Bursa Saham Asia Tersungkur Usai Jepang Catat Surplus Perdagangan

Bursa saham Korea Selatan memimpin koreksi di bursa saham Asia Pasifik di tengah harapan bank sentral Korea Selatan pertahankan suku bunga dan rilis data neraca perdagangan Jepang.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Okt 2023, 08:09 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2023, 08:09 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan saham Kamis (19/10/2023) di tengah Jepang alami surplus perdagangan yang mengejutkan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan saham Kamis (19/10/2023) di tengah Jepang alami surplus perdagangan yang mengejutkan pada September 2023.

Di sisi lain, Australia menanti data pengangguran pada September 2023. Pergerakan bursa saham Asia Pasifik juga mencerminkan gejolak di wall street saat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menembus di atas 4,9 persen untuk pertama kalinya sejak 2007.

Sementara itu, tingkat rata-rata suku bunga hipotek tetap 30 tahun mencapai 8 persen, tertinggi sejak 2000.Di Australia, indeks ASX 200 melemah 1,33 persen pada awal sesi perdagangan  sehingga hapus keuntungan pada pekan ini. Dikutip dari laman CNBC, Kamis pekan ini.

Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 1,42 persen. Sedangkan indeks Topix tergelincir 1,18 persen setelah rilis data neraca perdagangan.

Indeks Kospi Korea Selatan terpangkas 1,62 persen, indeks Kosdaq turun 2,22 persen, dan memimpin koreksi di Asia di antara indeks saham. Bank sentral Korea Selatan diharapkan pertahankan suku bunga 3,5 persen, berdasarkan polling  kepada ekonom oleh Reuters.

Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 17.569, dan melemah dari penutupan perdagangan sebelumnya di kisaran 17.732,52.

Di wall street, tiga indeks saham acuan tertekan. Indeks Dow Jones melemah 0,98 persen. Indeks S&P 500 susut 1,34 persen dan indeks Nasdaq terpangkas 1,62 persen.


Bursa Saham Asia Pasifik pada 18 Oktober 2023

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu sore, 18 Oktober 2023 setelah data ekonomi China menunjukkan pertumbuhan lebih kuat dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, China membukukan pertumbuhan ekonomi 4,9 persen pada kuartal Juli-September dibandingkan tahun sebelumnya, menurut rilis dari Biro Statistik Nasional pada Rabu pekan ini. Ekonom prediksi ekonomi China tumbuh 4,4 persen.

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini juga membukukan penjualan ritel lebih dari perkiraan pada September 2023 dan tingkat pengangguran perkotaan yang turun ke level terendah dalam hampir dua tahun pada bulan lalu.

Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 0,15 persen pada jam terakhir perdagangannya. Indeks acuan CSI 300 China melemah 0,79 persen ke posisi 3.610,58, yang merupakan level terendah dalam hampir satu tahun.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,3 persen ke posisi 7.077,60 jelang angka pengangguran pada Kamis pekan ini. Indeks Nikkei 225 hampir mendatar ke posisi 32.042,25. Indeks Topix naik 0,14 persen ke posisi 2.295,34. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,1 persen ke posisi 2.462,6. Indeks Kosdaq melemah 1,4 persen ke posisi 808,89.

Indeks Taiex di Taiwan susut 1,21 persen seiring saham Taiwan Semicondutor Manufacturing Corp turun 2 persen. Hal ini terjadi setelah AS mengumumkan pembatasan baru pada ekspor chip kecerdasan buatan ke China.

 


Penutupan Wall Street pada 18 Oktober 2023

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 18 Oktober 2023. Wall street yang lesu seiring musim laporan laba dan imbal hasil obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi.

Dikutip dari CNBC, pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 332,57 poin atau 0,98 persen ke posisi 33.665,08. Indeks S&P 500 melemah 1,34 persen ke posisi 4.314,60. Indeks Nasdaq tergelincir 1,62 persen ke posisi 13.314,30.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik menembus di atas 4,9 persen pada Rabu, 18 Oktober 2023. Untuk pertama kali, imbal hasil obligasi menembus di atas 4,9 persen sejak 2007.

Sementara itu, tingkat rata-rata suku bunga hipotek tetap 30 tahun mencapai 8 persen, level tertinggi sejak 2000.

“Pasar sedang mencoba mencari tahu di mana suku bunga akan mencapai puncaknya. Pasar ingin melihat apa yang terjadi ketika suku bunga mencapai 5 persen,” ujar Managing Partners Harris Financial, Jamie Cox.

Saham JB Hunt tergelincir 8,9 persen karena laba yang lebih buruk dari perkiraan, sedangkan saham United Airlines turun 9,7 persen setelah menyampaikan panduan yang lembut terkait kinerja. Saham Morgan Stanley merosot 6,8 persen dan mencatat hari terburuk sejak 2020 karena lemahnya kinerja divisi wealth management menutupi kinerja kedua lini.

 


Rilis Kinerja Keuangan Perusahaan

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Di sisi lain, saham Procter & Gamble naik 2,6 persen setelah mengalahkan harapan analis pada kuartal tersebut. Investor kini melirik kinerja laba Netflix dan Tesla yang dirilis setelah perdagangan Rabu pekan ini.

Lebih dari 10 persen di S&P 500 telah melaporkan kinerjanya, menurut FactSet. Dari laporan itu, sekitar 78 persen telah melampaui harapan analis.

Senior Investment Strategist Charles Schwab, Kevin Gordon menuturkan, fokus pasar beralih ke pertumbuhan pendapatan pada musim laporan laba ini. Ia menambahkan, investor sedang mencoba untuk menguraikan perusahaan mana yang mengalami peningkatan permintaan dan perusahaan mana yang meningkatkan laba melalui langkah-langkah pemotongan biaya saja.

“Saat ini kita berada pada titik siklus di mana perusahaan benar-benar harus mulai menunjukkan permintaan actual yang kembali online. Jika bukan itu masalahnya, Anda mungkin tidak akan mendapatkan peningkatan sebanyak yang diharapkan orang,” kata dia.

Saham chip yakni Nvidia dan Advanced Micro Devices berjuang pada perdagangan sesi kedua karena investor melakukan aksi jual. Langkah ini dilakukan setelah Departemen Perdagangan Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk memperketat pembatasan penjualan chip kecerdasan buatan canggih ke China pada Selasa pekan ini.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya