Pertamina Geothermal Energy Bidik Investor Eropa dan Amerika Serikat

Penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy Tbk juga ditawarkan kepada investor asing.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 01 Feb 2023, 21:20 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2023, 21:18 WIB
Paparan publik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Rabu (1/2/2023) (Foto: Liputan6.com/Elga N)
Paparan publik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Rabu (1/2/2023) (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) membidik investor sampai ke Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Nelwin Aldriansyah menuturkan, pihaknya melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) sesuai dengan skema 144A.

"Memang IPO PGE menawarkan sesuai dengan skema 144A. Artinya, kita bisa menjangkau investor sampai ke Eropa dan US namun pencatatannya hanya akan di satu bursa di Bursa Efek Indonesia," kata Nelwin saat ditemui di sela acara Public Expose PGE, Rabu (1/2/2023).

Sementara itu, dana IPO tersebut akan digunakan USD 100 juta atau 16 persen untuk pembayaran utang bridging loan kepada bank. 

Sedangkan, untuk sisa dana IPO sebanyak 83 persen akan digunakan pengembangan 600 mega watt atau MW, termasuk pengembangan unit-unit yang sedang berjalan. 

"Pemanfaatan dana IPO kita rencana USD 100 juta atau kisaran 16 persen akan digunakan pembayaran utang bridging loan kepada bank. Sisanya 83 persen untuk pengembangan 600MW, termasuk pengembangan unit-unit yang sedang berjalan," kata dia.

Di sisi lain, PGE juga memiliki pengembangan proyek konservasi. 

Masih dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina Geothermal Energy, Rachmat Hidayat mengatakan, untuk rincian kapasitas produksi listrik yang dilakukan PGE mayoritas di luar Pulau Jawa.

"Detail 600MW, majority di luar Jawa, di Sumatra, Sulawesi Utara, fokus besarnya ada di Sulawesi Selatan.Demand-nya menunjukkan kuat. Demand masih strong, ada overcapacity di tempat lain, tapi demand aman," kata dia.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menjelaskan, PGE merupakan salah satu perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan global yang diukur dengan kapasitas terpasang. Solidnya prospek PGE juga didukung oleh basis cadangan dan sumber daya yang besar.

 

PGE Kelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi

Paparan publik penawaran umum saham perdana PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Rabu (1/2/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)
Paparan publik penawaran umum saham perdana PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Rabu (1/2/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Ahmad mengatakan, PGE memiliki peran yang besar baik bagi Pertamina maupun Indonesia. PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di 6 area dengan kapasitas terpasang 672 MW yang dioperasikan sendiri dan sebanyak 1.205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract/JOC).

Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi emission avoidance CO2 sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun. 

Pemanfaatan yang dilakukan oleh PGE dari energi geothermal telah berhasil membuat 2.085.000 rumah di Indonesia teraliri listrik.

Pertamina Geothermal Energy juga berambisi meningkatkan basis kapasitas terpasangnya dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027. Langkah ini sejalan dengan misi menjadi perusahaan energi ramah lingkungan terkemuka.

"PGE memiliki rekam jejak pengembangan panas bumi dan pembangkit listrik yang solid dan terbukti," kata Ahmad.

Kinerja Keuangan Kuartal III 2022

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
PT Pertamina Gothermal Energy (PGE) menambah satu Wilayah Kerja (WK) Geothermal dalam rangka meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sehingga saat ini PGE mengoperasikan 15 WK. Dok Pertamina

Pertamina Geothermal Energy memiliki rekam jejak kinerja keuangan yang solid. Pendapatan PGE mencapai USD 287 juta hingga akhir kuartal III 2022 atau tumbuh 3,9 persen year-on-year (yoy) atau hampir 4 persen.

Rapor pertumbuhan pendapatan ini melanjutkan tren positif kinerja top line PGE dalam tiga tahun terakhir atau pada rentang 2019-2021. Tercatat, pendapatan tiap tahunnya yakni USD 328 juta pada 2019, USD 354 juta pada 2020, dan USD 369 juta pada 2021.

Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, PGE membukukan kenaikan laba bersih signifikan 67,8 persen secara tahunan menjadi USD 111 juta pada September 2022. Net profit margin (NPM) juga melesat dari 24 persen pada kuartal III 2021 menjadi 38,8 persen per akhir kuartal III 2022.

Kinerja solid PGE didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai offtaker tunggal Posisi ini sekaligus memastikan perolehan arus kas yang dapat diprediksi.

"PGE memiliki hubungan yang baik dan luas dengan PLN dan secara historis mampu menegosiasikan ulang tarif kontraktual yang ada dengan PLN," kata dia.

 

Tangkap Peluang Industri Panas Bumi

Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah mengoperasikan enam PLTP dengan total kapasitas sebesar 672 Mega Watt (MW). (Dok Pertamina)
Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah mengoperasikan enam PLTP dengan total kapasitas sebesar 672 Mega Watt (MW). (Dok Pertamina)

Rekam jejak keuangan yang solid menjadi modal PGE untuk menangkap peluang industri panas bumi ke depan. Wood Mackenzie memperkirakan tambahan hingga 3,4 GW kapasitas geothermal dalam satu dekade ke depan.

Ahmad menambahkan, komitmen besar PGE yang melekat kepada ESG juga sejalan dengan agenda dekarbonisasi nasional. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan pela jalan untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.

Dukungan besar terhadap PGE juga datang dari pemerintah lewat Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya juga telah menyinggung potensi besar geothermal di Indonesia yang mencapai 24 GW apabila dikonversi menjadi listrik. 

Erick menyebut dukungan terhadap PGE juga bertujuan menciptakan listrik ramah lingkungan dengan harga kompetitif. Keberadaan energi panas bumi diharapkan juga tidak akan menambah beban pemerintah untuk biaya produksi listrik.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya