Saham Perusahaan China di Bursa AS Merosot 15 Persen, Ini Alasannya

Saham raksasa teknologi China Alibaba turun lebih dari 12 persen setelah merosot lebih dari 19 persen ke level terendah baru dalam 52 minggu.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Okt 2022, 08:21 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2022, 08:21 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Saham perusahaan China yang tercatat di Amerika Serikat (AS) turun tajam pada perdagangan Senin, 24 Oktober 2022 setelah Beijing memperketat kekuasaan Presiden Xi Jinping memperburuk sentimen investor untuk perusahaan swata.

The Invesco Golden Dragon China ETF yang melacak indeks Nasdaq Goldman Dragon China merosot 14,5 persen hingga sentuh level terendah sejak 2009. ETF tumbang lebih dari 20 persen pada awal pekan ini. Indeks yang memegang saham 65 perusahaan yang diperdagangkan di AS dan sebagian besar bisnisnya dilakukan di China.

Saham raksasa teknologi Alibaba turun lebih dari 12 persen setelah merosot lebih dari 19 persen ke level terendah baru dalam 52 minggu. Saham Tencent melemah 5 persen, dan memangkas penurunan sebelumnya sebesar 18 persen. Saham Pinduoduo terpangkas 24,6 persen setelah anjlok 34 persen.

Pergerakan saham perusahaan China terjadi di tengah Presiden Xi membuka jalan untuk masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai pemimpin, memenuhi komite tetap Politbiro, lingkaran inti kekuasaan di Partai Komunis China yang berkuasa dan loyalis.

Di bawah kepemimpinan Xi, China telah menerapkan serangkaian kebijakan yang memperketat regulasi di sektor teknologi di berbagai bidang mulai dari perlindungan data hingga mengatur cara pemakaian algoritme.

Sementara itu, Xi telah berpegang teguh pada kebijakan ketat Zero COVID-19 yang membuat kota-kota termasuk pusat keuangan besar Shanghai lockdown pada 2022. Bahkan ketika sebagian besar dunia telah membuka ekonominya.

“Saham yang berbasis di ekonomi terbesar kedua di dunia tidak dapat diinvestasikan lagi,” ujar Sales Trading Desk Bernstein Mark Schilsky.

Di sisi lain, indeks Hong Kong Hang Seng turun 6,36 persen ke level terendah sejak April 2009. Indeks Shanghai dan Shenzhen merosot sekitar 2 persen.

Analis JPMorgan Marko Kolanovic menuturkan, aksi jual di saham perusahaan China tidak berhubungan dengan fundamental, menghadirkan peluang beli.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penutupan Wall Street Senin 24 Oktober 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin, 24 Oktober 2022 seiring pelaku pasar mencoba mendorong kenaikan wall street yang terlihat sejak pekan lalu. Di sisi lain, pergerakan imbal hasil obligasi membebani pasar.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 417,06 poin atau 1,3 persen ke posisi 31.499,62. Indeks S&P 500 naik 1,2 persen ke posisi 3.797,34. Indeks Nasdaq menguat hampir 0,9 persen ke posisi 10.952,61.

Investor akan mengawasi laba dari nama-nama perusahaan teknologi besar. Kinerja laba dari Alphabet dan Microsft keluar pada perdagangan Selasa, 25 Oktober 2022. Sedangkan Apple dan Amazon dijadwalkan Kamis pekan ini.

“Ini semua tentang laba, dan dalam pandangan kami, laba masuk, jujur pada atau di bawah harapan,” ujar Chief Equity Strategist US Bank Wealth Management Division, Terry Sandven dikutip dari CNBC, Selasa (25/10/2022).

Ia menuturkan, data inflasi dan suku bunga keduanya mengatur langkah ke depan. Namun, investor saat ini berpegang teguh oada laba dan panduan ke depan selama puncak musim laporan keuangan.

 


Imbal Hasil Obligasi AS

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menguat pada perdagangan Senin, 25 Oktober 2022, pulih dari penurunan sebelumnya. Pada penutupan perdagangan, imbal hasil obligasi AS berada di kisaran 4,25 persen. Imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun naik dua poin sekitar 4,52 persen.

Pergerakan saham terjadi setelah minggu yang bergejolak untuk saham karena musim laporan keuangan kuartal III 2022 yang memanas. Rata-rata indeks acuan memiliki kenaikan mingguan terbesar sejak Juni 2022. Indeks Dow Jones bertambah 4,9 persen, indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 4,7 persen dan 5,2 persen.

Sebelumnya, pada perdagangan Jumat, 21 Oktober 2022, indeks Dow Jones menguat lebih dari 700 poin, sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik sekitar 2,3 persen.


Selanjutnya

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

 Investor bereaksi terhadap rilis laporan laba perusahaan dan laporan Wall Street Journal menunjukkan beberapa pejabat bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) khawatir atas kenaikan suku bunga yang terlalu jauh.

“Yang unik untuk pekan ini, tentu saja, kami memulai dari yang tertinggi,” ujar Presiden Motley Fool Asset Management, Kelsey Mowrey.

Ia menambahkan, data pekerjaan yang kuat itu telah memberi the Fed amunisi yang dibutuhkan untuk terus menaikkan suku bunga. “Tetapi berita Jumat benar-benar mengguncang pasar dengan cara yang positif,” ujar dia.

Pada awal pekan ini, 21 saham masuk indeks S&P 500 mencatat kenaikan tertinggi baru dalam 52 minggu. 81 persen  saham atau 17 dari 21 saham sentuh level tertinggi baru.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya