Wall Street Anjlok Setelah Ketidakpastian Meningkat Imbas Perang Dagang

Investor khawatir dengan jeda singkat pada beberapa bea masuk, aktivitas ekonomi akan melambat karena Donald Trump memilih China dengan tarif lebih tinggi sehingga tekan wall street.

oleh Agustina Melani Diperbarui 11 Apr 2025, 07:43 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 07:43 WIB
Wall Street Anjlok, Investor Khawatir Ekonomi Melambat
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Kamis, 10 April 2025.(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Kamis, 10 April 2025. Koreksi wall street terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penangguhan 90 hari pada beberapa tarif timbal balik atau resiprokal.

Investor khawatir dengan jeda singkat pada beberapa bea masuk, aktivitas ekonomi akan melambat karena Donald Trump memilih China dengan tarif lebih tinggi.

Mengutip CNBC, Jumat (11/4/2025), indeks S&P 500 merosot 3,46% dan ditutup ke posisi 5.268,05. Indeks Nasdaq terpangkas 4,31 persen ke posisi 16.387,31. Indeks Dow Jones susut 2,5% atau 1.104,79 poin ke posisi 39.593,66.

Pada perdagangan Kamis pekan ini, saham Apple dan Tesla masing-masing turun 4,2 persen dan 7,3 persen. Harga saham Nvidia merosot hampir 6% dan Meta Platforms susut hampir 7%.

Penurunan bertambah cepat setelah Gedung Putih mengonfirmasi kepada CNBC pada Kamis kalau tarif kumulatif untuk China akan mencapai 145%. Tarif ini terdiri dari bea masuk baru sebesar 125% untuk barang, dan tarif 20% yang dikenakan sebagai respons terhadap krisis fentanil.

Meskipun demikian, Trump mengatakan pada Kamis sore kalau tidak mengesampingkan perpanjangan jeda tarif. "Kita lihat saja apa yang terjadi saat itu," kata Trump dalam rapat Kabinet.

Berikut tarif yang berlaku saat ini:

  • Bea masuk 145% untuk semua barang dari Tiongkok
  • Bea masuk 25% untuk aluminium, mobil, dan barang dari Kanada dan Meksiko yang tidak berada di bawah Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada
  • Bea masuk 10% untuk semua impor lainnya

Pergerakan pasar Kamis memangkas sebagian keuntungan dari lonjakan bersejarah Rabu, di mana S&P 500 melonjak lebih dari 9% untuk keuntungan terbesar ketiga dalam satu hari sejak Perang Dunia II. Dow juga mengalami kenaikan persentase terbesar sejak Maret 2020, sementara Nasdaq mencetak kenaikan satu hari terbesar sejak Januari 2001 dan hari terbaik kedua yang pernah tercatat.

"Investor sudah mulai sadar," kata Direktur Pelaksana SimCorp, Melissa Brown.

“Ketidakpastian adalah masalah besar karena angka 145% bisa menjadi angka yang berbeda besok. Sangat sulit untuk menentukan titik terendah atau tertinggi karena banyak hal telah berubah dalam narasi dan persepsi investor,” ia menambahkan.

 

Ketidakpastian Membayangi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)... Selengkapnya

Reli dimulai setelah Trump mengumumkan penurunan sementara tarif untuk sebagian besar negara menjadi 10% selama 90 hari. Namun, Kanada dan Meksiko tidak akan dikenakan bea masuk tambahan sebesar 10%. Uni Eropa mengumumkan pada Kamis penangguhan pungutan serupa selama 90 hari untuk barang-barang AS.

Meskipun awalnya optimistis dalam menanggapi penangguhan 90 hari, banyak orang di Wall Street berpikir pasar belum sepenuhnya pulih. Bahkan dengan penundaan beberapa tarif, kenaikan bea masuk China menempatkan tarif efektif pada level tertinggi sepanjang sejarah, menurut Morgan Stanley.

