IPO, Esta Indonesia Incar Dana Rp 164,5 Miliar

PT Esta Indonesia Tbk melepas maksimal 822,50 juta saham ke publik dalam rangka penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 22 Jul 2024, 15:13 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 15:13 WIB
IPO, Esta Indonesia Incar Dana Rp 164,5 Miliar
PT Esta Indonesia Tbk (NEST), Perseroan bergerak di bidang pembibitan dan budidaya burung walet dan perdagangan besar sarang burung walet akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Esta Indonesia Tbk (NEST), Perseroan bergerak di bidang pembibitan dan budidaya burung walet dan perdagangan besar sarang burung walet akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).  

Esta Indonesia melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dengan melepas saham maksimal 822.500.000 saham atas nama dengan nilai nominal Rp Rp 50 setiap saham.

Jumlah saham yang ditawarkan itu setara dengan 20% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh dalam IPO yang ditawarkan kepada masyarakat dengan harga sebesar Rp 160-Rp 200 setiap saham.

Penggunaan Dana IPO

Perseroan akan mengantongi dana segar maksimal Rp 164,5 miliar. Seluruh dana yang diperoleh Perseroan dari IPO, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan dipergunakan Perseroan sekitar 7,57% untuk belanja modal.

Belanja modal ini berupa pembelian 6 bidang tanah dan bangunan yang nantinya akan dimanfaatkan oleh Perseroan sebagai rumah sarang burung walet yang berlokasi di Poso, Sulawesi Tengah.

Kemudian sekitar 18,93% akan digunakan oleh Perseroan untuk penyetoran modal kepada Entitas Anak, yaitu PT Tunas Esta Indonesia (PT TEI), yang selanjutnya akan digunakan oleh PT TEI sebagai belanja modal berupa pembelian 6 bidang tanah dan bangunan yang menjadi satu kesatuan. 

Bangunan tersebut akan digunakan sebagai kantor operasional PT TEI dan sekaligus pabrik dengan estimasi kapasitas produksi sebesar 35 ton per tahun dan terletak pada 1 (satu) area yang sama. 3. 

Adapun sisanya akan digunakan untuk modal kerja perseroan untuk mendukung pertumbuhan Perseroan dimana modal kerja digunakan diantaranya untuk pembelian bahan baku, pembayaran gaji, pembelian alat dan bahan pendukung kegiatan operasional, serta untuk membiayai kegiatan operasional. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jadwal IPO

Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup di Zona Hijau
Pekerja melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/7/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 4,27 miliar per Januari 2024. Nilai ini naik dari periode yang sama pada 2023 sebesar Rp 3,43 miliar. Adapun Esta Indonesia berhasil mencatatkan penjualan hingga Rp 81,71 miliar, meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2023 sebesar Rp 77,19 miliar.

Untuk kebijakan dividen, setelah IPO, Perseroan bakal membagikan dividen maksimal 30 persen dari total laba bersih tahun berjalan Perseroan mulai tahun buku 2024. Pembagian dividen akan diputuskan oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Perseroan telah menunjuk PT KGI Sekuritas Indonesia dalam rangka pelaksanaan IPO.

Berikut jadwal IPO:

Masa penawaran awal pada 22-24 Juli 2024

Tanggal efektif pada 31 Juli 2024

Masa penawaran umum perdana saham pada 1 Agustus-6 Agustus 2024

Tanggal penjatahan pada 6 Agustus 2024

Tanggal distribusi saham secara elektronik pada 7 Agustus 2024

Tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Agustus 2024


Bursa Kantongi 21 Calon Emiten di Pipeline IPO hingga 12 Juli 2024

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO). Adapun hingga 12 Juli 2024, terdapat 32 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 4,93 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 21 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.

"Hingga saat ini, terdapat 21 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Senin (15/7/2024).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 2 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 16 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 1 Perusahaan dari sektor basic materials

• 2 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 7 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor energy

• 2 Perusahaan dari sektor financials

• 2 Perusahaan dari sektor healthcare

• 2 Perusahaan dari sektor industrials

• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 2 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

 


Pipeline Obligasi

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saat ini, Bursa mencatat penerbitan 89 emisi dari 58 penerbit EBUS dengan dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 74,9 triliun. Hingga 12 Juli 2024, terdapat 16 emisi dari 10 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline obligasi.

Lebih lanjut, berikut klasifikasi sektor penerbitan obligasi:

• 4 Perusahaan dari sektor basic materials

• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor energy

• 3 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 1 Perusahaan dari sektor industrials

• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 0 Perusahaan dari sektor technology

• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

Pipeline Rights Issue

Adapun untuk aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, masih terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline.

Adapun per 13 Juli 2024, telah terdapat 12 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 32,57 triliun. Selanjutnya, 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:

• 1 Perusahaan dari sektor basic materials

• 8 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor energy

• 5 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 0 Perusahaan dari sektor industrials

• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 0 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya