Liputan6.com, Jakarta PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO) mengantongi restu untuk melakukan penambahan modal melalui penawaran umum dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue. Hal tersebut disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) YELO pada Rabu, 9 November 2022.
Direktur Utama YELO Wewy Susanto menuturkan, para pemegang saham independen melalui RUPS tersebut menyetujui pelaksanaan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau right issue.
YELO akan melepas sebanyak 15,3 miliar (15.302.195.240) saham baru bernominal Rp100 per lembar. Dengan demikian, total dana maksimal yang dihimpun dari rencana right issue sebesar Rp 1,53 triliun.
"Aksi korporasi ini diambil demi memperkuat pengembangan Viberlink sebagai layanan unggulan perseroan dalam penyediaan internet cepat dan terjangkau ke seluruh pelosok desa. YELO melalui anak usaha Viberlink terus berupaya mewujudkan pemerataan konektivitas ke desa-desa di Indonesia,” kata Wewy dalam keterangan resminya, Rabu (9/11/2022).
Seperti diketahui, layanan internet Viberlink memanfaatkan kabel serat optik 100 persen dengan kecepatan mencapai 100 mbps s/d 1Gbps per Rumah.
Sementara itu, YELO menargetkan layanan tersebut bisa dinikmati di 592 Kota atau Kabupaten dan 18.000 desa di Pulau Jawa.
Tak hanya itu, Viberlink juga meluncurkan Viberlink Academy untuk melatih dan menciptakan tenaga andal di bidang pemasaran dan pemasangan teknologi fiber optic.
"Program ini diharapkan dapat melahirkan entrepreneur baru dan lapangan kerja bagi 2.000 orang.Dampak sosial ekonomi dan pembangunan digital ecosystem di desa, akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia," kata dia.
Sedangkan, Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporan bertajuk ‘e-Conomy SEA’ memproyeksikan ekonomi digital Tanah Air bisa mencapai USD 77 miliar atau Rp 1,024 triliun (asumsi kurs Rp 15.647 per dolar AS) pada 2022. Nilainya terus meningkat hingga USD 130 miliar pada 2025 dan diprediksi pada 2030 akan tumbuh tiga kali lipat senilai USD 220-360 miliar.
“Melalui Viberlink, kami berharap dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi digital terutama wilayah desa pelosok, baik untuk kegiatan pendidikan, pertanian, maupun industri kreatif sehingga mampu berkembang pesat,” pungkasnya.