Anak Usaha Hadapi PKPU, WIKA Beri Penjelasan

Permohonan PKPU yang diajukan oleh PT Delta Niaga Sinergi (Pemohon) kepada Wijaya Karya Industri dan Konstruksi dengan register Perkara Nomor 7/Pdt.Sus-PKPU/2025/PN.Niaga.Jkt.Pst, yaitu pada tanggal 15 Januari 2025.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 20 Jan 2025, 10:50 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2025, 10:50 WIB
WIKA IKON
WIKA IKON memiliki pabrik fabrikasi baja di daerah Majalengka dengan luas 30 ha. Pabrik ini memproduksi baja presisi dengan mesin berteknologi tinggi. (Dok WIKAIKON)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) berikan penjelasan soal anak usaha Perseroan, PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKAIKON) sedang masalah penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025), tanggal Permohonan PKPU yang diajukan oleh PT Delta Niaga Sinergi (Pemohon) kepada Wijaya Karya Industri dan Konstruksi dengan register Perkara Nomor 7/Pdt.Sus-PKPU/2025/PN.Niaga.Jkt.Pst, yaitu pada tanggal 15 Januari 2025.

Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya menjelaskan permohonan PKPU dengan register Perkara Nomor 7/Pdt.Sus-PKPU/2025/PN.Niaga.Jkt.Pst., selanjutnya akan dilakukan sidang pertama atas permohonan PKPU tersebut pada 22 Januari 2025 di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

“Dapat kami sampaikan bahwa dengan adanya Keputusan PKPU tersebut, tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja keuangan maupun kegiatan operasional Perseroan,” ujar Mahendra.

Sebelumnya, WIKA berpartisipasi dalam pengelolaan sampah melalui pembangunan fasilitas Refuse-Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan di Jakarta Utara.

Perseroan mengungkapkan, RDF Rorotan akan tercatat sebagai fasilitas pengolahan sampah RDF terbesar di dunia berdasarkan kapasitas pengelolahan sampahnya dan tercepat dalam pembangunannya.

Diketahui, RDF Rorotan ini memiliki kapasitas pengolahan sampah hingga mencapai 2.500 ton per hari. Cakupan tersebut lebih besar dibandingkan dengan fasilitas pengolahan sampah RDF terbesar dunia yang ada saat ini di Tel Aviv, Israel dengan kapasitas 1.500 ton per hari.

WIKA melihat ke depan, pembangunan RDF Rorotan akan menjadi pencapaian monumental Indonesia dalam solusi pengelolaan sampah global.

Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito mengatakan, RDF Rorotan bukan hanya sekadar proyek pengolahan sampah, melainkan kontribusi strategis WIKA dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan sesuai misi Asta Cita Pemerintah.

 

WIKA Dapat Kontrak Baru Rp 19,96 Triliun di November 2024

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tengah mengerjakan proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). (Foto: Wijaya Karya)
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tengah mengerjakan proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). (Foto: Wijaya Karya)... Selengkapnya

Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) telah meraih kontrak baru sebesar Rp 19,96 triliun di November 2024. Perolehan ini menandai peningkatan sebesar 17,6% dibandingkan capaian Oktober yang tercatat Rp 16,98 triliun.

Kontrak baru tersebut juga turut menambah perolehan kontrak berjalan Wijaya Karya, dimana hingga November 2024 total kontrak pekerjaan perseroan mencapai Rp 64,37 triliun.

Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito (BW) optimistis pada langkah transformasi yang telah dilakukan Perseroan dengan berokus pada keunggulan eksekusi proyek, diversifikasi portofolio pekerjaan yang kuat dan beragam, serta implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) yang unggul di industri konstruksi nasional akan semakin meningkatkan daya saing Perseroan dalam memperoleh kontrak pekerjaaan.

"Dengan didapatkannya proyek EPC Coal Handling TLS dan proyek EPC pengolahan sampah RDF terbesar di dunia yaitu RDF Plant Rorotan pada 2024 ini, semakin menguatkan portofolio WIKA sebagai perusahaan konstruksi EPC terbaik di Indonesia. Kami meyakini bidang EPC akan menjadi sektor unggulan WIKA kedepannya," ungkap Agung BW dalam keterangan di Jakarta, dikutip Jumat (3/1/2025).

Beberapa proyek baru yang didapat WIKA pada November 2024 diantaranya adalah proyek EPC Coal Handling Train Loading System (TLS) 6 & 7 di Sumatera Selatan senilai Rp 1,80 Triliun dan Proyek Jalan Tol IKN Seksi 1B Segmen Bandara Sepinggan - Tol Balsam di Balikpapan yang senilai Rp 675 Miliar.

Proyek-proyek baru yang didapatkan ini memiliki skema pembayaran monthly progress dengan uang muka sehingga mampu beroperasi secara mandiri, sejalan dengan langkah transformasi WIKA yaitu cash focussed.

Sebagian Kontrak Baru Berasal dari Segmen Infrastruktur

Berdasarkan jenis pekerjaan, mayoritas dari kontrak baru WIKA berasal dari segmen Infrastruktur dan Gedung yaitu sebesar 37%.

Sementara segmen lain seperti industri penunjang konstruksi berkontribusi sebesar 30%, diikuti EPCC sebesar 20%, dan Properti sebesar 12%.

Adapun hingga November 2024, WIKA tengah mengerjakan 73 proyek konstruksi yang tersebar di seluruh Indonesia, dimana 39 proyek merupakan Proyek Strategis Nasional dan 8 proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).

Seperti diketahui, Pemerintah saat ini tengah fokus untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri melalui hilirisasi dan industrialisasi.

Dengan itu, Agung BW meyakini bahwa, dengan kompetensi dan portofolio EPC terbesar di Indonesia WIKA akan mampu mewujudkan misi Asta Cita Pemerintah. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya