Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu catat kinerja positif sepanjang semester I 2022. Bahkan kinerja IHSG berada di posisi pertama di ASEAN dan Asia Pasifik.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu, (3/7/2022), IHSG naik 5,02 persen pada semester I 2022. IHSG ditutup ke posisi 6.911,58 pada 30 Juni 2022. Kinerja IHSG yang tumbuh 5,02 persen selama semester I 2022 berada di posisi pertama di antara indeks acuan di bursa saham ASEAN dan Asia Pasifik. Bahkan mencatat kinerja positif di antara bursa saham lainnya di ASEAN dan Asia Pasifik.
Baca Juga
Kinerja indeks acuan di bursa saham ASEAN dan Asia Pacifik cenderung lesu. Di ASEAN, indeks acuan Singapura STI turun tipis 0,38 persen sepanjang semester I 2022, dan berada di posisi dua. Disusul indeks acuan Thailand SETi yang melemah 5,38 persen. Demikian juga di Asia, kinerja IHSG dan indeks acuan Singapura STI yang tempati posisi pertama dan kedua.
Advertisement
Sepanjang semester I 2022, indeks sektor saham energi memimpin penguatan. Indeks sektor saham IDXenergy melonjak 43,76 persen. Disusul indeks sektor saham transportasi dan logistik menanjak 23,46 persen, dan indeks sektor saham IDX industri melambung 16,76 persen.
Sementara itu, indeks sektor saham IDXteknologi memimpin koreksi selama enam bulan pertama 2022. Indeks sektor IDXtechnology susut 12,33 persen. Disusul indeks sektor saham properti dan real estate atau IDXproperty and real estate turun 12,18 persen, diikuti indeks sektor saham IDXsector keuangan merosot 5,86 persen. Sepanjang 2022, investor asing mencatat aksi beli bersih saham mencapai Rp 61,13 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas Indonesia, Herditya Wicaksana menuturkan, kinerja IHSG cukup baik pada semester I 2022 didorong oleh pemulihan ekonomi dalam negeri yang mulai berjalan. Hal ini seiring kasus COVID-19 yang melandai dan relaksasi mobilisasi masyarakat. Di sisi lain, Indonesia diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas akibat konflik Rusia-Ukraina.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proyeksi IHSG
“Namun, di sisi lain perlu dicermati dengan adanya inflasi yang tinggi di negara-negara maju dan ancaman resesi di Amerika Serikat. Hal tersebut dapat akibatkan agresifnya kebijakan moneter dari the Fed dan memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Lalu bagaimana dengan proyeksi IHSG ke depan?
Dalam keterangan tertulis, Chief Economist dan Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan menuturkan, pihaknya masih memandang positif potensi pasar saham Indonesia. Ia mengatakan, hal itu didukung kondisi makroekonomi domestik dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi terjaga dan neraca perdagangan yang kuat.
“Kondisi makroekonomi Indonesia secara relatif juga menarik dibandingkan kawasan lain yang harus menghadapi tantangan lonjakan inflasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi, sehingga potensi arus dana asing masuk ke pasar saham Indonesia juga masih terbuka,” ujar dia.
Katarina menambahkan, secara bottom-up, pihaknya melihat kinerja emiten Indonesia yang membaik pada 2022 seiring kondisi ekonomi domestik yang kondusif. “Ekspektasi kami IHSG dapat mencapai level 7.600 pada 2022 dengan asumsi pertumbuhan laba korporasi sekitar 12 persen,” kata dia.
Advertisement
Kinerja IHSG pada Semester I 2022
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada pekan ini. Pada Kamis, 30 Juni 2022, IHSG ditutup turun 33,77 poin atau 0,44 persen ke posisi 6.911,58. IHSG dibuka pada posisi 6.949 dan menciptakan level tertinggi pada posisi 6.990.
Sepanjang paruh pertama 2022 IHSG telah naik 5 persen dari posisi awal tahunnya yaitu di 6.581. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG naik 5,02 persen sepanjang semester I 20222 ke posisi 6.911 pada Kamis, 30 Juni 2022. Di sisi lain, indeks LQ45 melonjak 6,5 persen secara year to date (ytd) ke posisi 991,94 pada Kamis, 30 Juni 2022.
Adapun IHSG menciptakan kinerja yang cukup baik kendati terdapat berbagai sentimen global, seperti kenaikan suku bunga The Fed, kenaikan harga komoditas, hingga inflasi.
“Di tengah pasar modal global yang bergejolak, kenaikan ini bisa dikatakan cukup baik. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan Nikkei yang terkoreksi 8,3 persen pada periode yang sama,” ujar Analis BNI Sekuritas, Maxi Liesyaputra kepada Liputan6.com, dikutip Jumat (1/7/2022).
Maxi mencermati, IHSG cukup tahan dari gejolak perekonomian global saat ini. Bahkan saat bursa Amerika Serikat, wall street juga terkoreksi, bursa dalam negeri relatif masih stabil. Menurut dia, kondusivitas pasar dalam negeri salah satunya pengendalian inflasi oleh otoritas terkait sepanjang paruh pertama 2022.
"Bursa AS gonjang ganjing luar biasa. Dua pekan lalu, IHSG naik. IHSG cukup tahan dari gejolak perekonomian,” kata dia.
Dibayangi Harga Komoditas dan Suku Bunga The Fed
Sementara itu, Head of Research Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menilai pergerakan IHSG pada semester I 2022 dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas dan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.
“Semester I dipengaruhi pergerakan harga komoditas dan suku bunga the fed,” ujar Agus Pramono kepada Liputan6.com, Selasa, 26 Juni 2022.
Dia menuturkan, terdapat sentimen yang mempengaruhi penguatan IHSG selama semester I 2022 pada sektor energi dan transportasi.
“Kalau energi di semester I ya karena coal harganya naik. Transportasi saya melihat penyelesaian hutang GIAA akan membawa sentimen yang positif walau untuk saham transportasi lain didorong naiknya penggunaan ecommerce,” kata Agus.
Advertisement
Prediksi IHSG pada Semester II 2022
Untuk semester II 2022, Maxi mengatakan pergerakan IHSG akan lebih disokong perbaikan kinerja oleh emiten. Seiring dengan tren pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19.
"Kita dari BNI sekuritas target IHSG sekitar 7.300—7.600, kita optimis," kata Maxi.
Salah satu sektor yang menarik untuk dicermati saat ini adalah pertambangan. Hal itu seiring tren kenaikan harga komoditas khususnya batu bara. Lainnya, yakni sektor konsumer yang dinilai ikut terkerek seiring pulihnya daya beli masyarakat. Sementara itu, untuk sektor yang perlu diwaspadai yakni komoditas crude palm oil (CPO). Hal ini lantaran harga CPO yang relatif turun karena persediaan yang melimpah.
"Yang diwaspadai mungkin CPO, karena harga sedang turun. Itu karena ada kekhawatiran pasokan yang berlebih dari Malaysia dan Indonesia yang berdampak pada koreksi harga CPO,” ujar dia.
Sementara itu, Agus memprediksi IHSG berada di rentang 7.200 - 7.500. Pada semester II 2022 perlu mewaspadai suku bunga the Fed serta pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
"Kalau semester II, yang perlu diwaspadai adalah suku bunga the Fed, dan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat,” ujar Agus.
Untuk potensi penggalangan dana di pasar modal pada semester II 2022 masih akan sama.
“Untuk penggalangan dana saya rasa akan sama ya, Blibli akan IPO, juga ada beberapa kalau tidak salah,” ujar Agus.