"Penundaan membantu, tetapi tidak mengurangi ketidakpastian," tulis Ekonom Morgan Stanley Michael Gapen.

Donald Trump Tunda Tarif Impor Selama 90 Hari, Pasar Saham Global Menguat

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)... Selengkapnya

Sebelumnya, saham-saham global langsung melonjak dalam apa yang disebut sebagai “reli lega” setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengejutkan pasar dengan mengumumkan penangguhan sementara tarif impor baru terhadap puluhan negara. 

Keputusan ini datang setelah beberapa hari penuh tekanan di pasar keuangan, yang sempat menghapus nilai triliunan dolar dari pasar saham global.

Dalam pengumuman yang disampaikan Rabu waktu AS, Trump menyatakan tarif baru akan ditangguhkan selama 90 hari, memberikan waktu untuk negosiasi lebih lanjut. Meskipun sifatnya sementara, keputusan ini cukup untuk membalikkan arah pasar secara drastis.

Saham teknologi papan atas seperti "Magnificent Seven" langsung meroket, menambahkan lebih dari USD 1,5 triliun nilai pasar dalam semalam. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak kenaikan harian terbesar mereka dalam lebih dari 10 tahun.

Kepala Strategi Ekonomi dan Pasar di ClearBridge Investments, Jeff Schulze mengatakan pasar benar-benar terkejut dengan kabar ini. 

“Mengingat dampaknya sangat besar. Ini jelas menciptakan kondisi risiko-on yang sangat kuat di pasar,” kata Schulze, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (10/4/2025).

Namun, meski semangat sempat tinggi, kontrak berjangka saham AS kembali melemah pada Kamis pagi. Kontrak berjangka Nasdaq turun 0,67%, sedangkan S&P 500 melemah 0,17%.

Pasar Asia Bergerak Positif

Pasar Asia juga bereaksi positif. Indeks saham Nikkei Jepang melesat 8%, sementara kontrak berjangka Eropa seperti EUROSTOXX 50 dan DAX masing-masing menguat sekitar 9%, dan FTSE lompat 6%.

Di pasar valuta asing, dolar AS menguat tajam terhadap yen dan franc Swiss. Terutama terhadap yen, dolar mencatat kenaikan harian terbesar dalam dua bulan terakhir.

 

Tarif Masih Berlaku

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)... Selengkapnya

Meskipun banyak tarif ditangguhkan, Gedung Putih menegaskan bea masuk umum sebesar 10% untuk hampir semua impor masih akan tetap diberlakukan. Selain itu, tarif tinggi untuk mobil, baja, dan aluminium juga tidak mengalami perubahan.

Trump bahkan memperingatkan akan menaikkan tarif terhadap barang-barang dari Tiongkok menjadi 125%, naik dari 104% yang berlaku mulai Rabu.

Sebagai tanggapan, Tiongkok langsung bereaksi dengan menaikkan tarif atas produk Amerika hingga 84% dan memberlakukan pembatasan terhadap 18 perusahaan AS, terutama yang terkait sektor pertahanan.

Kepala Ekonom Amerika Utara di Capital Economics, Paul Ashworth mengatakan sulit membayangkan kedua pihak bakal mundur dalam waktu dekat.

"Tapi kami percaya pembicaraan pada akhirnya akan tetap berlangsung. Walau, pencabutan semua tarif yang ditetapkan sejak pelantikan Presiden tampaknya kecil kemungkinannya,” ujarnya.

Ashworth memperkirakan bahwa tarif efektif terhadap Tiongkok kemungkinan akan stabil di level sekitar 60%, sesuai dengan proyeksi awal Capital Economics.

Sementara itu, menjelang pembukaan pasar di dalam negeri, yuan Tiongkok kembali melemah di pasar luar negeri menjadi 7,3570 per dolar, setelah menyentuh rekor terendah awal minggu ini

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya