Pasar Saham Asia-Pasifik Melemah: Dampak Resesi Selandia Baru

Pasar saham Asia-Pasifik melemah ini terjadi setelah Federal Reserve AS menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, tetapi mengisyaratkan bahwa pemangkasan suku bunga akan lebih jarang di masa mendatang.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 19 Des 2024, 08:07 WIB
Diterbitkan 19 Des 2024, 08:07 WIB
IHSG Ditutup Melemah, Transaksi Perdagangan Capai Rp14,44 Triliun
Kinerja saham emiten bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kompak ambrol. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pasar Asia-Pasifik mencatat penurunan pada Kamis pagi, seiring dengan kejatuhan besar di Wall Street. Pasar saham Asia-Pasifik melemah ini terjadi setelah Federal Reserve AS menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, tetapi mengisyaratkan bahwa pemangkasan suku bunga akan lebih jarang di masa mendatang.

Investor Asia kini mengalihkan perhatian mereka ke Bank of Japan (BoJ), yang akan mengumumkan keputusan suku bunga setelah pertemuan kebijakan dua hari. BoJ diperkirakan akan mempertahankan target suku bunga tidak berubah di level 0,25%.

Dikutip dari CNBC, Kamis (19/12/2024), pada Kamis pagi, yen Jepang sedikit menguat menjadi 154,57 terhadap dolar AS.

Berikut performa indeks utama Asia-Pasifik:

  • Nikkei 225 Jepang turun 1,4%
  • Topix melemah 1,27%
  • Kospi Korea Selatan kehilangan 1,84%
  • Kosdaq turun 1,92%
  • S&P/ASX 200 Australia merosot 1,91%

Hang Seng Berpotensi Menguat

Sementara itu, futures Hang Seng Index Hong Kong berada di posisi 19.873, sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan sebelumnya di 19.864,55.

Hong Kong Monetary Authority pada Kamis mengikuti langkah The Fed dengan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Kebijakan ini dilakukan karena mata uang Hong Kong terikat erat dengan dolar AS.

 

Selandia Baru Masuk Resesi

20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Di tempat lain, perekonomian Selandia Baru resmi masuk ke dalam resesi setelah mengalami kontraksi 1% pada kuartal September 2024 dibandingkan kuartal sebelumnya, berdasarkan laporan resmi dari Stats NZ. Resesi didefinisikan sebagai penurunan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

Dampak Besar di Wall Street

Semalam di Amerika Serikat, pasar saham mengalami penurunan tajam:

  • Dow Jones Industrial Average anjlok 1.123,03 poin atau 2,58% ke 42.326,87, mencatat rekor 10 hari penurunan beruntun pertama sejak 1974.
  • S&P 500 melemah 2,95% menjadi 5.872,16.
  • Nasdaq Composite turun 3,56% ke 19.392,69.

 

The Fed Turunkan Suku Bunga

Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)

Penurunan ini terjadi setelah The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran target 4,25% - 4,5%.

Meski keputusan ini sudah diperkirakan, proyeksi The Fed yang hanya akan melakukan dua pemangkasan suku bunga pada 2025 mengecewakan investor. Sebelumnya, The Fed memproyeksikan empat kali pemangkasan.

“Kami bergerak cukup cepat untuk mencapai titik ini, dan saya rasa ke depannya kami akan bergerak lebih lambat,” ujar Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers pasca-pertemuan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya