IPO, Primadaya Plastisindo Bidik Dana Rp 100 Miliar

PT Primadaya Plastisindo Tbk menawarkan saham perdana sebanyak-banyaknya 20 persen dari jumlah seluruh modal disetor perseroan setelah IPO.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Okt 2022, 20:57 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2022, 20:57 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Primadaya Plastisindo Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang industri dari plastic untuk pengemasan akan menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). PT Primadaya Plastisindo Tbk akan melepas 500 juta saham ke publik.

Mengutip laman e-ipo, Kamis (13/10/2022), PT Primadaya Plastisindo Tbk menawarkan saham perdana sebanyak-banyaknya 20 persen dari jumlah seluruh modal disetor perseroan setelah IPO yang merupakan saham baru dan dikeluarkan dari portepel perseroan dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Harga penawaran saham perdana di kisaran Rp 195-Rp 200 per saham. Dengan demikian, dana yang akan diperoleh dari IPO sebesar Rp 100 miliar.

Perseroan akan memakai dana IPO sekitar 67 persen untuk ekspansi pembelian mesin dan meningkatkan kapasitas produksi perseroan. Selain itu, dana IPO juga untuk menambah varian produk yang akan dipasarkan perseroan. Sedangkan sisanya sekitar 33 persen untuk modal kerja.

Untuk melaksanakan IPO ini, perseroan telah menunjuk PT Semesta Indovest Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Adapun perseroan mencatat pendapatan Rp 318,99 miliar hingga 2021, tumbuh 32,2 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 241,18 miliar. Laba bersih perseroan turun 2,5 persen menjadi Rp 12,08 miliar pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 12,40 miliar.

Total ekuitas naik menjadi Rp 239,86 miliar pada 2021 dari periode 2021 sebesar Rp 177,32 miliar. Sementara itu, total liabilitas perseroan turun menjadi Rp 60,97 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 77,93 miliar. 

Perseroan mencatat aset bertambah menjadi Rp 300,83 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 255,25 miliar. Perseroan kantongi kas dan bank Rp 2,43 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,49 miliar.

Untuk kebijakan dividen, setelah IPO, mulai 2023, perseroan berencana membayarkan dividen kas kepada pemegang saham perseroan maksimal 30 persen dari laba bersih 2023 dengan tidak mengabaikan tingkat kesehatan keuangan perseroan.

Untuk jadwal penawaran IPO:

-Masa penawaran awal pada 13 Oktober-20 Oktober 2022

-Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2 November 2022

-Masa penawaran umum pada 3 November-7 November 2022

-Tanggal penjatahan pada 7 November 2022

-Tanggal distribusi saham pada 8 November 2022

-Tanggal pencatatan saham pada 9 November 2022

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


44 Emiten Baru Raup Dana Rp 21,8 Triliun Melalui IPO

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,8 triliun.

“Hingga 20 September 2022 telah ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 21,8 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (21/9/2022).

Saat ini BEI juga proses 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga 19 September 2022.

Nyoman menambahkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Untuk sektor sahamnya ada dari sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum menyampaikan detil mengenai perusahaan tersebut hingga perusahaan itu mendapatkan izin publikasi dari OJK.

Seiring jumlah calon perusahaan tercatat dalam pipeline itu, ia berharap pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.

“Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipeline pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.

 


Sektor Saham

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:

-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)

-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)

-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)

Rincian sektornya antara lain:

-1 perusahaan dari sektor basic materials

-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal

-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal

-2 perusahaan dari sektor energi

-2 perusahaan dari sektor keuangan

-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

-2 perusahaan dari sektor industri

-1 perusahaan dari sektor infrastruktur

-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate

-5 perusahaan dari sektor teknologi

-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.


IHSG Tumbuh 6 Persen, Imbal Hasil BEI Terbesar ke-5 di Dunia

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, kinerja pasar modal tanah air cukup terjaga meski di tengah gempuran inflasi dan berbagai sentimen global. Sampai saat ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh sekitar 6 persen secara tahunan (year on year/yoy).

"Kemarin IHSG kita tumbuh sekitar 6 persen. Itu merupakan bursa terbaik kelima di dunia. Sepanjang tahun ini, tidak ada sampai 10 bursa di dunia ini yang bisa mencatatkan pertumbuhan positif. BEI adalah salah satunya,” kata Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik dalam Economic Outlook and Market Outlook dan Peluncuran MOST Trading Challenge Chapter 3 Mandiri Sekuritas, Rabu (12/10/2022).

Adapun nilai rata-rata transaksi harian di BEI tumbuh sekitar 14,4 persen. Dari semula sekitar Rp 13 triliun, kini menjadi Rp  15 triliun. Bersamaan dengan itu, volume transaksi dan frekuensi juga tumbuh sekitar 18 persen.

“Ini artinya adalah optimisme pasar kita sangat optimis, paling tidak sepanjang tahun ini. Tantangannya adalah bagaimana optimisme ini kita jaga bersama,” imbuh Jeffrey.

 


Ditopang Pertumbuhan Investor Domestik

Pembukaan-Saham
Pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ditopang Pertumbuhan Investor Domestik hingga September 2022

Jumlah investor pasar modal telah mencapai 9.777.034 SID, tumbuh 30,55 dibandingkan posisi akhir tahun lalu. Pertumbuhan ini disebut menjadi salah satu penopang pasar modal Indonesia.

“Investor lokal kita sudah menjadi basis yang sangat kuat di pasar modal kita. Hari ini sekitar 70 persen nilai transaksi dikontribusikan investor domestik. Ada sekitar 30 persen transaksi kita dari investor asing. dan kira-kira 49 persen dari investor ritel,” ungkap Jeffrey.

Pada penutupan perdagangan Rabu, 12 Oktober 2022, IHSG turun 0,43 persen ke posisi 6.909,21. Dengan demikian, kinerja IHSG berada di posisi ke-6 dunia.

Pada urutan lima ada indeks saham acuan Brazil yang naik 9,54 persen. Selanjutnya, indeks saham acuan Qatar tumbuh 10,28 persen dan berada di posisi empat.

Lalu, indeks acuan Chile naik 15,79 persen sehingga berada di posisi tiga. Posisi dua ditempatkan indeks saham acuan Argentina yang bertambah 64,05 persen dan berada di posisi dua. Sedangkan posisi pertama dipegang indeks saham acuan Turki yang melambung 90,96 persen.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya