IHSG Terkoreksi, Saatnya Masuk Pasar Saham?

Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer menjelaskan beberapa hal yang jadi biang kerok penurunan IHSG.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Mei 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2024, 06:00 WIB
IHSG Terkoreksi, Saatnya Masuk Pasar Saham?
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2024 cukup variatif. Pada penutupan Selasa, 14 Mei 2024, IHSG berada pada posisi 7.083,763, atau turun 2,60 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2024 cukup variatif. Pada penutupan Selasa, 14 Mei 2024, IHSG berada pada posisi 7.083,763, atau turun 2,60 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).

Namun, dalam satu tahun terakhir, IHSG masih naik 3,57 persen. Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer menjelaskan beberapa hal yang jadi biang kerok penurunan IHSG. Dari sisi global, IHSG lebih dipengaruhi perubahan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang nampaknya masih belum ada hilal.

"Faktor globalnya perubahan dari sisi ekspektasi. Kenaikan suku bunga bunga obligasi Amerika Serikat dan juga penguatan nilai tukar dolar yang memberikan pelemahan dari sisi nilai tukar rupiah juga memberikan tekanan," beber Joezer dalam  Mandiri Macro and Market Brief - Thriving Through Transition, Selasa (14/5/2024).

Dari yang sisi domestik adalah perubahan ekspektasi mengenai pertumbuhan laba bersih perusahaan tercatat di tahun 2024. Dalam catatannya, beberapa sektor big cap terkoreksi dan jadi pemberat IHSG. Di antaranya termasuk sektor perbankan atau finansial.

"Terdapat penurunan indeks saham finansial itu sekitar 5,7 persen. Jadi kalau kita lihat memang ke depannya beberapa hal yang menjadi domestik driver misalnya formasi kabinet baru," kata dia.

Meski begitu, Joezer optimistis akan terjadi perbaikan kinerja emiten mulai kuartal II 2024, atau setidaknya pada paruh kedua tahun ini terjadi akselerasi. Sementara IHSG terkoreksi, Joezer mengatakan valuasi pasar saham Indonesia sudah cukup menarik dengan fundamental yang terjaga.

 

Dividen Yield

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Dari sisi kondisi fundamental Indonesia ini sebenarnya kinerja-kinerja rasio-rasionya seperti free cash flow, dividend payout dan juga kita melihat dari sisi corporate profitability margin itu jauh lebih baik. Jadi memang koreksi yang terjadi di IHSG kita melihat sebenarnya secara satu tahun depan menjadi suatu opportunity," kata Joezer.

Dalam perhitungannya, berinvestasi di IHSG saat ini menarik. Dengan free cash flow yang sangat tinggi, menyebabkan ada pandangan menarik bahwa dividend yield juga sebenarnya menjadi sangat tinggi.

"Kalau kita berinvestasi di IHSG di level sekarang, satu tahun ke depan kita bisa mendapatkan imbal hasil mungkin hampir 5 persen dari dividend dan ini terbesar, tertinggi kalau kita ambil datanya dari 2011 bulan Mei," ujar dia.

Joezer menjelaskan, secara balance sheet perusahaan-perusahaan tercatat sebenarnya cukup sehat, cash per share dan free cash flow-nya juga sangat tinggi, sehingga dividend-nya sebenarnya juga berada di level 4-5 persen.

 

Penutupan IHSG

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada perdagangan saham Selasa (14/5/2024). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan dan aksi jual saham oleh investor asing.

Mengutip data RTI, IHSG melemah tipis 0,22 persen ke posisi 7.083,76. Indeks LQ45 susut 0,33 persen ke posisi 892,58. Sebagian besar indeks saham acuan memerah.

Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.136,64 dan terendah 7.071,50. Sebanyak 267 saham melemah sehingga menekan IHSG.Namun, 273 saham menguatdan 236 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.096.354 kali dengan volume perdagangan 18,3 miliar saham. Nilai transaksi Rp 13,4 triliun. Investor asing jual saham Rp 770,84 miliar. Sepanjang 2024, investor asing melepas saham Rp 1,30 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.099.

Mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham nonsiklikal naik 0,73 persen, sektor saham kesehatan menguat 0,51 persen dan sektor saham properti melonjak 0,71 persen.

Sementara itu, sektor saham energi terpangkas 0,97 persen, sektor saham basic susut 0,43 persen dan sektor saham industri merosot 1,41 persen, dan catat koreksi terbesar.

 

Sektor Saham

IHSG Ditutup Melemah ke 6.023,64
Pengendara mobil dan sepeda motor melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Sebanyak 205 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, sektor saham siklikal melemah 0,26 persen, sektor saham keuangan terpangkas 0,08 persen, sektor saham teknologi anjlok 1,14 persen. Selanjutnya sektor saham infrastruktur melemah 0,17 persen dan sektor saham transportasi melemah 0,50 persen.

Mengutip Antara,tim riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya menyebutkan bursa regional Asia cenderung tertahan di zona melemah yang tampaknya dipengaruhi kondisi konflik di Timur Tengah, yang mana militer Israel kembali mengepung secara intens di jalur Gaza Palestina baik dari sisi utara dan Selatan.

Hal itu menimbulkan dampak adanya serangan militer Israel yang semakin intensif, sehingga menyebabkan potensi memanas di kawasan Timur Tengah. Selain itu, sentimen lainnya yaitu pelaku pasar cenderung berhati-hati jelang menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS), karena bisa mempengaruhi waktu pemangkasan suku bunga acuan AS.

Dari dalam negeri, kinerja penjualan memberikan indikasi tetap kuat yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret 2024 mencapai 235,4 atau tumbuh sebesar 9,3 persen year on year (yoy) jika dibanding dari bulan sebelumnya sebesar 6,4 persen (yoy). Hal tersebut memberikan indikasi ekspansi perdagangan dan ini juga ditopang seiring dengan percepatan belanja selama bulan puasa Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya