Investasi Berkelanjutan di Indonesia Terus Tumbuh, Ini Penyebabnya

Global Head of Sustainability BNP Paribas Asset Management, Jane Ambachtsheer mengungkapkan, aset berkelanjutan telah meroket sejak tahun lalu.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Okt 2022, 19:26 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2022, 19:26 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Dana kelolaan (asset under management /AUM) reksa dana berbasis lingkungan, sosial dan tata kelola (Environmental, Social and Governance/ESG) di kawasan Asia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

Global Head of Sustainability BNP Paribas Asset Management, Jane Ambachtsheer mengungkapkan, aset berkelanjutan telah meroket sejak tahun lalu, didukung oleh arus masuk dana yang kuat dan diversifikasi produk baru.

"AUM dari ESG di kawasan Asia tumbuh 90 persen hingga semester I 2022, atau bernilai lebih dari USD 30 miliar, melampaui kawasan lain di dunia,” ungkap Jane dalam virtual media briefing BNP Paribas Asset Management, Senin (10/10/2022).

Berdasarkan survei ESG Credit Investor BNP Paribas untuk kawasan Asia Pacific (APAC) teranyar, 94 persen investor melihat ESG selaras dengan keberhasilan investasi jangka panjang. 80 persen investor mengharapkan AUM produk berbasis ESG meningkat lebih dari 30 persen dalam 2 tahun.

"Saat ini, sebagian besar dana ESG di kawasan ini lebih fokus pada ekuitas daripada obligasi, tetapi telah terjadi ledakan besar di pasar obligasi berbasis ESG,” imbuh Jane.

Dia menambahkan, katalis untuk keberlanjutan di kasawan ini salah saunya dari sisi regulasi. Misalnya seperti ada kewajiban untuk menerbitkan laporna keberlanjutan atau Task Force on Climate-Related Financial Disclosures (TCFD).

Kebijakan ini sudah diwajibkan di Singapura, Hong Kong, Taiwan, Selandia Baru, Malaysia Katalis lainnya, penggunaan dan pengembangan taksonomi hijau di beberapa pasar di seluruh APAC (China Daratan, Jepang, Korea Selatan, ASEAN, Malaysia, Indonesia). Taksonomi Hijau telah ditetapkan untuk tujuan pembiayaan berkelanjutan, yaitu penerbitan obligasi atau pinjaman.

 

 

Pengembangan Taksonomi Hijau

IHSG Menguat
Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penggunaan taksonomi untuk penggunaan yang diperluas, seperti untuk pelaporan dan pengungkapan tentang pendapatan hijau atau eksposur belanja modal saat ini memang belum ada. Namun, tidak menutup kemungkinan akan diadopsi pada tahun-tahun mendatang. Beberapa negara yang mewajibkan aturan tersebut, yakni China. Namun, hanya untuk pembiayaan berkelanjutan.

Sementara beberapa negara lain saat ini tengah melakukan pengembangan taksonomi hijau, antara lain Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Indonesia, Singapura, Filipina, Selandia Baru (untuk pertanian), Hong Kong.

Selanjutnya, menetapkan persyaratan dana keberlanjutan dalam upaya untuk mengurangi risiko pencucian aset hijau di tengah meningkatnya aset berkelanjutan dan klaim 'keberlanjutan', regulator berfokus pada standarisasi pengungkapan dana berkelanjutan dan meningkatkan transparansi.

"Di APAC, kami melihat tren positif muncul dengan regulator yang ingin menerapkan persyaratan dana berkelanjutan,” kata Jane.

Beberapa negara yang menerapkan kebijakan ini, antara lain Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Singapura. Sementara yang masih dalam tahap pengembangan atau sukarela, ada kawasan  ASEAN, Thailand, India, Cina, dan Selandia Baru.

BNP Paribas AM Genjot Investasi Berkelanjutan hingga Inklusif

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT BNP Paribas Asset Management (PT BNP Paribas AM) menilai tren investasi berkelanjutan yang menerapkan prinsip environmental, social & governance (ESG) di Indonesia akan terus meningkat dan semakin relevan dengan kondisi saat ini.

Hal itu sejalan dengan fokus pemerintah baik dalam mengatasi isu perubahan iklim. Sekaligus dalam upaya mendorong sektor jasa keuangan menuju pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif, sebagaimana yang disuarakan oleh perwakilan pemerintah Indonesia dalam Presidensi G20 meeting.

Sebagai pionir dalam investasi ESG, PT BNP Paribas AM di usianya yang ke-30, berkomitmen kuat untuk turut dalam mengembangkan solusi investasi berkelanjutan.

"Dalam beberapa tahun terakhir ini, yang menjadi fokus kami adalah untuk invest responsibly, bagaimana agar produk-produk yang kami tawarkan ke investor bisa bertanggung jawab secara jangka panjang. Misalnya lewat investasi ESG yang sudah kami terapkan di reksa dana kami sejak tahun 2016.” ujar Presiden Direktur PT BNP Paribas AM, Priyo Santoso saat perayaan 30th Anniversary PT BNP Paribas AM, dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (28/6/2022).

Investasi berkelanjutan sendiri sudah menjadi tren investasi di dunia. Hal ini terlihat dari data yang dilaporkan oleh Global Sustainable Investment Review, yang terdapat peningkatan total dana kelolaan investasi berkelanjutan sebesar 55 persen pada periode 2016-2020 menjadi sebesar USD 35,3 triliun.

Survei BNP Paribas

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Survei yang dilakukan oleh BNP Paribas Asset Management Global & Greenwich Associates pada Juni 2020 menunjukkan 81 persen dari responden telah menerapkan investasi berbasis ESG dan 16 persen berencana untuk melakukan hal yang sama.

79 persen  dari responden juga percaya bahwa pertimbangan sosial dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja investasi jangka panjang serta terhadap pengelolaan risiko.

"Kami merasa bangga karena momentum 30 tahun keberadaan kami di Indonesia juga bertepatan dengan fokus pemerintah di Presidensi G20 meeting untuk menuju ekonomi rendah karbon dan keuangan berkelanjutan. Hal ini juga memotivasi kami untuk terus mempromosikan peran penting dari investasi berkelanjutan dan mengakselerasi implementasinya kepada investor,” lanjut Priyo.

Saat ini PT BNP Paribas AM memiliki tiga reksa dana dengan tema ESG. Yaitu reksa dana indeks BNP Paribas SRI-KEHATI, reksa dana Syariah BNP Paribas Cakra Syariah USD dan reksa dana Syariah BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD.

Hingga Mei 2022, dana kelolaan reksa dana dengan tema ESG di PT BNP Paribas AM telah mencapai Rp 5,5 triliun atau naik hampir 5 kali lipat dibandingkan 2019 lalu yang hanya sekitar Rp 1 triliun.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya