Menakar Prospek Industri Semen, Saham Apa Saja yang Menarik Dicermati?

Analis Mirae Asset Sekuritas Andreas Kristo Saragih memproyeksikan pertumbuhan volume penjualan bulanan dan tahunan semen positif pada September 2024.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 27 Sep 2024, 16:45 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2024, 16:45 WIB
Menakar Prospek Industri Semen, Saham Apa Saja yang Menarik Dicermati?
Permintaan semen diperkirakan tetap tinggi, menyusul permintaan semen untuk proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan proyek strategis lainnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Permintaan semen diperkirakan tetap tinggi, menyusul permintaan semen untuk proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan proyek strategis lainnya.

Dari sisi kinerjanya, industri semen domestik melaporkan konsumsi yang lebih rendah dari perkiraan pada Agustus 2024, dengan permintaan mencapai 6,02 juta ton, tumbuh 1,1% YoY.

Analis Mirae Asset Sekuritas Andreas Kristo Saragih memproyeksikan pertumbuhan volume penjualan bulanan dan tahunan yang positif pada September 2024, didukung oleh cuaca yang lebih kering, normalisasi penyesuaian harga semen kantong yang dilakukan pada Agustus dan percepatan kegiatan konstruksi.

"Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas, dan dimasukkannya volume Semen Grobogan ke ASI, kami memperkirakan volume penjualan pada September 2024 akan berada di sekitar 6,2 juta ton, yang menunjukkan tingkat pertumbuhan 1,3% YoY dan 3% MoM," tulis Andreas dalam risetnya, dikutip Jumat (27/9/2024).

Menurut Andreas, peningkatan ini akan didukung oleh semen curah karena selesainya proyek infrastruktur dan semen kantong karena berkurangnya dampak kenaikan harga semen.

"Secara kumulatif, kami memperkirakan volume penjualan semen pada September 2024 tumbuh sebesar 2,1% YoY menjadi 46,27 juta ton, mewakili 70,3% dari estimasi tahunan kami, relatif sejalan dengan tingkat berjalan lima tahun historis yang berkisar 70-74%," ulas Andreas.

Semen Indonesia Tbk (SMGR) melaporkan penjualan semen domestik sebesar 2,91 juta ton pada Agustus 2024, turun 5,1% YoY dan 1,9% MoM. Sehingga menghasilkan pangsa pasar domestik sebesar 48,4%. Kontribusi semen kantong bulanan sedikit meningkat menjadi 69,4%, dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 68,3%, yang menyiratkan volume penjualan semen kantong menurun sebesar 0,3% MoM.

Sementara Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melaporkan volume penjualan semen sebesar 1,83 juta ton atau naik 12,9% YoY tetapi turun 0,9% MoM, dengan pasar kantong tumbuh sebesar 4,3% YoY dan pasar curah melonjak sebesar 35,7% YoY.

"Kami mempertahankan pandangan 12 bulan kami pada sektor ini dengan peringkat overweight yang tidak berubah, mengingat volume penjualan per Agustus 2024 yang sejalan, kemampuan pemain lapis pertama untuk mengelola persaingan, dan valuasi yang menarik. Kami pun tetap pada pilihan utama kami sebelumnya, yakni INTP, karena kami perkirakan akuisisi Semen Grobogan akan membuahkan hasil positif bagi INTP," kata Andreas.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Analis Sebut Sektor Semen di Indonesia Masih Perlu Banyak Stimulus

Pertumbuhan Indusutri Semen
Pekerja tengah melakukan bongkar muat semen di pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Tahun 2022 dinilai akan menjadi tahun yang lebih baik bagi industri semen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Senior Equity Analyst Sinarmas Sekuritas, Yosua Zisokhi menuturkan, sektor semen di Indonesia masih butuh banyak stimulus untuk mendorong pertumbuhan di tengah kondisi oversupply. 

"Evolusi dari semen sebelum 2014 dan 2015 penggunaan semen berbanding dengan demand, sangat tinggi di atas 80 persen. Sekarang ini supply demand dari semen masih rendah di bawah 60 persen," kata Yosua dalam Webinar Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Selasa, 24 September 2024.

Yosua menambahkan, hal ini dapat menyebabkan perang harga terutama dari produsen baru yang ingin mendapatkan pangsa pasar. Maka dari itu, menurut Yosua produsen semen seperti Semen Indonesia dan Indocement harus berbenah. 

Memasuki rezim suku bunga rendah, Yosua berharap demand pada sektor properti akan meningkat yang dapat memberi sentimen positif untuk industri semen di Indonesia. 

"Suku bunga turun seharusnya membuat demand dari sektor properti meningkat tapi efeknya lama. Jadi sebelum itu terjadi, industri semen masih kesulitan untuk bisa bertumbuh," ujar dia. 

Selain itu adanya penurunan budget infrastruktur pada tahun depan juga menjadi salah satu tantangan untuk sektor semen di Indonesia. Maka dari itu, sektor properti masih ditunggu yang bisa membuat sektor semen kembali alami kenaikan. 

Adapun sepanjang pertengahan 2024, Yosua mengungkapkan permintaan dari semen di Indonesia berkutat di daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Hal ini didorong oleh lokasi Ibu Kota yang berpindah ke daerah tersebut.

Laba Emiten Semen di Semester I 2024 Kompak Turun, Bahkan Ada yang Rugi

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Sebelumnya, sejumlah emiten semen mengumumkan kinerja untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024. Pada periode tersebut, kinerja emiten semen kompak mengalami penurunan dari sisi laba.

PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) bahkan mencatatkan rugi pada semester I 2024. CMNT membukukan pendapatan Rp 4,16 triliun pada semester I 2024, turun 3,68 persen dibandingkan pendapatan pada semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 4,32 triliun.

Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan pada semester I 2024 naik menjadi Rp 3,3 triliun dari Rp 3,2 triliun pada semester I 2024. Bersamaan dengan itu, kinerja perseroan terimbas selisih kurs hingga rugi Rp 277,56 miliar.

Mempertimbangkan beban pajak dan lainnya, perseroan pada semester I 2024 mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 428,3 miliar. Adapun pada semester I tahun lalu, perseroan masih membukukan laba Rp 223,25 miliar.

Lalu PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada semester I 2024 tercatat sebesar Rp 7,32 miliar. Laba itu turun 56 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 16,63 miliar.

Susutnya laba pada semester I 2024 sejalan dengan pendapatan yang turun 1,41 persen menjadi Rp 835,18 miliar dari Rp 847,09 miliar pada semester I 2023. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan naik menjadi RP 615,69 miliar dari Rp 569,17 miliar pada semester I 2023.

Alhasil, laba kotor perseroan pada semester I 2024 tergerus menjadi Rp 219,49 miliar. Adapun pada semester I 2023, perseroan membukukan laba kotor Rp 277,92 miliar.

 

 

Semen Indonesia dan Indocement Tunggal Prakarsa

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 501,48 miliar. Laba itu turun 42,11 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang sebesar Rp 866,24 miliar.

Penurunan laba sejalan dengan pendapatan perseroan yang turun 3,64 persen menjadi Rp 16,41 triliun pada semester i 2024. Pada semester I 2023, perseroan membukukan pendapatan Rp 17,03 triliun.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 434,7 miliar atau turun 37,76 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 698,43 miliar.

Penurunan laba terjadi meski perseroan mencatatkan pertumbuhan dari sisi pendapatan. Pendapatan perseroan pada semester I 2024 naik 1,94 persen menjadi Rp 8,12 triliun dibanding Rp 7,97 triliun pada semester I 2023.

Namun bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 5,83 triliun pada semester I 2024 dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,54 triliun. Alhasil, laba kotor perseroan pada semester I 2024 tergerus menjadi Rp 2,3 triliun dari Rp 2,43 triliun yang dicatatkan pada semester I 2024.

Solusi Bangun Indonesia

Ilustrasi laporan keuangan (Foto: Isaac Smith/Unsplash)
Ilustrasi laporan keuangan (Foto: Isaac Smith/Unsplash)

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) membukukan laba periode berjalan pada semester I 2024 sebesar Rp 163,52 miliar. Laba itu turun 35,62 persen dibandingkan laba periode berjalan semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 253,99 miliar.

Turunnya laba sejalan dengan pendapatan semester I 2023 yang turun 2,74 persen menjadi Rp 5,42 triliun dibandingkan Rp 5,57 triliun yang dicatatkan pada semester I 2023. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan semester I 2024 naik menjadi Rp 4,86 triliun dari Rp 4,44 triliun pada semester I 2024.

Alhasil, laba kotor pada semester I 2024 tergerus menjadi Rp 961,89 miliar. Adapun pada semester I tahun lalu, perseroan membukukan laba kotor Rp 1,23 triliun.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya