Emiten Produsen Susu Ultra Milk Tebar Dividen Rp 30 per Saham, Cek Jadwalnya

PT Ultrajaya Milk & Trading Company Tbk (ULTJ) telah mendapatkan restu pemegang saham pada Selasa, 20 Juni 2022

oleh Elga Nurmutia diperbarui 21 Jun 2023, 22:43 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2023, 22:41 WIB
Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)
Emiten produsen susu Ultra Milk, PT Ultrajaya Milk & Trading Company Tbk (ULTJ) akan membagikan dividen sebesar Rp 311,94 miliar. (image by Alexsander-777 from pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Emiten produsen susu Ultra Milk, PT Ultrajaya Milk & Trading Company Tbk (ULTJ) akan membagikan dividen sebesar Rp 311,94 miliar. Dividen tersebut setara dengan Rp 30 per saham. 

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Rabu (21/6/2023), pembagian dividen tersebut sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 19 Juni 2023.

Sementara itu, hingga 31 Desember 2022, laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebanyak Rp 960,78 miliar, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya Rp 6,86 triliun serta total ekuitas senilai Rp 5,82 triliun.

Jadwal

  • Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi: 27 Juni 2023
  • Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi: 3 Juli 2023
  • Cum dividen di pasar tunai: 4 Juli 2023
  • Ex dividen di pasar tunai: 5 Juli 2023
  • Recording date: 4 Juli 2023
  • Pembayaran dividen: 21 Juli 2023

Sebelumnya, emiten produsen susu Ultra Milk, PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ) mengumumkan kinerja perseroan hingga kuartal I 2023. Pada periode tersebut, Ultrajaya Milk Industry and Trading Companymencatatkan peningkatan dari sisi penjualan dan laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat. 28 April 2023, penjualan Ultrajaya hingga akhir Maret 2023 naik 21,63 persen menjadi Rp 2,23 triliun dari Rp 1,83 triliun pada kuartal I 2022.

Sementara, beban pokok penjualan pada periode yang sama naik 22,30 persen menjadi Rp 1,49 triliun dari periode yang sama sebelumnya Rp 1,22 triliun. Dengan demikian, laba bruto meningkat 20,28 persen menjadi Rp 740,29 miliar hingga akhir Maret 2023 dibanding periode yang sama 2022 sebesar Rp 615,44 miliar.

Laba

Sepanjang kuartal I 2023, perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp 457,44 miliar naik 12,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 406,12 miliar.

Laba bersih Ultrajaya pada kuartal I 2023 naik 21,73 persen sebesar Rp 355,30 miliar dari Rp 291,86 miliar pada periode yang sama 2022. Sehingga laba per saham dasar pada kuartal I 2023 ikut naik menjadi Rp 34 dari kuartal I tahun sebelumnya Rp 28.

Aset perseroan sampai dengan Maret 2023 naik menjadi Rp 7,47 triliun dari Rp 7,37 triliun pada Desember 2022. Liabilitas susut menjadi Rp 1,29 triliun pada kuartal I 2023 dari tahun sebelumnya Rp 1,55 triliun. Sementara ekuitas hingga Maret 2023 naik menjadi Rp 6,17 triliun dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar Rp 5,82 triliun.

 

Harga Komoditas Tekan Kinerja Keuangan 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) mengaku kinerja pada 2022 merosot karena terdampak harga komoditas.

Presiden Direktur Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Sabana Prawirawidjadja mengatakan, laba pada 2022 tidak setinggi tahun sebelumnya karena terdampak harga komoditas pasar dunia yang meningkat dan biaya domestik yang melonjak. 

"Profit 2022 itu tidak setinggi 2021, ini kena dampak harga komoditas pasar dunia yang meningkat dan biaya domestik yang melonjak. Sehingga kita ini 2022 ada penurunan laba bersih," kata Sabana dalam paparan publik, Selasa (20/12/2022).

Meski demikian, perseroan belum bisa menaikkan harga produk yang akan dijual dan baru akan menaikkan pada Desember. Sehingga dampaknya akan terjadi pemulihan secara bertahap pada tahun depan.

"Namun, kenaikan harga belum bisa kita lakukan. Kita baru menaikkan pada Desember, sehingga dampaknya recover bertahap 2023," kata dia.

Mengutip laporan keuangan perseroan, penjualan hingga kuartal III 2022 mencapai Rp 5,67 triliun dan beban pokok penjualan mencapai Rp 3,81 triliun per September 2022.

Sedangkan, laba bersih Ultrajaya Milk Industry & Trading Company mencapai Rp 834,68 miliar hingga kuartal III 2022 yang menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 910,38 miliar.

Dengan demikian, laba per saham dasar yang diatribusikan kepada pemegang ekuitas entitas induk hingga September 2022 Rp 80. Artinya, laba per saham dasar tersebut menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 88.

Pada penutupan perdagangan Selasa, 20 Desember 2022, saham ULTJ naik tipis 0,34 persen ke posisi Rp 1.455 per saham. Saham Ultrajaya Milk Industry and Trading Company dibuka stagnan Rp 1.450 per saham.

Saham ULTJ berada di level tertinggi Rp 1.460 per saham dan terendah Rp 1.445 per saham. Total frekuensi perdagangan 269 kali dengan volume perdagangan 11.076 saham. Nilai transaksi Rp 1,6 miliar.

 

 

Kinerja 2022 Lesu, Berpotensi Tebar Dividen

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Sebelumnya, PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) mengaku kinerja pada 2022 mengalami penurunan karena terdampak oleh harga komoditas. Dengan demikian, Ultrajaya akan mempertimbangkan beberapa hal dalam kebijakan dividen untuk tahun buku 2022.

Presiden Direktur Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Sabana Prawirawidjadja mengatakan, pihaknya akan selalu mematuhi ketentuan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membagikan dividen.

"Namun, kami juga mengikuti kebutuhan ekspansi perusahaan dan kebutuhan cash yang ada di perusahaan, kebijakan dividen kepentingan perseroan untuk berkembang atau untuk ekspansi," kata Sabana dalam paparan publik, Selasa (20/12/2022).

Di sisi lain, Ultrajaya juga mencari keseimbangan dengan investor yang telah mendukung perusahaan. Selain itu, perseroan juga telah memberikan dividen meskipun jumlahnya tidak konsisten.

"Kami mencari balance investor yang mendukung kami, setiap tahun telah memberikan dividen, besar kecilnya memang tidak konsisten, tergantung minimal konsisten, maksimal tergantung kebutuhan Perseroan," kata dia.

Sementara itu, Sabana mengaku, pada 2022, tidak setinggi tahun sebelumnya karena terdampak harga komoditas pasar dunia yang meningkat dan biaya domestik yang melonjak. Sehingga, perseroan mengalami penurunan laba bersih pada 2022.

"Profit 2022 itu tidak setinggi 2021, ini kena dampak harga komoditas pasar dunia yang meningkat dan biaya domestik yang melonjak. Sehingga kita ini 2022 ada penurunan laba bersih," kata Sabana.

 

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain
Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya