Liputan6.com, Jakarta - Tiga tambang PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) segera habis. Tiga tambang tersebut antara lain PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Trisensa Mineral Utama (TMU), dan PT Indomining (IM).
Untuk itu, perseroan mempersiapkan strategi untuk menggantikan pendapatan dari segmen bisnis batu bara. "Tiga-tiganya mau habis, cuma waktunya berbeda-beda. ABN itu 2025, kalau Trisensa itu kurang lebih 2026-2027. Jadi bukan enggak diperpanjang, tapi karena memang sudah habis. Kalau dari segi izin sebenarnya masih ada, tapi coal reserve-nya sudah enggak ada, sudah nol," kata Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina usai RUPSLB, Kamis (14/11/2024).
Advertisement
Baca Juga
Pada hari ini, perseroaan mendapat restu pemegang saham mengenai rencana divestasi dua aset PLTU dengan kapasitas total 200 MW melalui penjualan seluruh saham Perseroan (langsung maupun tidak langsung) di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).
Advertisement
Nilai penjualan saham ini mencapai kurang lebih USD 144,8 juta atau sekitar Rp 2,3 triliun (kurs Rp 15.897,29 per USD), yang akan memberikan dampak positif terhadap arus kas Perseroan. Hasil divestasi diharapkan bisa menambal kas perseroan seiring turunnya pendapatan dari bisnis batu bara.
Tiga tambang batu bara perseroan yakni PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Trisensa Mineral Utama (TMU), dan PT Indomining (IM).
"Dari tim kami sudah hitung berapa EBITDA yang harus kami gantikan (dari berhentinya tiga tambang tersebut). Makanya dengan adanya dana USD 144 juta ini, bisa mempercepat kami untuk bisa cari bisnis yang memiliki earnings, yang memiliki EBITDA untuk menggantikan bisnis PLTU dan bisnis batu bara tadi," jelas Juli.
TBS Energi Utama Raup Laba USD 54,4 Juta, Melesat 187,8%
Sebelumnya, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 187,8% Year-on-Year (YoY) menjadi USD 54,4 juta. Tidak hanya itu, EBITDA Perseroan juga meningkat 65,6% menjadi USD 118,9 juta.
Langkah strategis TBS dalam memperluas bisnis pengelolaan limbah melalui ekspansi dan akuisisi terbaru telah berkontribusi sebesar USD 3,7 juta dalam EBITDA, menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dapat mendukung kinerja keuangan yang solid. Dengan pengelolaan yang tepat, inisiatif hijau ini diharapkan akan terus memperkuat EBITDA dan menciptakan aliran kas yang stabil bagi Perseroan.
Komitmen TBS terhadap praktik bisnis berkelanjutan tetap menjadi landasan operasional perusahaan, dengan fokus pada pengembangan kendaraan listrik, energi terbarukan, dan pengelolaan limbah. Dalam 9 bulan pertama 2024, TBS telah berhasil meraih berbagai capaian penting dalam inisiatif bisnis hijau. Unit kendaraan listrik roda dua, Electrum, berhasil meluncurkan 3.010 unit EV di jalanan Jakarta, meningkat lebih dari empat kali lipat dibandingkan akhir 2023.
Perseroan juga telah memasang 230 stasiun penukaran baterai (Battery Swap Stations) di berbagai lokasi untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Model kendaraan Electrum terbaru, H3i, menargetkan pasar konsumen dengan pilihan warna baru dan fitur kenyamanan, sedangkan H1 dirancang khusus untuk keperluan B2B dengan baterai ganda dan jangkauan jarak yang lebih panjang.
Di sektor energi terbarukan, TBS telah menandatangani Perjanjian Pembelian Listrik (PPA) untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung di Batam pada Februari 2024. Perseroan juga mengumumkan telah mencapai Financial Closing untuk proyek ini.
Sesuai dengan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement - PPA) yang telah disepakati sebelumnya, tanggal 8 Oktober ditetapkan sebagai tanggal pembiayaan proyek ini, sekaligus menegaskan bahwa proyek berada on track sesuai jadwal.
Advertisement
Operasi Penuh
Proyek ini akan memiliki kapasitas 46 MWp dengan target operasi penuh pada kuartal keempat 2025. Inisiatif ini memperkuat posisi Perseroan dalam sektor energi terbarukan dan memberikan keyakinan bagi para pemangku kepentingan akan visi jangka panjang Perseroan.
Direktur PT TBS Energi Utama, Tbk, Mufti Utomo, menyatakan bahwa pendekatan Perseroan dalam pengembangan bisnis hijau merupakan langkah strategis untuk masa depan. “Kami optimis bahwa investasi di sektor pengelolaan limbah, energi terbarukan dan kendaraan listrik sejalan dengan visi pertumbuhan jangka panjang Perseroan dan menjadi fondasi yang kokoh bagi stabilitas bisnis kami”, ujarnya.
Meskipun memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan Perseroan, Perseroan juga telah mengambil keputusan strategis untuk melakukan divestasi terhadap dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas total 200MW melalui penjualan seluruh saham Perseroan (langsung maupun tidak langsung) di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).
Langkah Strategis
Juli Oktarina, Direktur PT TBS Energi Utama Tbk, menyatakan, penjualan ini merupakan langkah strategis dalam mempercepat transisi Perseroan menuju bisnis berkelanjutan serta mendukung upaya kami untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2030.
"Dana yang diperoleh dari transaksi ini akan dialokasikan untuk investasi di sektor-sektor berkelanjutan, memperkuat struktur modal perusahaan, dan rencana pembelian kembali saham yang bertujuan memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham," tutur dia.
"Transaksi ini akan semakin mengukuhkan posisi Perseroan sebagai salah satu perusahaan terdepan di Indonesia yang berkomitmen penuh dalam mewujudkan netralitas karbon," lanjut dia.
TBS percaya bahwa melalui penerapan strategi bisnis berkelanjutan yang fokus pada pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik (EV), TBS berhasil meningkatkan efisiensi operasional, sekaligus menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Advertisement