Donald Trump Menang, PTBA Yakin Berdampak Positif ke Industri Batu Bara

Kemenangan Donald Trump sekali lagi membawa harapan bagi industri batu bara untuk semakin berkembang, dengan situasi yang sebelumnya sempat mengalami tantangan besar.

oleh Nurmayanti diperbarui 01 Des 2024, 07:40 WIB
Diterbitkan 01 Des 2024, 07:40 WIB
Bukit Asam.
Pegawai Bukit Asam sedang melihat kegiatan operasional PTBA. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Kondisi geopolitik global pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) diprediksi membawa kondisi positif terhadap industri batu bara.

Hal ini diungkapkan Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Niko Chandra. "Yang pasti dengan kondisi ke depan yang outlooknya masih positif, apalagi melihat secara kondisi geopolitik pasca terpilihnya Trump tampaknya ada secercah harapan untuk industri batu bara," kata Niko seperti ditulis Minggu (1/12/2024).

Dia menjelaskan prediksi ini mengacu pada kondisi sebelumnya saat Donald Trump juga terpilih sebagai orang nomor satu di Amerika.

"Di tatanan global sebetulnya dengan kebijakan dan kalau kita lihat Trump yang terpilih itu, ya sama yang kayak periode sebelumnya, bakal agak relatif berjaya (industri batu bara)," ujar Niko.

Kemenangan Donald Trump sekali lagi membawa harapan bagi industri batu bara untuk semakin berkembang, dengan situasi yang sebelumnya sempat mengalami tantangan besar. 

Selain itu, PTBA juga meyakini permintaan domestik menjadi pendorong utama pertumbuhan dan harga batu bara di masa mendatang.

Kondisi pasca COVID-19 menunjukkan permintaan batu bara di dalam negeri terus tumbuh seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dan pembangunan.

"Memang paling utama tetap dari domestik ya. Karena kita lihat secara pasca COVID-19 ini memang secara pertumbuhan demand, kalau kita lihat terus tumbuh," ujarnya.

 

Pendorong

Ilustrasi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (Foto: Grup MIND ID)
Ilustrasi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (Foto: Grup MIND ID)

Salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan domestik adalah program pembangunan 3 juta rumah yang diprediksi mampu mendongkrak permintaan energi di sektor ini.

Peningkatan permintaan ini juga terlihat dari pertumbuhan konsumsi listrik yang dialami oleh PT PLN (Persero) sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur.

Penurunan harga semen sebesar 10 persen, juga diyakini dapat mendorong aktivitas konstruksi yang berdampak positif pada kebutuhan batu bara.

Selain fokus pada pasar domestik, PTBA juga memperluas jangkauan ke pasar internasional, dengan mencari peluang baru di negara-negara berkembang.

Vietnam menjadi salah satu negara yang menjadi target PTBA untuk memperluas pangsa pasar batu bara di wilayah Asia Tenggara.

 

Kinerja

Kendaraan tambang PT Bukit Asam (PTBA) yang memiliki daya penggerak berupa listrik
Kendaraan tambang PT Bukit Asam (PTBA) yang memiliki daya penggerak berupa listrik

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengumumkan kinerja untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024. Pada periode tersebut, perseroan berhasil menjaga pertumbuhan dari sisi pendapatan.

Pada periode sembilan bulan tahun ini, Perseroan berhasil membukukan laba bersih Rp 3,23 triliun dan EBITDA Rp 5,65 triliun di tengah berbagai tantangan.

 Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, PTBA bukukan pendapatan Rp 30,66 triliun hingga September 2024. Pendapatan itu naik 10,52 persen dibandingkan pendapatan pada September 2023 yang tercatat sebesar Rp 27,74 triliun.

Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan ikut naik menjadi RP 25,05 triliun pada September 2024 dari Rp 21,81 triliun pada September 2024. Alhasil, laba kotor perseroan turun menjadi Rp 5,61 triliun pada September 2024. Adapun pada periode yang sama tahun lalu, perseroan membukukan laba kotor Rp 5,92 triliun.

Hingga September 2024, perseroan membukukan beban umum dan administrasi sebesar Rp 1,46 triliun, beban penjualan dan pemasaran Rp 566,5 miliar, dan penghasilan lainnya Rp 336,92 miliar. Bersamaan dengan itu, penghasilan keuangan tercatat sebesar Rp 182,45 miliar, biaya keuangan Rp 201,36 miliar, dan bagian aas keuntungan neto entitas asosiasi dan ventura bersama Rp 292,41 miliar.

Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,23 triliun per September 2024. Laba itu turun 14,52 persen dibandingkan laba periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,78 triliun. EBITDA per September 2024 tercatat Rp 5,65 triliun di tengah berbagai tantangan.

 

Harga Batu Bara

Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk, Niko Chandra menjelaskan, beberapa tantangan yang dihadapi perseroan di antaranya koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar.

Rata-rata indeks harga batu bara ICI-3 terkoreksi sekitar 14 persen secara tahunan dari USD 86,32 per ton hingga triwulan III 2023 menjadi USD 74,59 per ton sampai dengan triwulan III 2024.

Sedangkan rata-rata indeks harga batu bara Newcastle terkoreksi 28 persen secara tahunan menjadi USD 133,89 per ton sampai dengan triwulan III 2024, dari USD 185,45 per ton hingga kuartal III 2023.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya