Astra International Serap Capex Rp 45,9 Triliun pada 2023, Untuk Apa Saja?

PT Astra International Tbk (ASII) merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 45,9 triliun sepanjang 2023

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Feb 2024, 18:01 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2024, 18:01 WIB
Peluncuran Menara Astra
Gedung Menara Astra setinggi 260 meter yang terletak di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta (20/2). Gedung ini dibangun dengan standar internasional Green Mark Platinum. (Liputan6.com/HO/Ilham)

Liputan6.com, Jakarta PT Astra International Tbk (ASII) merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 45,9 triliun sepanjang 2023. Angka ini naik sekitar dua kali lipat dari realisasi belanja modal 2022 yang sebesar Rp 26,4 triliun.

Selama setahun terakhir, Grup terus membelanjakan modalnya untuk memperkuat portofolio inti dan diversifikasi bisnis.

"Belanja modal dan investasi konsolidasian Grup pada tahun 2023 meningkat dua kali lipat menjadi Rp 45,9 triliun, terutama disebabkan oleh investasi PT United Tractors Tbk (UNTR) di sektor nikel dan energi terbarukan sebagai bagian dari rencana transisinya," beber Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (28/2/2024).

United Tractors juga mengeluarkan belanja modal yang lebih tinggi untuk penggantian alat berat pasca pandemi sejalan dengan peningkatan aktivitas bisnisnya. Selain itu, belanja modal 2023 juga digunakan untuk membiayai sejumah aksi korporasi dalam rangka memperkuat portofolio inti dan diversifikasi bisnis.

Pada divisi otomotif, perusahaan mengakuisisi PT Tokobagus (OLX), suatu perusahaan yang mengoperasikan platform iklan baris terkemuka di Indonesia. Akuisisi ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem digital Grup.

Pada divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, perseroan mengakuisisi 70 persen kepemilikan di PT Stargate Pasific Resources (SPR), sebuah perusahaan pertambangan nikel, dan PT Stargate Mineral Asia (SMA), sebuah perusahaan pengolahan nikel, dengan nilai investasi sebesar Rp 3,2 triliun.

Selanjutnya, Grup mengakuisisi 66,7 persen saham kepemilikan di PT Anugerah Surya Pacific Resources, perusahaan induk yang memiliki masing-masing 30 persen saham di SPR dan SMA, dengan nilai investasi sebesar Rp 1,6 triliun.

 

Beli Saham Perusahaan Nikel

Astra Internasional
(Foto: Istimewa)

Masih di divisi yang sama, perseroan melakukan pembelian 19,99 persen saham di Nickel Industries Limited (NIC) dengan nilai transaksi sebesar AUD 942,7 juta. NIC tercatat di Australian Securities Exchange dan merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama berlokasi di Indonesia.

Perseroan juga melakukan penyertaan 49,6 persen saham di PT Supreme Energy Sriwijaya (SES) dengan nilai transaksi sebesar USD 51,9 juta. SES merupakan pemegang 25,2 persen saham Supreme Energy Rantau Dedap, yang memiliki proyek panas bumi yang beroperasi di Sumatera Selatan dengan kapasitas saat ini sebesar 2 x 49 MW.

Lainnya, Astra melakukan penambahan investasi sebesar USD 100 juta di Halodoc, platform ekosistem kesehatan digital terkemuka di Indonesia. Total kumulatif investasi Grup menjadi USD 135 juta dan kepemilikan saham menjadi 21,04 persen.

Perseroan mengakuisisi 96,92 persen saham di PT Bhumi Prama Arjasa (BPA), sebelumnya PT Jaya Mandarin Agung, dengan nilai transaksi sebesar USD 85 juta. BPA merupakan pemilik Mandarin Oriental Hotel, Jakarta, dan lahan premium seluas 1 hektar di mana hotel tersebut berada.

Pada 2023, Astra membentuk perusahaan patungan dengan Equinix, Inc., salah satu perusahaan infrastruktur digital terbesar di dunia, untuk mengembangkan pusat data di Indonesia, di mana kepemilikan Grup sebesar 25 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya