5 Bursa Efek Terbesar di Dunia, dari New York hingga Shanghai

Amerika Serikat masih memiliiki bursa efek terbesar di dunia. Namun, ada sejumlah bursa efek terbesar lainnya di luar Amerika Serikat dan Eropa.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Mar 2023, 07:55 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2023, 07:55 WIB
5 Bursa Efek Terbesar di Dunia
Berikut lima bursa efek terbesar di dunia, salah satunya Bursa Efek New York di Amerika Serikat (AS). Unsplash/Aditya Vyas

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 630.000 saham perusahaan diperdagangkan secara publik di dunia. Pertumbuhan bursa saham global di luar Amerika Serikat dan Eropa menjadi alasan utama jumlah perusahaan publik terus bertambah

Dikutip dari Investopedia, Senin (6/3/2023), Amerika Serikat masih memiliki bursa efek terbesar di dunia, tetapi banyak dari bursa terbesar sekarang berada di Asia dan pengaruhnya terus tumbuh di panggung dunia. Berikut ringkasan sejumlah bursa efek terbesar di dunia yang telah dirilis pada 14 Juli 2022:

1.Bursa Efek New York

Bursa efek New York (NYSE) adalah bagian dari NYSE Euronext yang sekarang memiliki bursa di Amerika Serikat dan Eropa. Diperkirakan bursa efeknya memiliki sepertiga dari semua saham yang diperdagangkan di dunia.

NYSE masih menjadi salah satu bursa saham utama di dunia dan yang terbesar dalam hal kapitalisasi pasar. Berdasarkan data Statista, kapitalisasi pasar Bursa Efek New York mencapai hampir USD 23 triliun per Desember 2022.

NYSE telah ada sejak 1792 dan diyakini, Bank of New York yang sekarang menjadi bagian dari Bank of New York Mellon adalah saham pertama yang diperdagangkan.

Bisnis telah tumbuh sangat kompetitif dalam beberapa tahun terakhir. Dalam pengajuan baru-baru ini dengan Securities And Exchange Commission (SEC), perusahaan mencatat kalau harus bersaing untuk pencatatan saham, dana yang diperdagangkan di bursa, futures, options dan produk detivatif lainnya.

2.Bursa Efek Tokyo

Bursa efek Tokyo menjadi bursa terbesar di Jepang. Sedangkan grup Japan Exchange tercatat kapitalisasi pasar USD 5,38 triliun. Mata uang nasional yang lebih kuat adalah bagian dari alasan di balik meningkatnya ukuran bursa saham Tokyo. Sekitar 2.000 perusahaan tercatat di bursa saham Tokyo.

Bursa efek ini diperkirakan pertama kali dibuka pada 1878 dan bermitra dengan bursa lain di seluruh dunia antara lain Bursa Efek London. Indeks Nikkei 225 adalah salah satu indeks utama dan terpopuler yang mewakili beberapa perusahaan terbesar dan tersukses di Jepang.

3. Bursa Efek London

Ilustrasi Bursa Efek London (Dok: Photo by David Vincent on Unsplash)
Bursa Efek London (Dok: Photo by David Vincent on Unsplash)

London Stock Exchange (LSE) memenuhi syarat sebagai lima besar pasar saham. Kapitalisasi pasar LSE tercatat USD 3,1 triliun pada Desember 2022. Adapun Bursa Efek London diprediksi dibangun pada 1801, dan hampir satu dekade setelah pembukaan NYSE. LSE menilai sebagai bursa global paling mendunia, berdasarkan fakta kalau sekitar 3.000 perusahaan dari seluruh dunia tercatat di LSE dan bursa afiliasinya.

4. Bursa Efek Hong Kong

Bursa Efek Hong Kong menjadi salah satu dari 10 bursa saham terbesar. Perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Hong Kong mewakili hampir USD 2 triliun total kapitalisasi pasar. Sekitar 1.500 perusahaan tercatat di bursa yang dimulai sebelum 1900, ketika pertama kalu mulai beroperasi.

Yang paling penting, bursa saham itu merupakan salah satu jalan utama investor global untuk investasi di China.

5.Bursa Efek Shanghai

Bursa efek Shanghai termasuk salah satu yang terbaru di dunia. Dibuka pada akhir 1990, dan 1.500 perusahaan diperdagangkan sahamnya di bursa tersebut. Volume perdagangan terus meningkat tetapi turun drastis sejak 2008 yang menandai puncak minat investasi di China.

Pembatasan utama adalah saham “A” dari perusahaan China yang hanya tersedia untuk warga negara yang tinggal di China. Hong Kong memiliki saham “H” yang terbuka untuk investor global.

Microsoft Beli 4 Persen Saham Bursa Efek London

Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)
Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)

Sebelumnya, raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) Microsoft mengumumkan kemitraan 10 tahun dengan grup London Stock Exchange (LSEG). Tak hanya itu, Microsoft juga mengambil hampir 4 persen saham di operator bursa Inggris.

LSE mengatakan, kemitraan ini melibat data generasi berikutnya dan analisis, serta produk komputasi awan. Ini termasuk infrastruktur data baru untuk London Exchange dan analisis serta solusi pemodelan dengan Microsoft Azure, AI, dan Microsoft Teams. Saham LSEG naik 4 persen di Eropa pada Senin, 12 Desember 2022.

"Kemitraan strategis ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan London Stock Exchange menuju infrastruktur pasar keuangan global, dan bisnis data dan akan ubah pengalaman bagi pelanggan kami,” ujar CEO LSEG, David Schwimmer seperti dikutip dari CNBC, Senin, 12 Desember 2022.

Microsoft akan membeli sekitar 4 persen saham di perusahaan Inggris dari konsorsium Blackstone. Kesepakatan itu akan melihat berbagai produk Microsoft yang digunakan di berbagai bagian bisnis LSEG. Microsoft akan memigrasi platform data bourse dan infrastruktur teknologi utama lainnya dalam cloud yang dibangun di atas Azure, produk cloud publik besar raksasa AS.

 

 

Kontrak 10 Tahun

Kantor Microsoft
Kantor pusat Microsoft

LSEG memiliki perjanjian kontrak selama 10 tahun untuk habiskan minimal USD 2,8 miliar untuk produk terkait cloud dengan Microsoft.

Microsoft dan LSEG juga akan bekerja sama dalam mengembangkan alat kolaborasi profesional baru. LSEG telah mengembangkan produk yang disebut Workspace, platform data dan analitik. Kedua perusahaan akan berupaya memajukan produk ini dan mengintegrasikannya dengan Microsoft Teams, aplikasi pesan perusahaan.

Adapun Scott Guthrie, Wakil Presiden Eksekutif Microsoft untuk Cloud dan AI Group akan ditunjuk sebagai direktur-non eksekutif LSEG.

CEO Microsoft, Satya Nadella menuturkan, kemajuan di cloud dan AI secara fundamental akan mengubah bagaimana lembaga keuangan meneliti, berinteraksi dan bertransaksi lintas kelas aset, dan beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar.

London Stock Exchange setuju membeli perusahaan informasi keuangan Refinitiv pada 2019 dalam kesepakatan senilai USD 27 miliar.

 

Infografis Ketimpangan Ekonomi Global
Hampir 99 persen kekayaan dunia dimiliki, hanya oleh 1 persen kelompok tertentu (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya