Menteri BUMN Targetkan PalmCo IPO Kuartal IV 2023

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membidik IPO PalmCo dapat berlangsung pada kuartal IV 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 20 Mar 2023, 19:42 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2023, 19:42 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir Targetkan IPO PalmCo pada Akhir 2023
Menteri BUMN Erick Thohir ingin PalmCo setelah IPO dapat lebih besar dari Sime Darby Plantation dan Golden Agri.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) sub holding kelapa sawit milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, PalmCo dapat berlangsung pada kuartal IV 2023.

Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, pihaknya menargetkan aksi korporasi tersebut berlangsung pada kuartal IV 2023. Hingga saat ini, Kementerian BUMN sedang menggodok rencana IPO tersebut. 

"Kami sekarang sedang dalam proses permohonan izin penyusunan peraturan pemerintah (PP) pembentukan PalmCo," kata Erick  Thohir dalam Komisi VI Rapat Kerja dengan Menteri BUMN Republik Indonesia, Senin (20/3/2023).

Dengan demikian, ia berharap PalmCo dapat melaksanakan aksi korporasi tersebut pada kuartal IV 2023.  Dia bilang, tujuan aksi korporasi tersebut sebagai salah satu upaya dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional terutama di sektor industri turunan kelapa sawit.

"Kalau kita lihat turunan dari industri kelapa sawit sudah sampai 80 pohon industri dan kisah sukses ini berpengaruh pada pengembangan industri pendukung untuk menjaga kestabilan ekonomi nasional," kata dia.

Salah satu industri pendukung itu adalah bahan baku make up, di mana sekarang Indonesia menjadi pangsa industri make up terbesar kelima di dunia. 

"Jika dilihat pangsa 70 persen, bahan bakunya dari produk dalam negeri," ujar Erick.

Erick menyebut, latar belakang di balik rencana IPO PalmCo berkaitan dengan isu minyak goreng. Sebab, pemerintah dianjurkan untuk mengintevensi harga minyak goreng ketika dibutuhkan.

Bahkan, ia pun mengaku, hingga saat ini, BUMN belum memiliki kapabilitas untuk melakukan operasi pasar. Sebab, lahan perkebunan sawit BUMN hanya mencakup 3 persen dari total perkebunan sawit di seluruh Indonesia.

"Tapi kami tidak punya kapabilitas untuk melakukan operasi pasar," ujarnya.

Alhasil, IPO PalmCo ini diharapkan bisa mengkonsolidasikan 600.000 sampai dengan 700.000 hektare lahan yang ada di bawah naungan PTPN.

"Diharapkan ini bisa jadi perusahaan kelapa sawit terbesar. Jadi, lebih besar dari Sime Darby Plantation dari Malaysia dan Golden Agri dari Indonesia. Ini tentu tujuan awal inilah kenapa kita ingin mendorong konsolidasi kelapa sawit yang ada di PTPN,” pungkasnya.

 

 

Punya Land Bank, Posisi PalmCo PTPN di Industri Sawit Makin Kuat

Potret Pekerja Perkebunan Kelapa Sawit di Aceh
Seorang pekerja mengangkut cangkang sawit di atas rakit di sebuah perkebunan sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Sebelumnya, rencana BUMN Perkebunan membentuk PalmCo dinilai memiliki potensi besar untuk memperkuat industri sawit nasional melalui program hilirisasi dengan memenuhi kebutuhan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dalam negeri.

Ketua Bidang Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan mengatakan melalui konsolidasi unit-unit perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN Group, akan menjadikan PalmCo sebagai perusahaan sawit terbesar di Indonesia.

Dia mengemukakan luas lahan menjadi salah satu keunggulan PalmCo. Selain itu, paparnya, lahan sawit yang dikelola PalmCo nantinya sudah sejak lama, sehingga produksi masih bisa ditingkatkan tanpa harus bergantung kepada pembukaan lahan baru, sehingga jauh dari isu deforestasi atau perusakan hutan.

“Saya kira PTPN pastilah berpotensi memperkuat industri sawit Indonesia karena dia punya land bank, yaitu area yang sangat luas dan kepemilikan lahan sudah lama,” jelas Fadhil Hasan, kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (10/3/2023).

Hilirisasi

Potret Pekerja Perkebunan Kelapa Sawit di Aceh
Seorang pekerja membawa cangkang sawit di sebuah perkebunan sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Program hilirisasi, menurutnya, akan sangat baik dilakukan pada saat ini karena harga CPO juga sedang naik. Dari sisi organisasi dan manajemen, dia menilai PTPN Group sedang dalam proses pembenahan dengan melakukan konsolidasi anak-anak usaha.

Setelah dibenahi, jelasnya, anak usaha yang sebelumya kurang efisien diperbaiki menjadi lebih efisien. Pembenahan organisasi dan perbaikan pengawasan akan mendukung kinerja keuangan PalmCo, sehingga dapat bersaing dengan perusahaan swasta besar di Indonesia.

“Sekarang ini PTPN banyak melakukan pembenahan. Apalagi saat ini harga CPO sedang baik. Jadi perusahaan-perusahaan yang selama ini kurang efisien sudah dibenahi, sehingga ke depan bisalah berkembang,” ujarnya.

 

infografis journal
infografis 10 Daerah Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Indonesia pada 2021. (Liputan6.com/Tri Yasni).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya