Liputan6.com, Jakarta PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyarankan investor untuk mendiversifikasi investasinya di pasar modal dengan berinvestasi pada reksa dana indeks. Sebab, reksa dana tersebut memiliki risiko yang terukur sekaligus tingkat pengembalian investasi (return) yang lebih optimal.
Head of Fund Services Mirae Asset Francisca Gerungan mengatakan, saran tersebut merupakan bentuk antisipasi menghadapi gejolak politik dan keamanan yang semakin panas, makroekonomi global menjelang akhir tahun, dan menghadapi tahun politik pada 2024.
Baca Juga
“Kami mengajak investor untuk dapat mendiversifikasi investasinya pada reksa dana indeks agar dapat mengikuti atau mirroring stabilitas dan keuntungan dari saham-saham di indeksnya,” ujar sosok yang biasa dipanggil Cika tersebut dalam keterangan resminya, Selasa (17/10/2023).
Advertisement
Cika menyebut, reksa dana indeks adalah reksa dana yang pengelolaan dananya diinvestasikan pada efek sesuai dengan indeks tertentu yang dijadikan acuan.
Dari pengelolaan investasi, manajer investasi melakukan passive manage. Oleh karena itu, kinerjanya diharapkan mendapatkan hasil investasi yang serupa dengan indeks acuan.
Dia mengatakan, per awal September 2023, dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana indeks di industri reksa dana mencapai Rp 13 triliun, menjadi bagian dari total AUM industri reksa dana Rp 515 triliun.
Angka total AUM industri reksa dana tersebut turun 8 persen dari posisi September tahun lalu atau year on year (YoY) berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Di tengah pertumbuhan positif industri tersebut, nilai reksa dana yang diadministrasikan atau asset under administration (AUA) Mirae Asset juga tumbuh bahkan lebih besar daripada industri reksa dana yaitu sebesar 60 persen menjadi sekitar Rp1,5 triliun sejak awal tahun.
Selain peningkatan AUA, Cika juga mengatakan Mirae Asset juga berhasil meningkatkan jumlah investor reksa dananya sebesar 62 persen YoY menjadi 27.000 rekening pada September YoY, atau lebih besar dari pertumbuhan investor reksa dana nasional 20 persen.
“Ke depannya kami akan terus melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai reksa dana indeks sebagai opsi diversifikasi investasi agar nasabah dapat memiliki portofolio yang seimbang, karena nasabah Mirae Asset memiliki profil risiko lebih agresif,” terang Cika.
Seiring dengan usaha tersebut, Mirae Asset senantiasa meningkatkan kualitas layanan seiring dengan bertumbuhnya AUA reksa dana di perusahaan yang berlaku sebagai agen penjual efek reksa dana (APERD) dan di pasar modal Indonesia.
Value stock
Sementara itu, Head of Investment Specialist PT Syailendra Capital Teguh Bagja S mengatakan, pihaknya memiliki produk reksa dana indeks yang bernama Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A yang mengikuti indeks MSCI Indonesia Value yang berisi value stock.
Value stock adalah saham perusahaan yang harga sahamnya di pasar masih lebih murah dibanding nilai intrinsik perusahaannya.
Teguh menilai, penurunan harga saham cenderung lebih cepat dibanding penurunan kinerja emiten penerbit saham, sedangkan valuasi saham (value stock) memiliki peluang untuk tumbuh secara fundamental walaupun pasar sedang terkoreksi.
"Investasi pada value stocks diharapkan memiliki kinerja yang lebih konsisten dalam jangka panjang sehubungan dengan fundamental perusahaan yang baik dan potensi dividen yang akan diberikan oleh emiten-emiten value stock," imbuh dia.
Berkat karakter investasi yang unik itu, Syailendra MSCI Indonesia Value Index diperkirakan mampu mencetak keuntungan atau return yang lebih baik dibanding IHSG.
Pada rentang akhir 2022 hingga September 2023, return Syailendra MSCI Indonesia Value mencapai 11,3 persen, sedangkan IHSG hanya membukukan return 1,1 persen.
Di dalam MSCI Indonesia Value tersebut, saat ini ada 12 value stock yang menjadi konstituen yaitu ADRO, ASII, BBNI, BBRI, BMRI, BRPT, INDF, INKP, TLKM, UNTR, UNVR, dan SMGR. Hingga kuartal I-2024, IHSG diprediksi dapat mencapai 7.600.
Advertisement
Perhatian Investor
Lebih lanjut, Head of Investment Information Mirae Asset Martha Christina menambahkan, sejak awal tahun, 9 dari 15 indeks tematik di bursa membukukan kinerja lebih baik daripada IHSG. Maka dari itu, reksa dana indeks dapat menjadi pilihan diversifikasi terutama ketika pasar sedang bergejolak.
Saat ini, perhatian pelaku pasar masih pada konflik Palestina-Israel, harga minyak bumi dan komoditas lain, serta angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS. "Kami meyakini kondisi pasar akan semakin normal di akhir tahun menjelang aksi window dressing," kata dia.
Secara historis, Martha mencatat bahwa IHSG hampir selalu menguat pada kuartal IV setiap tahunnya, terutama terkait dengan momentum aktivitas window dressing.
Sepanjang Oktober dan Desember dalam 10 tahun terakhir, IHSG mencetak rerata return 2,1 persen dan 2,6 persen. Window dressing sendiri adalah kegiatan di mana investor institusi di pasar modal mempercantik portofolionya agar laporan keuangan tahunannya terlihat lebih baik.
Aksi window dressing umumnya dilakukan dengan membeli efek-efek di pasar modal secara lebih agresif, sehingga membuat pasar saham bergerak positif.
Martha memperkirakan, tahun ini IHSG dapat mencapai level 7.400 pada akhir tahun dengan 10 saham pilihan (top picks) antara lain ACES, AKRA, BMRI, CPIN, EXCL, HRUM, INTP, PRDA, dan UNTR.