Pengacara Twitter Sebut Akun Bot yang Diberikan kepada Elon Musk Itu Gamblang

Elon Musk, yang mengklaim akun bot melambungkan angka penggunaan Twitter, yang membuat dirinya menuntut data karena ingin mengulangi

oleh Elga Nurmutia diperbarui 26 Agu 2022, 06:26 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2022, 06:26 WIB
Ilustrasi twitter
Ilustrasi twitter. (Photo by Jeremy Bezanger on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Twitter menyediakan data untuk akun spam dan robot (bot) yang merupakan perkiraan eksplisit kepada CEO Tesla Elon Musk, yang belum menunjukkan alasan mengapa informasi itu relevan dengan miliknya. 

Mengutip Yahoo Finance, Kamis, 25 Agustus 2022, Elon Musk berencana membatalkan pembelian senilai USD 44 miliar atau Rp 652 triliun terhadap platform media sosial Twitter. Hal itu diungkapkan pengacara perusahaan kepada hakim Delaware.

Musk, yang mengklaim akun bot melambungkan angka penggunaan Twitter, yang membuat dirinya menuntut data karena ingin mengulangi. Sehingga para ahlinya dapat menganalisis nomor dan melihat apakah mereka dapat menemukan nomor yang berbeda.

Hal itu diutarakan oleh pengacara Twitter Bradley Wilson pada Rabu dalam sidang pengadilan. Permintaan Musk juga menimbulkan masalah privasi pengguna, dan melibatkan triliun demi triliunan bit data kembali lebih dari dua tahun.

Hakim Chancery Court Kathaleen St. J. McCormick mengadakan sidang atas permintaan Musk agar Twitter mengidentifikasi karyawan yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi berapa banyak basis pelanggan platform yang merupakan akun spam dan robot.

Sebelumnya, pengacara Musk mengatakan Twitter telah menghalangi permintaan untuk menentukan berapa banyak aktivitas platform media sosial yang dihasilkan oleh akun bot.

"Kami berada di posisi metrik inti bisnis mereka, mereka tidak memberikan data yang diperlukan. Ini menempatkan kami pada kerugian besar. Kami adalah calon pembeli,” kata pengacara Musk, Alex Sprio. 

 

 

Elon Musk Akan Panggil Mantan CEO Twitter Jack Dorsey ke Pengadilan

Twitter
Ilustrasi Twitter (Foto: Pixabay)

Sebelumnya, persidangan antara Twitter vs Elon Musk yang akan digelar pada 17 Oktober 2022 di Delaware Court of Chancery semakin panas.

Kali ini, nama mantan CEO Twitter Jack Dorsey terseret ke dalam persidangan rencana Elon Musk membatalkan kesepakatannya membeli Twitter senilai USD 44 miliar secara sepihak.

Adapun tim hukum bos Tesla dan SpaceX itu mengajukan surat panggilan pengadilan untuk Jack Dorsey sebagai bukti dalam persidangan, sebagaimana dikutip dari The Verge, Selasa (23/8/2022).

Informasi, Jack Dorsey secara resmi mengundukan diri sebagai CEO Twitter untuk kedua kalinya pada November lalu, dan menyerahkan kendali perusahaan kepada Parag Agrawal.

Setelah cabut dari Twitter, Jack disebut-sebut "memanas-manasi" atau mendorong Elon Musk untuk membeli Twitter via chat pribadi.

Dorsey sendiri sempat menunjukkan dukungannya untuk Musk di masa lalu, dan sempat men-tweet dia yakin CEO Tesla itu adalah "solusi tunggal" yang dapat dipercaya untuk mengoperasikan perusahaan yang dia dirikan.

Pekan lalu, tim hukum Elon Musk sempat memanggil Kayvon Beykpour, mantan kepala produk konsumen Twitter, dan Bruce Flack, mantan pemimpin pendapatan dan produk.

Diketahui, kedua sosok tersebut digulingkan oleh Agrawal pada Mei tahun ini bertepatan saat gejolak Elon Musk beli Twitter.

 

Twitter Rombak Tim di Tengah Debat Akun Spam

Aplikasi Twitter
Aplikasi Twitter. Ilustrasi: Dailydot.com

Sebelumnya, Twitter menggabungkan tim yang bekerja untuk mengurangi konten toxic (beracun) dan bot spam di tengah tuduhan dari mantan eksekutif perusahaan gagal melakukan pekerjaan dengan baik. Hal itu diungkap dari catatan staf pada Selasa yang dilihat oleh Reuters.

Perusahaan media sosial tersebut akan menggabungkan tim pengalaman kesehatannya, yang bekerja untuk mengurangi informasi yang salah dan konten berbahaya, dengan tim layanan Twitter, yang bertanggung jawab untuk meninjau profil yang dilaporkan pengguna dan menghapus akun spam, ke dalam grup baru yang disebut Kesehatan Produk dan Layanan (Health Products and Service atau HPS). Hal tersebut diketahui dari isi email kepada karyawan.

Grup baru akan dipimpin oleh Ella Irwin selaku wakil presiden produk HPS yang bergabung dengan perusahaan pada Juni. Demikian mengutip dari Channel News Asia, ditulis Kamis (25/8/2022).

"Kami membutuhkan tim untuk fokus pada masalah tertentu, bekerja sama sebagai satu tim dan tidak lagi beroperasi dalam silo," tulis Irwin dalam email kepada staf.

Dia menambahkan, tim akan sangat memprioritaskan proyeknya. Pembentukan tim HPS menjadi lebih penting karena perusahaan ditantang di berbagai bidang. Seorang mantan kepala keamanan dan peretas terkenal, Peiter "Mudge" Zatko, menuduh perusahaan itu menyesatkan regulator federal tentang pertahanannya terhadap peretas dan akun spam.

Saat ini, Twitter berjuang melawan CEO Tesla, Elon Musk, di pengadilan ketika orang terkaya di dunia mencoba untuk menjauh dari kesepakatan senilai USD 44 miliar atau Rp 653 triliun untuk membeli perusahaan, menuduh Twitter menahan informasi tentang cara menghitung akun spam.

Tanggapan terhadap Tuduhan

Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter. (Liputan6/Pixabay)

Kemudian, Twitter pada Selasa mengatakan tuduhan Zatko ditujukan untuk menarik perhatian dan menimbulkan kerugian pada perusahaan, dan mengatakan bahwa pihaknya mendukung pengungkapannya pada akun spam dan bot.

Twitter juga bersiap untuk memperkuat pertahanannya terhadap penyebaran informasi yang salah menjelang pemilihan paruh waktu AS pada November 2022.

Juru bicara Twitter mengatakan, perombakan organisasi tim konten beracun dan spam mencerminkan komitmen berkelanjutan kami untuk memprioritaskan, dan memfokuskan tim dalam mengejar tujuan kami.

Langkah ini juga dilakukan ketika karyawan telah meninggalkan Twitter di tengah kekacauan selama berbulan-bulan dengan Musk. Eksekutif tingkat tinggi termasuk Kayvon Beykpour dan Bruce Falck, yang mengawasi produk dan pendapatan konsumen, telah meninggalkan perusahaan dalam beberapa bulan terakhir.

Tim yang bertanggung jawab untuk mengurangi konten berbahaya atau beracun telah terpukul keras oleh kepergian staf baru-baru ini, menurut dua karyawan yang berbicara secara anonim.

Setidaknya satu karyawan mengatakan perombakan organisasi tampaknya tidak berdampak signifikan pada pekerjaan mereka.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya