3 Anggota Bursa Siap Akomodasi Perdagangan Short Selling

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, tiga anggota bursa sedang dalam proses akhir untuk akomodasi perdagangan intraday short selling.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Feb 2025, 20:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 20:00 WIB
3 Anggota Bursa Siap Akomodasi Perdagangan Short Selling
Bursa Efek Indonesia (BEI) akan segera menerapkan intraday short selling (IDSS). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan segera menerapkan intraday short selling (IDSS). Pada tahap awal, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik mengatakan, sudah ada 27 anggota bursa (AB) yang tertarik untuk akomodasi perdagangan IDSS.

Sepertiga atau sebanyak 9 AB yang menyatakan minat, saat ini persiapannya telah di atas 90 persen. Sementara, ada 3 AB sedang dalam proses akhir.

"Tiga anggota bursa sedang dalam proses akhir sehingga kami harapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah ada paling tidak tiga anggota bursa nantinya yang bisa memberikan layanan intraday short selling kepada para investor," ungkap Jeffrey dalam edukasi wartawan pasar modal, Selasa (11/2/2025).

Dia menyebut komposisi calon AB short selling cukup beragam dan mencakup cukup banyak investor retail. Jeffrey juga menuturkan pada tahap pertama, short selling hanya akan diberikan kepada investor retail domestik.

Pada kesempatan yang sama, Head of Business Development 1 Division BEI Firza Rizqi Putra menuturkan, tiga AB yang siap melakukan short selling tersebut adalah Ajaib Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan Semesta Indovest Sekuritas. "Jadi tiga AB tersebut merupakan AB yang saat ini kesiapannya cukup tinggi," kata Firza.

Meski demikian, Firza mengatakan ketiga AB tersebut baru bisa melakukan short selling setelah Bursa memberikan lisensi. Tidak menutup kemungkinan, ketiga AB tersebut tersalip dengan sembilan anggota bursayang tengah mengupayakan izin short selling, sesuai dengan kesiapan dari masing-masing AB.

Untuk mendukung pelaksanaan IDSS, BEI telah menyiapkan dasar hukum yang kuat. Regulasi yang digunakan adalah POJK Nomor 6 Tahun 2024, yang diterbitkan pada 3 April 2024 dan mulai efektif pada Oktober 2024.

Sejalan dengan itu, BEI juga telah menerbitkan dua peraturan pendukung pada 3 Oktober 2024, yaitu Peraturan II-H tentang persyaratan dan perdagangan efek dalam transaksi margin dan short selling. Dan Peraturan III-I mengenai keanggotaan margin dan/atau short selling. Dengan adanya beleid tersebut, anggota bursa dapat mempersiapkan diri untuk memperoleh izin sebagai anggota bursa short selling.

 

Mekanisme dan Manfaat Intraday Short Selling

IHSG Ditutup Melemah, Transaksi Perdagangan Capai Rp14,44 Triliun
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 78,87 poin atau 1,03% ke level 7.563 pada sesi terakhir perdagangan pada Rabu (2/10/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Melalui IDSS, investor memiliki opsi untuk melakukan penjualan saham di awal sesi perdagangan dengan harapan harga akan turun, kemudian membelinya kembali di sesi akhir untuk meraih keuntungan dari selisih harga.

Skema ini memberikan alternatif bagi investor selain strategi konvensional menunggu harga saham naik setelah membeli di level bawah. Selain meningkatkan peluang bagi investor, BEI berharap keberadaan IDSS juga dapat mendukung ekosistem produk non-equity seperti structured warrants dan single stock futures, serta berfungsi sebagai instrumen hedging ketika pasar mengalami tekanan.

"Dengan adanya IDSS, kita juga berharap dapat meningkatkan likuiditas pasar. Seperti yang terjadi di bursa-bursa utama dunia, keberadaan short selling telah menjadi praktik umum yang membantu menciptakan pasar yang lebih efisien dan likuid,” tambah Jeffrey.

 

Hadapi Ketidakpastian Global, Bursa Segera Rilis Short Selling

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana meluncurkan beberapa instrumen keuangan baru. Salah satu produk yang akan segera diperkenalkan adalah short selling dan intraday short selling.

Produk ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak opsi strategi bagi investor, terutama saat pasar mengalami fluktuasi tinggi dalam waktu singkat. Jika tak ada aral melintang, produk ini akan diluncurkan pada Maret 2025.

"Saat ini, proses finalisasi izin bagi anggota bursa yang akan menyediakan layanan short selling masih berlangsung. BEI menargetkan peluncuran instrumen ini dalam waktu dekat, kemungkinan sekitar Maret atau awal kuartal kedua tahun ini," kata Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik, Kamis (6/2/2025).

Dengan adanya strategi baru ini, investor diharapkan dapat lebih optimal dalam mengelola portofolio mereka di tengah kondisi pasar yang dinamis dan penuh tantangan. Sedikit gambaran, Jeffrey mengatakan adanya ketidakpastian yang sedang melanda pasar global.

Faktor utama yang memicu kondisi ini adalah kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat terhadap China, serta dinamika ekonomi dengan negara lain seperti Kanada dan Meksiko. Kebijakan yang telah diumumkan tetapi kemudian ditunda menciptakan ketidakpastian yang semakin besar bagi pasar global.

"Dampaknya tidak hanya terasa di negara-negara besar, tetapi juga mempengaruhi stabilitas ekonomi di Indonesia," kata Jeffrey. Ketidakpastian di pasar global turut berdampak pada nilai tukar mata uang, kebijakan perdagangan, dan rantai pasok global. Perubahan konstelasi ekonomi ini memberikan tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis di Indonesia.

"Dengan adanya ketidakpastian ini, investor harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, terutama dalam menghadapi kemungkinan fluktuasi yang lebih besar di pasar keuangan domestik," imbuh Jeffrey.

 

Inisiatif BEI

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh investor adalah mengantisipasi dampak dari uncertainty global. Meskipun sulit untuk memperkirakan bagaimana kondisi ini akan berkembang, investor berpengalaman dapat belajar dari periode ketidakpastian sebelumnya.

Secara umum, analisis terhadap kebijakan pemerintah, reaksi negara lain, serta tren historis dapat menjadi panduan dalam mengambil keputusan investasi yang lebih matang.

Pada 2025, BEI akan tetap melaksanakan sejumlah inisiatif dalam rangka pendalaman pasar, mulai dari sisi peningkatan likuiditas pasar, pengembangan produk dan instrumen baru, hingga penyempurnaan teknologi dan infrastruktur.

Beberapa pengembangan baru yang akan dilakukan BEI, yaitu Intraday Short Selling, Pembaruan Sistem Perdagangan dan Pengawasan (PSPP), Pembaruan Sistem Perdagangan (PSP) Surat Utang, Implementasi SPPA Repo, Pengembangan Liquidity Provider Saham, Pengembangan Derivatif Keuangan UU P2SK melalui Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) dan Implementasi Periode Non-Cancellation pada sesi pre-opening dan pre-closing.

BEI juga berencana untuk meluncurkan produk ETF Emas yang diharapkan dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor yang tertarik dengan produk berbasis emas. Seluruh pengembangan ini diharapkan dapat diimplementasikan pada 2025-2026.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya