Liputan6.com, Jakarta PT PP (Persero) Tbk (PTPP) memasang target konservatif pada 2024, seiring pergantian pemerintahan baru. Sekretaris Perusahaan PTPP Bakhtiyar Efendi mengatakan pada momentum transisi, pengadaan proyek-proyek biasanya akan mengalami perlambatan.
"Jadi pasar utama kita di pemerintah. Biasanya proyek pemerintah tumbuh 15 persen. Karena ini sedang peralihan, kita agak konservatif dulu tahun ini," kata Bakhtiyar kepada wartawan di kawasan Jakarta Selatan, dikutip Jumat (21/3/2024).
Baca Juga
Sebagai acuan, sepanjang 2023 perseroan membukukan perolehan kontrak baru Rp 31,67 triliun. Kontrak baru tersebut didominasi oleh proyek dengan sumber dana pemerintah sebesar 42,79 persen, swasta 37,20 persen dan BUMN 20,01 persen. Tahun ini, konsentrasi utama perseroan adalah menyelesaikan project-project yang sudah berjalan.
Advertisement
"Sampai dengan sekarang, order book PTPP per Desember itu Rp 48 triliun. Jadi masih cukup banyak, itu bisa kita jual kira-kira 2-3 tahun. Dominasinya masih di proyek-proyek strategis nasional," imbuh Bakhtiyar.
Dari sisi pendapatan, perseroan juga pasang target konservatif di kisaran Rp 21 triliun. Gambaran saja, sepanjang 2023 perseroan membukukan pendapatan Rp 19,99 triliun atau naik 5,66 persen dari pendapatan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 18,92 triliun.
"Penjualan kita di tahun 2023 hampir Rp 20 triliun. Tahun ini (2024) sama, tumbuhnya agak konservatif juga. Jadi sekitar Rp 21 triliun, jadi tumbuh sedikit," kata Bakhtiyar.
Dari Rp 21 triliun itu, proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara andil sekitar Rp 6 triliun. Adapun pada 2023, perseroan telah mengantongi sekitar Rp 3 triliun dari proyek IKN. "Jadi IKN ini juga masih jadi komponen utama dari proyek-proyek yang ada di PP baik itu kontrak baru maupun pendapatan," imbuh Bakhtiyar memungkasi.
PTPP Ungkap Progres Merger dengan WIKA
Kementerian BUMN berencana menggabungkan BUMN sektor infrastruktur atau BUMN Karya. Nantinya, akan ada penggabungan sejumlah perusahaan menjadi tersisa 3 BUMN saja.
Sekretaris Perusahaan PTPP Bakhtiyar Efendi menjelaskan, perseroan saat ini masih menunggu arahan lebih lanjut dari Kementerian BUMN. Sebelumnya, perseroan yang telah ikut kajian mengenai rencana penggabungan usaha antar BUMN karya.
"Ini mungkin kajiannya sudah mulai ada hasilnya meskipun kita masih menunggu hasil detailnya seperti apa. Jadi kita secara resmi dan secara detailnya nanti proses penggabungannya, sistem penggabungannya seperti apa, itu masih kita tunggu dari Kementerian dulu," kata dia kepada wartawan di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2024).
Bakhtiyar mengatakan, PTPP kemungkinan akan digabung dengan Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Lainnya, ada PT Hutama Karya (Persero) yang kemungkinan akan digabungkan dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT). Namun hal ini masih dipertimbangkan dengan menengok kompetensi masing-masing perusahaan.
"Kita juga ikut dalam proses kajian itu. Kita diminta data-datanya. Jadi semua kompetensi PP, kelebihan dan kekurangannya juga diassessment. Sehingga nanti cocoknya digabung dengan siapa," imbuh Bakhtiyar.
Saat ini, Bakhtiyar mengatakan BUMN karya saat ini memiliki kompetensi hampir sama, sehingga tak jarang ada persaingan ketat antar sesama BUMN karya. Ke depannya, hasil penggabungan BUMN karya ini akan difokuskan pada bidang khusus.
"Saat ini ada 7 (BUMNÂ karya) dengan kompetensi yang sama. Semuanya dapat membiding projek yang sama, itu mungkin jadi salah satu evaluasi di Kementerian BUMN. Sehingga tidak ada yang punya spesialisasi khusus," ujarnya.
Â
Advertisement
Rencana Penggabungan
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir berencana menggabungkan PT Hutama Karya (Persero) dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Kedua, menggabungkan PT Adhi Karya (Persero) Tbk dengan Brantas Abipraya dan Nindya Karya. Ketiga, menggabungkan PT Pembangunan Perumahan (Persero) atau PTPP dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Selanjutnya, tiga entitas hasil penggabungan itu akan diklasifikasi ke beberapa fokus berbeda. HK dan Waskita akan fokus pada jalan tol, jalan non tol, gedung institusi, hingga residen komersial.
Sementara itu, Wika, PP, hingga Adhi Karya tidak akan menggarap pada sektor yang sudah dikuasai HK-Waskita. Namun, seluruhnya punya aspek keahliannya masing-masing.
"Tetapi untuk WIKA dan PP dia tidak masuk ke toll roads, tapi dia fokus ke seaport, airport, tetapi dia juga akan tetap masuk di residential karena masih ada aset-aset yang tertinggal sebelumnya," urainya.
Kemudian, Adhi Karya-Nindya Karya bakal fokus menggarap sektor Engineering, Procurement, Construction (EPC). Spesialisasinya akan diarahkan pada infrastruktur air, rel, dan beberapa hal senada lainnya.
"Ini yang kita lakukan sebenarnya konsolidasi sekaligus penyehatan," pungkas Erick Thohir.