Freeport Bakal Pasok 30 Ton Emas ke Antam, Simak Rekomendasi Saham ANTM

Saham ANTAM bertengger di posisi 1.590 atau naik 0,95 persen sekitar pukul 13.40 WIB. Dalam sepekan, ANTM naik 4,61 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 09 Nov 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2024, 06:00 WIB
Antam
Antam Gedung PT Aneka Tambang (ANTAM).

Liputan6.com, Jakarta Saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam terpantau menggeliat di zona hijau pada perdagangan Jumat, 8 November 2024. Saham ANTAM bertengger di posisi 1.590 atau naik 0,95 persen sekitar pukul 13.40 WIB. Dalam sepekan, ANTM naik 4,61 persen.

Kenaikan harga saham Antam terjadi di tengah kabar kerja sama PT Freeport Indonesia dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dalam pemasokan emas batangan.

PTFI melalui smelter di Gresik, Jawa Timur akan memproduksi emas batangan yang dipasok ke PT Antam. Totalnya ditarget mencapai 30 ton dalam satu tahun.

Kinerja Antam

Sebelumnya, Antam juga berhasil mencatatkan kinerja positif dari sisi pendapatan hingga kuartal III 2024. Penjualan Antam hingga September 2024 tercatat sebesar Rp 43,2 triliun. Raihan itu naik 39,81 persen dibandingkan penjualan per September 2023 yang tercatat sebesar Rp 30,9 triliun.

Namun lantaran beban yang juga naik, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,2 triliun.

Laba itu turun 22,72 persen dibandingkan laba per September 2023 yang tercatat sebesar Rp 2,85 triliun. Namun ke depannya, prospek perseroan diperkirakan cemerlang siring prospek kenaikan harga emas.

"Reli emas kemungkinan akan berlanjut karena ketegangan geopolitik dan masuknya pembelian oleh bank sentral, mendorong harga Oktober 2024 menjadi USD 2.679/oz. Kinerja pasar yang buruk sepanjang tahun yang disertai peningkatan laba menghadirkan peluang pembelian," mengutip ulasan im Riset Samuel Sekuritas, ditulis Sabtu (9/11/2024).

Harga Emas Naik

Di sisi lain, harga emas yang meningkat lebih dari USD 2.700/oz dapat meningkatkan kemungkinan aksi ambil untung ritel besar-besaran di tengah ketidakpastian makro.

Hal itu berpotensi memaksa ANTM untuk membeli kembali pada harga yang lebih tinggi dan menekan margin kas emasnya. Untuk saham ANTM, Tim Riset Samuel Sekuritas merekomendasikan beli (buy) dengan TP 1.800.

 

Harga Emas Perkasa Usai The Fed Pangkas Suku Bunga Acuan

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)

Harga emas naik lebih dari satu persen pada perdagangan Kamis, 7 November 2024. Kenaikan harga emas didorong dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Di sisi lain, the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS memangkas suku bunga 25 basis poin seperti yang diharapkan.

Mengutip CNBC, Jumat (8/11/2024), harga emas di pasar spot naik 1,2 persen menjadi USD 2.691,36 per ounce, setelah susut ke level terendah dalam tiga minggu pada Rabu pekan ini. Harga emas berjangka AS ditutup mendaki 1,1 persen ke posisi USD 2.705,80.

Selain itu, perak spot naik 1,8% menjadi USD 31,71 per ounce, platinum naik 0,6% menjadi USD 992,65 dan paladium turun 1,3% menjadi USD 1.021,25.

Di sisi lain, pada akhir pertemuan kebijakan dua hari, bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan menjadi 4,5 persen-4,75 persen. Selain itu, pembuat kebijakan juga memperhatikan pasar kerja yang secara umum telah mereda.

Suku bunga AS yang lebih rendah memberi tekanan pada dolar AS dan imbal hasil obligasi. Hal itu meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

“Emas tetap berada dalam pasar bull yang kuat dan tidak ada peristiwa pekan ini, dari pemilihan umum hingga keputusan the Fed hari ini yang mungkin akan mengubahnya,” ujar Pelaku Pasar Tai Wong.

Indeks dolar turun 0,6% terhadap mata uang lainnya setelah naik ke level tertinggi empat bulan usai kemenangan mantan Presiden Republik Donald Trump dalam pemilihan presiden pada Selasa pekan ini.

Para pedagang saat ini memperkirakan pemangkasan 25 basis poin lagi oleh Fed pada Desember, menurut data LSEG.

“Dengan kembalinya Trump ke tampuk kekuasaan, setiap penurunan suku bunga acuan di masa mendatang mungkin akan lebih sulit dicapai karena kekhawatiran bahwa harga yang lebih tinggi dan inflasi yang lebih tinggi memaksa bank sentral untuk mempertahankan kebijakan restriktif lebih lama dari yang mereka inginkan," tulis analis independen Michael Hewson dalam sebuah catatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya