Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Korea Selatan memimpin penurunan di bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan Kamis (26/10/2023). Bursa saham Korea Selatan yang melemah ini seiring investor menganalisis data yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal III 2023.
Dikutip dari CNBC, produk domestik bruto (PDB) tumbuh 0,6 persen pada Juli-September dibandingkan kuartal sebelumnya, menurut data yang dirilis Bank of Korea. Bank Korea Selatan akan menggelar pertemuan pada akhir November 2023.
Baca Juga
Indeks Kospi Korea Selatan melemah 1,51 persen, sedangkan indeks Kosdaq merosot 2,3 persen. Indeks Nikkei 225 melemah 1,3 persen. Di Australia, indeks ASX 200 turun 0,4 persen. Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 17.158, lebih tinggi dari penutupan perdagangan terakhir di posisi 17.085,33.
Advertisement
Sementara itu, wall street melemah pada perdagangan Rabu, 25 Oktober 2023. Indeks S&P 500 di bawah level kunci pada perdagangan Rabu pekan ini setelah hasil kuartalan yang mengecewakan dari perusahaan induk Google, Alphabet.
Indeks S&P 500 melemah 1,43 persen ke posisi 4.186,77, dan ditutup di bawah level 4.00. Ini adalah pertama kalinya indeks S&P 500 di bawah ambang batas ini sejak Mei. Indeks Dow Jones merosot 105,45 poin. Indeks Nasdaq terpangkas 2,43 persen.
Penutupan Bursa Saham Asia
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik menguat seiring investor mengkaji inflasi kuartal III 2023 Australia yang akan memberikan petunjuk mengenai keputusan kebijakan moneter Reserve Bank of Australia pada pertemuannya 3 November 2023.
Dikutip dari CNBC, tingkat inflasi kuartal III di Australia mencapai 5,4 persen, sedikit lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang disurvei Reuters 5,3 persen, tetapi lebih rendah dari 6 persen yang terlihat pada kuartal II.
Indeks Hang Seng Hong Kong memangkas kenaikan sebelumnya. Indeks acuan tersebut naik 0,44 persen dalam satu jam terakhir. Bursa saham China juga menguat dengan indeks CSI 300 naik 0,5 persen, dan memperpanjang kenaikan dalam dua hari berturut-turut ke posisi 3.504,45.
Di Australia, indeks ASX 200 melemah tipis setelah rilis data inflasi. Indeks ASX 200 ditutup ke posisi 6.854,3 dan membalikkan kenaikan pada perdagangan Selasa pekan ini.
Indeks Nikkei 225 melonjak 0,67 persen ke posisi 31.269,92. Indeks Topix bertambah 0,61 persen ke posisi 2.254,4.
Sedangkan bursa saham Korea Selatan melemah. Indeks Kospi tergelincir 0,85 persen ke posisi 2.363,17 dan indeks Kosdaq terpangkas 1,79 persen ke posisi 770,84.
Penutupan Wall Street pada 25 Oktober 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan saham Rabu, 25 Oktober 2023. Indeks S&P 500 ditutup di bawah level penting setelah hasil laporan keuangan yang mengecewakan dari perusahaan induk Google, Alphabet dan kenaikan suku bunga.
Dikutip dari CNBC, Kamis (26/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 1,43 persen ke posisi 4.816,77 dan mengakhiri perdagangan di bawah level 4.200. Ini pertama kali indeks S&P 500 di ditutup di bawah ambang batas sejak Mei 2023. Indeks Nasdaq merosot 2,43 persen ke posisi 12.821,22 yang merupakan hari terburuk sejak 21 Februari, saat indeks melemah 2,5 persen.
Sementara itu, indeks Dow Jones melemah 105,45 poin atau 0,32 persen ke posisi 33.035,93.
Saham Alphabet merosot lebih dari 9 persen seiring bisnis cloud yang meleset dari perkiraan analis. Saham kelas A Google mencatat kinerja terburuk sejak Maret 2020. Sektor jasa komunikasi S&P 500 melemah 5,9 persen.
Saham raksasa teknologi Apple dan Amazon masing-masing tergelincir 1,3 persen dan 5,6 persen. Amazon akan melaporkan hasil laporan keuangan kuartal III 2023 setelah bel penutupan pada perdagangan Kamis, 26 Oktober 2023.
Advertisement
Imbal Hasil Obligasi Menguat
Laba perusahaan meski tetap menjadi fokus investor, investor juga terus memperhatikan imbal hasil karena imbal hasil berada di dekat level tertinggi dalam beberapa tahun. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik hampir 11 basis poin menjadi 4,95 persen. Imbal hasil ini diperdagangkan di atas 5 persen pada awal pekan yang mengguncang investor dan memukul saham teknologi.
“Laba mendominasi berita utama, tapi saya tidak bisa mengalihkan pandangan dari pasar obligasi. Kami belum pernah melihat laju imbal hasil yang meroket sejak 1982 dan hal ini akan menimbulkan masalah bagi saham,” ujar Analis Senior Oanda, Ed Moya.
Sementara itu, saham Micrsofot menguat 3 persen setelah hasil laporan keuangan fiskal pertama mengalahkan prediksi wall street. Saham IBM dan Meta akan merilis laporan keuangan pada Kamis sore pekan ini. Sekitar 29 persen perusahaan S&P 500 telah merilis kinerja keuangan kuartal III. Dari perusahaan-perusahaan itu, 78 persen telah melampaui harapan.
Penutupan Wall Street pada 24 Oktober 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Selasa, 24 Oktober 2023. Investor fokus pada laporan laba perusahaan dan pelaku pasar memantau pergerakan terbaru imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Dikutip dari CNBC, Rabu (25/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 204,97 poin atau 0,62 persen ke posisi 33.141,38. Indeks S&P 500 bertambah 0,73 persen ke posisi 4.247,68. Indeks Nasdaq menguat 0,93 persen ke posisi 13.139,87.
Coca-Cola melaporkan laba dan pendapatan yang melampaui perkiraan. Hal itu mendorong saham Coca-Cola naik 2,9 persen. Saham Spotify melonjak 10 persen setelah raksasa streaming audio itu membukukan kinerja keuangan kuartal III 2023 yang melampaui harapan.
Di sisi lain, saham General Motors merosot 2,3 persen setelah perusahaan menarik prospek setahun penuh di tengah meningkatnya biaya akibat pemogokan serikat pekerja United Auto Workers. Produsen mobil tersebut membukukan kinerja keuangan kuartal III yang lebih baik dari perkiraan.
Alfabet dan Microsoft termasuk di antara perusahaan yang merilis laporan keuangan setelah penutupan perdagangan. Pada pekan ini, perusahaan teknologi yang merilis kinerja keuangan yakni Amazon dan Meta.
Bahnsen Group Chief Invesment Officer David Bahnsen menuturkan, jika perusahaan teknologi yang melaporkan laba pekan ini mengalahkan harapan wall street, valuasi untuk perusahaan ini secara lebih luas masih terlalu tinggi.
“Tidak peduli apa hasil yang kita lihat dari laba perusahaan teknologi besar pekan ini, hasil tersebut tidak akan membenarkan valuasi mereka yang aneh,” ujar dia.
Ia menilai, penurunan harga saham perusahaan teknologi besar selama tiga bulan terakhir, saham-saham teknologi besar masih terlalu mahal. "Dan ini adalah dinamika yang sepertinya tidak akan berakhir dengan baik,” kata dia.
Advertisement