Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) menyatakan belanja modal (capital expenditure/capex) meningkat signifikan pada 2023. Belanja modal paling besar akan digunakan oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) atau sekitar 60 persen dari total belanja modal.
Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti mengatakan, pihaknya merealisasikan belanja modal dan investasi konsolidasian grup sebesar Rp 26,4 triliun pada 2022. Namun, belanja modal Astra International pada 2023 ditargetkan lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Baca Juga
"Tahun ini rencana kami sekitar Rp 40 triliun. Mereka (UNTR) belanja modalnya juga tinggi, seingat saya bisa 60 persen dari Rp 40 triliun itu dari United Tractors Group karena UT itu porsinya yang paling besar," kata Tira saat ditemui di Pullman Hotel, Jakarta, dikutip Jumat (31/3/2023).
Advertisement
Ini mengingat, United Tractors akan menggunakan belanja modal tersebut untuk membeli alat-alat konstruksi, dan juga melakukan penggantian alat berat Komatsu di bisnis jasa tambang entitas anak, PT Pamapersada Nusantara.
"Bahkan dia untuk membeli alat-alat konstruksi, untuk replacement alat berat Komatsu di bisnis Pamapersada Nusantara," kata dia.
Selain itu, ia melanjutkan, United Tractors juga telah terjun ke bisnis tambang melalui akuisisi dua perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan nikel melalui perusahaan terkendali perseroan, PY Danusa Tambang Nusantara (DTN). Nilai keseluruhan atas transaksi tersebut sebesar USD 271,83 juta atau setara dengan Rp 4,28 triliun.
Dua perusahaan yang diakuisisi yaitu PT Stargate Pasific Resources (SPR), bergerak di bidang pertambangan mineral nikel dan PT Stargate Mineral Asia (SMA), yakni perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan (smelter) untuk mineral nikel.
"Terus mereka juga mereka menandatangani CSPA untuk bisnis nikel tahun lalu, nilainya sekitar Rp 4,3 triliun," imbuhnya.
Belanja Modal
Ia menuturkan, belanja modal lainnya akan digunakan untuk mengembangkan bisnis perseroan sekaligus investasi pada bisnis baru Astra.
"Kemudian yang lain-lainnya tentunya untuk maintenance capex. Jadi capex yang rutin memang kita anggarkan untuk bisnis-bisnis kami jasa keuangan, infrastruktur dan termasuk juga investasi pada bisnis-bisnis baru Astra," pungkasnya.
Belanja Modal 2022
Sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) dan investasi konsolidasian grup sebesar Rp 26,4 triliun pada 2022.
Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro menyebutkan, realisasi itu tumbuh dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Ke depannya, grup merencanakan terus investasikan modal yang signifikan di Indonesia sejalan dengan prioritas strategis Grup, melalui pertumbuhan dan akuisisi organik.
“Grup tetap yakin akan potensi pertumbuhan jangka panjangnya dan neracanya yang kuat, sehingga dapat mengembalikan sebagian excess capital kepada pemegang saham,” kata dia dalam keterangan resmi dikutip Selasa (28/2/2023).
Semula, perseroan menyiapkan belanja modal sebesar Rp 19 triliun untuk 2022. Namun, dalam perkembangannya, angka itu mengalami penyesuaian dengan perkiraan mencapai Rp 25 triliun, seiring rencana perseroan untuk ekspansi ke bank digital.
"Capex tahun 2021 sekitar Rp 8 triliun. Untuk 2022, capex kami perkirakan ada di kisaran Rp 20–25 triliun. Tergantung peluang-peluang bisnis baru yang bisa kami realisasikan tahun ini. Jadi fleksibel,” kata Head of Investor Relations Astra International, Tira Ardianti dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.
Advertisement
Peluang Investasi
Dalam catatannya, besaran capex 2022 ini telah menyamai periode sebelum pandemi. Sebelumnya, perseroan menyiapkan belanja modal sekitar Rp 19 triliun. Sebagian besar capex dialokasikan untuk membeli alat-alat berat kebutuhan grup PT United Tractors Tbk (UNTR).
Khususnya kontraktor pertambangan milik UNTR yaitu PT Pama Persada Nusantara. Selain itu, dari unit bisnis lain juga dianggarkan belanja modal rutin yang akan dibelanjakan. Baik dari otomotif, agribisnis, maupun segmen lainnya. Termasuk untuk inisiatif digitalisasi di grup Astra.
"Ada peluang investasi-investasi kami yang kemarin sempat tertunda karena pandemi akhirnya bisa dilakukan setelah situasi relatif membaik. Itu membuka peluang bahwa biaya belanja modal dan investasi akan meningkat jika ada peluang bisnis baru,” imbuh Tira.
Selama setahun terakhir, Grup terus melakukan sejumlah investasi strategis pada bisnis- bisnis baru. Sebagai bagian dari strategi untuk mengembangkan bisnis jasa keuangan, Grup, melalui PT Sedaya Multi Investama, mengakuisisi 49,56 persen saham PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) dengan nilai kurang lebih Rp 3,9 triliun.
Diversifikasi Usaha
BJJ dikendalikan bersama oleh Grup dan WeLab Sky Limited (WeLab), yang juga memiliki 49,56 persen saham. Grup dan WeLab berencana untuk menjadikan BJJ sebagai bank digital inovatif di Indonesia.
Grup terus melakukan diversifikasi dari pertambangan batu bara, antara lain dengan rencana investasi di usaha pertambangan dan pengolahan (smelter) nikel melalui PT Danusa Tambang Nusantara, anak usaha UT, yang menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat untuk akuisisi 90 persen saham di PT Stargate Pacific Resources dan PT Stargate Mineral Asia, dengan nilai kurang lebih Rp 4,3 triliun. Grup melalui UT, juga berinvestasi sebesar 31,49 persen di PT Arkora Hydro Tbk, sebuah perusahaan publik yang berfokus pada pembangkit listrik tenaga air.
Grup membeli 7,45 persen saham di PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), salah satu grup rumah sakit terbesar di Indonesia, sebagai bagian dari pengembangan bisnis pada layanan kesehatan.
Grup melanjutkan strategi investasinya di bisnis digital dengan memimpin penggalangan dana Paxel, suatu bisnis logistik berbasis teknologi, senilai USD 14,5 juta. Grup juga meningkatkan investasinya di Sayurbox, suatu e-commerce platform, sehingga total investasi Grup menjadi USD 13,6 juta, dan di Mapan, suatu platform perdagangan sosial berbasis komunitas digital, sehingga total investasi Grup menjadi USD5,4 juta.
Grup, melalui anak usaha Astra Land Indonesia, perusahaan patungan Grup dengan Hongkong Land, mengakuisisi lahan dengan luas kurang lebih 41 Ha di Tangerang, sebelah barat Jabodetabek, yang akan dikembangkan menjadi rumah tapak dan produk properti komersial.
Advertisement