Liputan6.com, Jakarta PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) melaporkan hasil kinerja tahun 2024 dengan pencapaian penjualan sebesar Rp 35,1 triliun dan laba bersih Rp 3,4 triliun. Meskipun tetap membukukan keuntungan, capaian ini mengalami koreksi sebesar 29,8% dibandingkan periode sebelumnya.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi penurunan profit adalah besarnya anggaran yang dialokasikan untuk menata ulang bisnis serta optimalisasi operasional yang tengah dijalankan perusahaan.
Baca Juga
Program reset bisnis UNVR disampaikan Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing UNVR jangka panjang. Disampaikan Benjie, dibawah kepemimpinannya, sepanjang tahun 2024 Unilever mengambil tindakan yang tegas dan berani untuk menangani masalah-masalah utama dengan semaksimal mungkin.
Advertisement
“Meskipun berbagai upaya tersebut berdampak pada kinerja jangka pendek, namun langkah-langkah ini berhasil memperkuat fundamental bisnis kami. Berbagai tindakan untuk me-reset (menata ulang) bisnis yang kami lakukan akan meringankan biaya dan mendorong pertumbuhan. Kami mulai melihat progres dan kami percaya upaya-upaya ini akan membangun landasan yang lebih kuat untuk pertumbuhan jangka panjang” ucapnya.
Merespon pernyataan tersebut, Organization Strategist sekaligus Co-founder D’Impact Indonesia Lucia Nanny Lusida,menjelaskan bahwa program optimalisasi operasional bukan sekadar penghematan biaya, tetapi juga investasi jangka panjang dalam membangun organisasi yang lebih adaptif terhadap perubahan pasar.
Lebih lanjut, Lucia menegaskan bahwa transformasi ini diharapkan dapat membuat UNVR lebih lincah dalam menghadapi perubahan pasar. Fleksibilitas organisasi dalam merespons tantangan bisnis akan menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan di masa depan.
Ekosistem Bisnis
Dengan ekosistem bisnis yang semakin kompleks, perusahaan perlu menyesuaikan diri dengan tren industri, digitalisasi, serta pola konsumsi yang terus berkembang.
Tekanan daya saing dari berbagai merek global serta pemain lokal yang semakin agresif turut menjadi tantangan bagi UNVR. Oleh karena itu, selain efisiensi operasional, inovasi dalam produk dan strategi pemasaran juga menjadi faktor penting dalam menjaga daya saing perusahaan.
Meskipun profit mengalami penurunan akibat investasi besar dalam restrukturisasi, UNVR optimistis langkah ini akan memberikan dampak positif dalam jangka panjang. Dengan organisasi yang lebih efisien dan agile, UNVR diharapkan mampu mempertahankan posisinya sebagai pemain utama di industri FMCG serta menghadapi persaingan dengan strategi yang lebih adaptif dan berkelanjutan.
Advertisement
Laba Unilever Indonesia Merosot Hampir 30% pada 2024
Sebelumnya, PT Unilever Indonesia, Tbk (UNVR) merilis laporan keuangan yang telah diaudit untuk tahun 2024. Pada periode tersebut, Unilever Indonesia melaporkan penjualan bersih sebesar Rp 35,1 triliun dan laba bersih sebesar Rp 3,4 triliun.
Perseroan tengah berfokus pada transformasi bisnis dan organisasi, dan baru-baru ini memperoleh persetujuan dari para pemegang saham untuk mendivestasikan bisnis Es Krim.
Langkah-langkah strategis ini menggarisbawahi komitmen Perseroan untuk memperkuat posisi di pasar dan mendorong pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
“Sepanjang tahun 2024, kami mengambil tindakan yang tegas dan berani untuk menangani masalah- masalah utama dengan semaksimal mungkin. Meskipun berbagai upaya tersebut berdampak pada kinerja jangka pendek, namun langkah-langkah ini berhasil memperkuat fundamental bisnis kami," kata Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap dalam paparan kinerja perseroan, Kamis (13/2/2025).
Penjualan Domestik
Penjualan domestik terkoreksi sebesar 8,7% dari tahun ke tahun karena Pertumbuhan Harga Dasar (Underlying Price Growth/UPG) yang negatif sebesar 3,6% dan Pertumbuhan Volume Dasar (Underlying Volume Growth/UVG) yang negatif sebesar 5,2%.
Penjualan setahun penuh secara signifikan dipengaruhi oleh berbagai upaya tegas dan berani, yang bertujuan untuk mengatasi masalah operasional demi memprioritaskan pertumbuhan jangka panjang.
Marjin laba kotor sebesar 47,6%, terkoreksi sebesar 213 bps dibandingkan tahun sebelumnya sebagai dampak dari biaya transformasi dan pengurangan stok pelanggan.
Adapun laba bersih terkoreksi sebesar 29,8% dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan penurunan penjualan dan kenaikan investasi yang diperlukan dalam transformasi.
"Berbagai tindakan untuk me-reset (menata ulang) bisnis yang kami lakukan akan meringankan biaya dan mendorong pertumbuhan. Kami mulai melihat progres dan kami percaya upaya-upaya ini akan membangun landasan yang lebih kuat untuk pertumbuhan jangka panjang," kata Benjie Yap.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)