Wall Street Tertekan pada Perdagangan 28 Februari 2023, Lonjakan Imbal Hasil Obligasi Bebani Pasar

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street anjlok pada perdagangan saham, Selasa, 28 Februari 2023. Indeks Dow Jones anjlok 0,7 persen ke posisi 32.656,70.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Mar 2023, 07:52 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2023, 07:52 WIB
Wall Street Anjlok pada Perdagangan Saham 28 Februari 2023
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak tertekan pada perdagangan saham, Selasa, 28 Februari 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan saham, Selasa, 28 Februari 2023 sehingga melengkap bulan yang sulit bagi pasar saham.

Dikutip dari CNBC, Rabu (1/3/2023), pada penutupan perdagangan saham, indeks Dow Jones anjlok 232,39 poin atau 0,7 persen ke posisi 32.656,70. Indeks S&P 500 merosot 0,3 persen ke posisi 3.970,15. Indeks Nasdaq susut 0,1 persen ke posisi 11.455,54.

Meski awal yang solid pada 2023, semua indeks utama membukukan kinerja negatif kedua kali dalam tiga bulan terakhir. Indeks Dow Jones terpangkas 4,19 persen pada Februari 2023.

Sepanjang 2023, indeks Dow Jones sudah turun 1,48 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun sekitar 2,61 persen dan 1,11 persen pada Februari 2023. Namun, indeks saham tersebut masih lebih tinggi dari tahun ke tahun.

Koreksi saham di wall street terjadi setelah awal tahun yang kuat untuk saham. Indeks S&P 500 menguat lebih dari 6 persen pada Januari 2023. Namun, lonjakan tajam dalam imbal hasil obligasi AS pada Februari 2023 merusak sentimen investor untuk saham. Hal ini karena pelaku pasar khawatir suku bunga the Federal Reserve (the Fed) yang lebih tinggi akan bertahan lebih lama.

Pada Selasa, 28 Februari 2023, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak November 2022.

"Sebagian besar investor mengharapkan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melonjak lebih dari 4 persen. Saya melihat 4 persen sebagai batas atas imbal hasil yang akan membantu saham pulih pada Maret. Februari ini harus dibeli secara selektif,” kata Pendiri dan CEO KKM Financial, Jeff Kilburg.

 

 


Aksi Buyback Saham Melonjak

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Ia menuturkan, inflasi mereda, hanya saja tidak turun dari angka indeks harga konsumen (IHK) Juni sebesar 9,1 persen.

“Februari adalah langkah mundur yang didorong oleh the Fed yang disengaja FOMO oleh investor saham,” kata dia.

Harga Emas dan Perak

Di sisi lain, emas dan perak membukukan kinerja bulanan tebruruk selama lebih dari setahun. Harga emas ditutup turun 5,58 persen pada Februari 2023. Februari 2023 merupakan bulan terburuk untuk logam sejak Juni 2021, ketika turun 7,02 persen.

Harga perak alami bulan terburuk sejak 2020, akhir Februari tergelincir dengan kinerja turun 11,6 persen. Adapun penurunan bulanan terbesar pada September 2020, harga logam anjlok 17,84 persen.

Buyback Saham

Pembelian kembali saham atau buyback mencapai USD 1 triliun untuk pertama kali. Menurut Analis Bank of America, Jill Carey Hall menuturkan, perusahaan AS harus mengambil langkah untuk mencetak rekor baru.

“Klien korporasi melakukan pembelian kembali dipercepat tetapi berada di bawah tren musiman biasa selama empat minggu terakhir. Karena awal yang kuat pada Januari. Tapi pengumuman pembelian kembali baru masih jarang,” ujar Carey Hall.

Adapun salah satu sektor dengan pengumuman pembelian kembali menjadi kuat adalah sektor eneri. Occidental Petroleum mengumumkan otorisasi USD 3 miliar untuk buyback dan kenaikan dividen.

 


Penutupan Wall Street pada 27 Februari 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham, Senin, 27 Februari 2023. Pelaku pasar mencoba untuk memulihkan sejumlah kekuatan setelah catat kinerja terburuk pada 2023 di wall street.

Dikutip dari CNBC, Selasa (28/2/2023), investor juga melihat ke depan untul laporan laba ritel. Pada penutupan perdagangan, indeks Dow Jones menguat 72,17 poin atau 0,22 persen ke posisi 32.889,09. Indeks S&P 500 bertambah 0,31 persen ke posisi 3.982,24. Indeks Nasdaq menanjak 0,63 persen menjadi 11.466,98.

Pergerakan wall street juga terjadi karena kenaikan imbal hasil surat berharga AS mereda setelah melonjak pada Jumat pekan lalu setelah pembacaan inflasi yang lebih panas dari perkiraan.

“Kareana fokus baru pada inflasi yang lebih panas dan implikasinya terhadap the Fed, suku bunga sekali lagi mendorong saham,” ujar Investment Strategy Analyst Baird, Ross Mayfield, dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, harapan pergerakan cepat the Fed dan imbal hasil jangka pendek telah berisiko di pasar saham sehingga beberapa penangguhan pada suku bunga kemungkinan akan dongkrak saham.

Indeks S&P 500 juga mendapatkan dorongan saham operator kereta api Union Pacific yang naik 10 persen setelah perseroan umumkan CEO Lance Fritz mundur pada 2023.

Pelaku pasar terus menyerap peningkatan yang lebih besar dari perkiraan dalam pembacaan terbaru untuk pengeluaran konsumsi pribadi, pengukur inflasi pilihan bank sentral yang membantu menenggelamkan saham pada Jumat, 24 Februari 2023 dan mendorong kenaikan imbal hasil obligasi AS.

 


Kenaikan Suku Bunga The Fed Bakal Lebih Lama

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Reli awal 2023 tampaknya memudar karena investor khawatir suku bunga tinggi bisa bertahan lebih lama. Risalah pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menunjukkan pejabat bertekad untuk terus menaikkan suku bunga sampai inflasi turun.

“Reli Januari tidak berarti volatilitas pasar saham telah diasingkan secara permanen,” ujar Head of Trading and Investing E-Trade, Chris Larkin.

Larkin menambahkan, investor mulai memahami dengan suku bunga lebih tinggi dan lebih lama. “Data inflasi (Jumat pekan lalu-red) yang lebih panas dari yang diantisipasi secara efektif mengkonfirmasi hal itu,” kata Larkin.

Dari sisi data ekonomi, pesanan barang tahan lama turun pada Januari 2023 karena konsumen kembali menarik pengeluaran untuk barang-barang mahal.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya