Wall Street Naik Terbatas Jelang Rapat The Fed

Investor bersiap hadapi hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) membayangi wall street. Tiga indeks acuan naik tipis.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Sep 2023, 06:46 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2023, 06:44 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mendatar pada perdagangan Senin, 18 September 2023.(AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mendatar pada perdagangan Senin, 18 September 2023. Wall street yang mendatar ini seiring investor bersiap untuk pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang dijadwalkan pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Selasa (19/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik tipis 0,07 persen ke posisi 4.453,53. Indeks Nasdaq bertambah 0,01 persen menjadi 13.710,24. Indeks Dow Jones menguat tipis 0,02 persen ke posisi 34.624,30.

Pertemuan bank sentral AS selama dua hari ini dimulai pada Selasa, 19 September 2023. Pelaku pasar beri peluang 99 persen kalau bank sentral AS mempertahankan suku bunganya, menurut alat FedWatch CME Group. The Fed juga akan merilis prediksinya pada Rabu pekan ini.

Terdapat sedikit kesepakatan mengenai apa yang akan dilakukan the Fed pada November, dengan pasar prediksi kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 31 persen. Ekonom Goldman Sachs menuturkan, kenaikan pada November tidak mungkin terjadi.

“Ada beberapa pertanyaan, semua orang tahu mereka akan tetap menunggu pertemuan ini, tapi apa pesan mereka selanjutnya?,” ujar CIO Homrich Berg, Stephanie Lang.

Ia menambahkan, ini momen menunggu untuk melihat panduan ke depan seperti apa yang didapatkan dari the Fed.

Di sisi lain, saham Apple naik 1,7 persen. Goldman Sachs dan Morgan Stanley memberikan pandangan optimistis terhadap permintaan iPhone yang baru.

Sementara itu, saham Ford turun lebih dari 2  persen seiring berlanjutnya pemogokan United Auto Workers. Saham Stellantis dan General Motors, produsen mobil lain yang berhadapan dengan serikat pekerja, masing-masing melemah lebih dari 1 persen.

Gerak Saham pada September 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah pada  akhir perdagangan pekan lalu, menandai koreksi selama dua pekan berturut-turut. Indeks Dow Jones naik 0,1 persen pekan ini.

Saham bergerak di sektor jasa minyak, energi dan utilitas mengalami kinerja yang sangat baik sepanjang September 2023. Bahkan kenaikan pada jasa minyak dan energi pada kuartal III 2023 melonjak signifikan.

Sepanjang September 2023, saham jasa minyak seperti yang tercermin dalam the VanEck Oil Services ETF naik 5,2 persen. Sektor saham energi di S&P 500 menguat 4,2 persen. Sektor utilitas di S&P 500 tumbuh 3 persen. Sedangkan indeks S&P 500 merosot 1,1 persen pada September 2023.

Secara kuartalan, kesenjangan performa masih terlihat lebih besar. Saham jasa minyak bertambah 24,7 persen. Saham energi naik 13,2 persen. Sedangkan indeks S&P 500 naik kurang 0,2 persen dan utilitas susut 1,7 persen. Sektor saham energi di S&P 500 mencatat kinerja terbaik dengan naik 0,7 persen.

Di sisi lain, saham Nvidia merosot hampir 11 persen pada September 2023. Saham Taiwan Semiconductor tergelincir 12 persen pada kuartal III 2023.

Penutupan Wall Street pada 15 September 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa Amerika Serikat melemah karena investor mengakhiri pekan yang bergejolak menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve.

Rata-rata indeks Industri Dow Jones turun 288,87 poin atau sebesar 0,83% menjadi 34.618,24. Pada titik terendahnya, indeks tersebut sepenuhnya menghapus reli 332 poin pada hari Kamis. S&P 500 lebih rendah 1,22% menjadi 4.450,32. Komposit Nasdaq turun 1,56% menjadi 13.708,33.

Meski demikian, Dow menutup minggu dengan kondisi positif, naik 0,12%. Namun, S&P 500 dan Nasdaq sama-sama mengalami kerugian selama dua minggu berturut-turut, masing-masing lebih rendah sebesar 0,16% dan 0,39%.

Teknologi informasi adalah sektor dengan kinerja terburuk di S&P 500, turun hampir 2%. Saham Adobe tercatat turun lebih dari 4% sehari setelah perusahaan perangkat lunak itu membukukan hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan. Saham Arm Holdings lebih rendah sebesar 4,2% satu hari setelah debut publiknya yang sukses.

Saham otomotif General Motors dan Stellantis N.V. naik, sementara Ford melemah. Ini di tengah ribuan anggota United Auto Workers melakukan pemogokan setelah gagal mencapai kesepakatan dengan produsen mobil pada Kamis malam.

Di tempat lain, saham Lennar turun 2,5%. Perusahaan konstruksi rumah tersebut membukukan hasil kuartal ketiga. Dari sisi ekonomi, survei sentimen konsumen yang dilakukan Universitas Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi satu tahun turun menjadi 3,1% pada bulan September, merupakan level terendah sejak Januari 2021.

Selain itu, perkiraan inflasi lima tahun juga turun menjadi 2,7%, setara dengan level terendah sejak Desember 2020.

 

Data Ekonomi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Wall Street menganalisis serangkaian data ekonomi yang beragam menjelang keputusan kebijakan The Fed, yang akan diumumkan pada 20 September.

Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada minggu depan, namun para pedagang akan mencari wawasan tentang bagaimana pemikiran para pembuat kebijakan. tentang inflasi dari sini.

Pada hari Kamis, indeks harga produsen bulan Agustus menunjukkan PPI inti terkendali pada bulan lalu, meskipun angka utama naik lebih dari perkiraan.

Sementara itu, indeks harga konsumen bulan Agustus menunjukkan CPI inti sedikit lebih tinggi dari perkiraan secara bulanan.

“Ada antusiasme investor awal terhadap data inflasi yang tidak terlalu jauh dari ekspektasi. Di satu sisi, data inflasi lebih baik dari perkiraan, namun investor mengabaikan hal tersebut awal pekan ini karena berpikir bahwa The Fed tidak akan cenderung menaikkan suku bunga lagi minggu depan, berdasarkan data inflasi bulan Agustus,” kata Greg Bassuk dari AXS Investments.

“Tetapi saya pikir setelah mencerna data ekonomi tambahan yang keluar, serta tekanan geopolitik yang sedang berlangsung dan perkembangan lainnya, saat ini kita melihat investor mundur dan mengambil jeda,” tambah Bassuk.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya