Perang di Timur Tengah Memanas, Saham-Saham Ini Bisa Dicermati

Analis menilai ketegangan di Timur Tengah masih menjadi perhatian pada pekan ini di pasar saham. Berikut ulasannya.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Okt 2024, 09:40 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2024, 09:08 WIB
Perang di Timur Tengah Memanas, Saham-Saham Ini Bisa Dicermati
Sejumlah data masih mewarnai perdagangan bursa saham pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah data masih mewarnai perdagangan bursa saham pekan ini. Equity Analis PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi mengimbau investor untuk memantau 3 sentimen utamanya yakni data inflasi AS, kelanjutan perang di Timur Tengah dan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia.

Terkait sentimen data inflasi AS. Pada pekan ini pasar akan fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis, 10 Oktober 2024 pukul 19.30 WIB. Data ini akan sangat memengaruhi kebijakan The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) dalam menentukan kebijakan moneternya khususnya untuk meeting di November dan Desember 2024.

"Data inflasi AS pada bulan Agustus berada di angka 2,5% (yoy) dan diproyeksikan turun ke 2,3% (yoy) mendekati target The Fed di 2%. Sehinggga jika nanti data yang dirilis sesuai dengan ekspektasi pasar atau lebih rendah, tentunya akan menjadi katalis positif bagi pasar," terang Imam, Senin (7/10/2024).

Selain data inflasi tahunan, imbuh Imam, data inflasi bulanan AS juga tidak kalah penting untuk melihat progress dalam time frame yang lebih pendek, di mana inflasi bulanan AS diproyeksikan turun ke 0,1% (MoM) dari periode sebelumnya di 0,2%(MoM).

Selanjutnya masih ada sentimen kelanjutan perang di Timur Tengah. Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah masih menjadi topik yang perlu diperhatikan pada pekan ini.

Hingga Minggu, 6 Oktober 2024, masih terjadi serangan beruntun yang melanda pinggiran selatan Beirut. Serangan ini terjadi setelah beberapa hari pengeboman oleh Israel terhadap pinggiran Beirut yang dianggap sebagai benteng bagi kelompok bersenjata Hezbollah yang didukung Iran, yang mengakibatkan kematian pemimpin mereka, Sayyed Hassan Nasrallah.

"Berlanjutnya perang ini berpotensi membuat harga minyak naik lagi dan ada probability dapat mempengaruhi laju inflasi sehingga menjadi sentimen yang buruk bagi ekonomi. Namun di sisi lain, emiten-emiten yang bergerak di industi migas akan diuntungkan atas kenaikan harga minyak ini,” kata Imam.

 

 


Sentimen IHSG

Sementara itu dari sentimen domestik, Indonesia akan merilis data Consumer Confidence atau Indeks Keyakinan Konsumen, data ini dapat menjadi rujukan untuk melihat bagaimana point of view konsumen terhadap beberapa indikator seperti kondisi ekonomi saat ini, prospek ekonomi, ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi pendapatan untuk saat ini dan 6 bulan ke depan.

"Jika data ini naik akan menjadi sentimen positif bagi pasar karena pertumbuhan ekonomi Indonesia >50% porsinya berasar dari consumption atau rumah tangga,” jelas Imam.

Berkaca pada data-data ekonomi dan sejumlah sentimen, teristimewa sentimen perang Timur Tengah yang masih akan memengaruhi market pekan ini, PT Indo Premier Sekuritas menyebutkan saham-saham ini menarik untuk diceemati pada minggu ini hingga Jumat, 11 Oktober 2024.

1.Buy on Breakout BUMI (Support 156, Resist 132)

PT Bumi Resources Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara dan minyak bumi. Kenaikan harga minyak yang akhir-akhir ini terjadi, dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap perusahaan batu bara dan minyak bumi seperti BUMI.

 

 


Saham Lainnya

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Biasanya permintaan akan energi khsususnya minyak dapat meningkat karena dibutuhkan untuk bahan bakar perang, selain itu perang juga dapat mengganggu rantai pasokan yang membuat harga minyak naik ditambah dengan sentimen stimulus dari China yang juga dapat meningkatkan permintaan minyak.

Selain minyak, komoditas yang terpengaruh adalah batu bara, di tengah harga minyak yang naik dapat membuat konsumen minyak beralih ke energi lain yang lebih terjangkau yaitu batu bara, sehingga hal ini dapat membuat permintaan komoditas baru bara juga meningkat.

2. Buy ICBP (Support 12.875, Resist 11.825)

Ada sentimen perang yang terjadi di Timur Tengah dapat mengubah keputusan investasi pelaku pasar, dari sebelumnya pasar berinvestasi pada sektor yang agresif berubah haluan ke sektor yang lebih defensif seperti consumer non cyclic salah satunya adalah ICBP.

3. Buy LSIP (Support 1100, Resist 995)

Harga minyak sawit mendekati level tertinggi dalam 6 bulan didorong oleh naiknya kontrak kedelai Chicago dan melemahnya MYR tehadap USD.

Kemudian India, sebagai importir utama CPO terdapat permintaan yang kuat dalam jangka pendek menjelang musim perayaan Diwali, seiring dengan dampak peningkatan bea masuk yang mulai mereda. Kenaikan ini juga tidak terlepas dari meningkatnya kekhawatiran bahwa konflik yang lebih luas di Timur Tengah yang dapat mengganggu rantai pasok di wilayah tersebut.

 


Kinerja IHSG

IHSG Ditutup Melemah, Transaksi Perdagangan Capai Rp14,44 Triliun
Pekerja melihat pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (2/10/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selama satu pekan terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam sebesar 2,61% atau 200 poin ke level 7496 dengan net sell atau aksi jual oleh investor asing hingga Rp 4,9 triliun. Imam menyebutkan sejumlah sentimen yang memengaruhi pasar saham pada 30 September-4 Oktober 2024 tersebut.

Pertama, stimulus pemerintah China. Untuk meningkatkan aktivitas ekonominya yang lemah, pemerintah China melalui PBoC menggelontorkan berbagai stimulus, seperti memangkas GWM dan tingkat suku bunga, merilis special bond sebesar CNY 2 triliun, serta memberikan stimulus pada pasar saham dalam bentuk swap sebesar CNY 500 miliar dan memberikan fasilitas pinjaman bagi perusahaaan yang ingin melakukan buy back sebesar CNY 300 miliar.

"Pada dasarnya paket stimulus ini memberikan dampak positif bagi Indonesia, karena China adalah negara mitra dagang terbesar Indonesia, namun dengan adanya stimulus lain di pasar saham, hal ini dapat menarik investor saham dari Indonesia untuk berinvestasi di China karena berpotensi membuat harga saham terkerek dengan adanya stimulus tersebut," ujar Imam.

Kedua, ketegangan di Timur Tengah. Konflik ini membuat harga minyak naik >9% baik brent maupun WTI dan meningkatkan ketidakpastian. Saat ini kondisi ekonomi di beberapa negara sedang melambat dengan naiknya harga minyak dapat memperburuk kondisi ekonomi.

 

 


Sentimen IHSG Lainnya

IHSG Ditutup Melemah, Transaksi Perdagangan Capai Rp14,44 Triliun
Pada penutupan perdagangan, terdapat 163 saham menguat, 453 saham melemah dan 186 saham stagnan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Jika harga minyak atau energi naik maka biaya produksi juga akan naik. Ketika biaya produksi naik hal ini dapat menekan margin laba perusahaan,” jelas Imam.

Ketiga, aksi taking profit pelaku pasar. Mulai dari 19 Agustus 2024, IHSG mencetak rekor ATH-nya hingga mencapai puncaknya pada 19 Sep 2024 ke level 7853. Hal ini membuat pasar kemungkinan mengamankan keuntungannya terlebih dahulu di tengah perlambatan ekonomi dan konflik di Timur Tengah.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya