliun pada kuartal I 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 19,06 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 552,73 miliar pada 31 Maret 2022. Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk, Ira Noviarti menerangkan, pertumbuhan pada kuartal I 2022 ini didorong oleh upaya membangun fundamental kuat untuk pertumbuhan dan kemenangan jangka panjang.

Hal itu difokuskan dan dilakukan secara konsisten oleh Perseroan sejak pertengahan 2021. Hal ini juga didukung oleh pulihnya perekonomian Indonesia dan kembalinya mobilitas masyarakat yang mendorong peningkatan daya beli konsumen.

"Ini adalah awal yang kuat untuk tahun 2022 yang kami harap akan terus membaik bagi Unilever Indonesia. Penting bagi perusahaan sebesar kami untuk memiliki fundamental yang solid agar kembalinya pertumbuhan ini terus berjalan,” ujar Ira, Kamis, 28 April 2022.

Kontribusi Bisnis

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi laporan keuangan

Ira menambahkan, tim Unilever Indonesia menekankan pentingnya menguatkan fundamental bisnis yang berfokus pada tiga pilar. Yaitu memperkuat pondasi di distributive trade, kemudian membangun kekuatan di channel modern trade dan channel masa depan (e-Commerce). Serta meningkatkan investasi serta kekuatan di kategori dan brand-brand kunci.

"Menguatnya fundamental-fundamental tersebut menjadi kunci pertumbuhan Unilever Indonesia. Di kuartal ini, Distributive Trade Perseroan mencatatkan pertumbuhan double digit, sementara channel e-commerce menggandakan kinerja dengan bertumbuh sebesar 100 persen,” ungkap Ira.

Empat divisi yang berhasil mendorong pertumbuhan Perseroan adalah divisi Food, Beverage, Personal Care, dan Unilever Foods Solution (UFS). Brand Royco, Bango dan Buavita menjadi penopang utama pertumbuhan divisi Food dan Beverage.

Demikian juga halnya dengan divisi Personal Care yang berhasil membukukan pertumbuhan penjualan didorong oleh kinerja yang kuat dari kategori Oral Care dan Deodorant.

Hasil yang membanggakan juga ditunjukkan oleh Unilever Foods Solution (UFS) yang bertumbuh sebesar 25 persen. Kinerja ini berhasil membawa UFS pada posisi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum pandemi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya