Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengubah kalender libur bursa pada Februari 2024. BEI menetapkan hari pencoblosan dalam rangka pemilihan umum (Pemilu) 2024 yakni pada 14 Februari 2024 ditetapkan sebagai hari libur bursa.
Dengan demikian, terdapat tiga hari libur bursa efek pada Februari 2024. Hari libur itu antara lain peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW pada Kamis, 8 Februari 2024, cuti bersama Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili pada 9 Februari 2024, dan pemilu 2024 pada Rabu, 14 Februari 2024. Seiring hari libur itu, hari bursa ada 18 hari pada Februari 2024. Dengan demikian, jumlah hari bursa mencapai 239 hari pada 2024.
Baca Juga
BEI menetapkan hari pencoblosan pada pemilu 2024 sebagai hari libur bursa dengan menunjuk pada ketentuan berikut:
Advertisement
1.Pasal 167 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum disebutkan bahwa:
“Pemungutan suara dilaksanakan secara serentak pada hari libur atau hari yang diliburkan secara nasional,”
2.Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU) Nomor 3 Tahun 2022 dan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU) Nomor 21 Tahun 2022;
3. Surat Otoritas Jasa Keuangan Nomor S-33/PM.122/2024 Tanggal 5 Februari 2024 perihal Tanggapan terkait Permohonan Arahan terkait Penetapan Hari Libur Bursa untuk Pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2024.
“Maka dengan ini diumumkan tanggal 14 Februari 2024 ditetapkan sebagai hari libur bursa,” tulis Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (6/2/2024).
Adapun perubahan kalender libur bursa 2024 dapat disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan kegiatan kliring pada kalender operasional Bank Indonesia atau adanya pengumuman pemerintah mengenai perubahan hari libur nasional dan cuti bersama 2024.
BEI Minta Investor Rasional Hadapi Pemilu
Sebelumnya diberitakan, gelaran pesta demokrasi tahun ini rupanya ikut mempengaruhi pandangan investor pasar modal. Umumnya, investor melakukan wait and see terkait langkah investasi selanjutnya, memperhatikan kebijakan yang ditelurkan pemimpin baru. Sebagai gambaran, belum lama ini sejumlah perusahaan terafiliasi partai politik ramai melakukan IPO di Bursa.
Beberapa petinggi emiten juga tampak memiliki tendensi ke salah satu pasangan calon presiden (capres)-calon presiden (cawapres). Merujuk kondisi tersebut, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengimbau agar investor tetap rasional dalam memperhitungkan strategi investasinya.
"Kita sampaikan kepada publik untuk selalu mengambil keputusan investasi secara rasional, itu yang paling penting. Dan untuk bisa mengambil keputusan secara rasional tentu dibutuhkan skill dan dibutuhkan data,” kata Jeffrey dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal, Kamis (25/1/2024).
Rasionalitas, lanjut Jeffrey, harus tetap dijaga meski pasar dalam keadaan sideways, market bearish, maupun market bullish. Dalam catatannya, investor cenderung lengah saat market atau pasar sedang bullish.
Selain itu, investor juga harus memperhatikan pengumuman atau notifikasi khusus yang disampaikan bursa seperti unusual market activity (UMA) hingga pemberhentian perdagangan saham atau suspensi.
"Kalau memang para investor memutuskan mau wait and see, atau ada beberapa investor yang justru mengatakan ini adalah waktunya untuk mengambil keputusan dengan mengantisipasi apapun yang akan terjadi di depan, itu adalah keputusan masing-masing investor. Investor harusnya melihat prospek jangka panjang," kata Jeffrey.
Advertisement
Kinerja IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara historis mencatatkan kinerja solid pada momentum pemilu. Sebagai gambaran, pada 1999 IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar. Pada 20229, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen.
Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen. Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen.
"Kegiatan pemilu adalah kegiatan yang sudah kita lakukan berkali-kali sepanjang keberadaan Bursa Efek Indonesia. Dan tetap banyak investor kita yang sukses sampai dengan hari ini. Artinya bagaimana investor melakukan analisis," ujar Jeffrey.
Menengok Prospek Investasi di BEI saat Pemilu
Sebelumnya diberitakan, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pasar modal tanah air masih menarik di tengah gelaran pemilihan umum (pemilu).
Head of Research Mirae Asset, Robertus Hardy mengatakan peningkatan minat investasi publik di pasar saham tahun ini juga didukung optimisme prediksi pasar saham yang akan menguat pada semester II dengan dukungan dari saham-saham unggulan (blue chips).
"Ada potensi penurunan suku bunga bank sentral di tingkat global, termasuk BI rate, yang terutama disebabkan oleh inflasi yang terkendali dan sudah ada kejelasan hasil pemilu. Kami masih memprediksi nilai wajar IHSG akan berada pada level 8.100,” kata Robertus dalam Mirae Asset Media Day, Rabu (24/1/2024).
Dua faktor lain, lanjut Robert, adalah investor domestik yang diprediksi masih akan jadi penopang IHSG serta total kapitalisasi saham emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar yang masih kecil.
Robert mengatakan total kapitalisasi pasar saham lima emiten terbesar di pasar saham Indonesia sangatlah kecil dibanding pasar saham Asia lain seperti Korea Selatan, Jepang, dan India.
Lima saham blue chips terbesar di Indonesia yaitu BBCA, BREN, BBRI, BYAN, BMRI hanya sekitar USD 273 miliar, jauh di bawah lima perusahaan terbesar di bursa Korea Selatan, Jepang, dan India yaitu USD 628 miliar, USD 672 miliar, dan USD 691 miliar.
"Dengan optimisme pasar saham tersebut. Saham-saham yang dapat menjadi pilihan adalah BBCA, BBRI, ACES, MAPI, TLKM, ISAT, dan ASII," ungkap Robertus.
Advertisement