Liputan6.com, Jakarta - Saham PT ABM Investama Tbk (ABMM) terpantau berada di zona merah pada perdagangan hari ini, Kamis 13 Maret 2024. Saham ABMM turun 0,95 persen ke posisi 3.130 pada penutupan sesi I. Dalam sepekan, ABMM turun 3,69 persen dan turun 12,32 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).
Pada hari ini, perseroan juga mengumumkan kinerja tahun buku 2024 yang berakhir pada 31 Desember 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan penurunan kinerja baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Advertisement
Melansir keterbukaan informasi Bursa, Kamis (13/3/2025), sampai dengan 31 Desember 2024, perseroan membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan senilai USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 19,69 triliun (asumsi kurs Rp 14.410 per USD). Pendapatan itu turun 19,62 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 1,49 miliar.
Advertisement
Seiring turunnya pendapatan, beban pokok pendapatan pada 2024 ikut turun menjadi USD 1,07 miliar dari USD 1,1 miliar pada 2023. Sehingga, perseroan membukukan laba kotor USD 131,19 juta pada 2024. Turun dibandingkan laba kotor tahun buku 2023 yang tercatat sebesar USD 392,05 juta.
Pada tahun buku 2024, perseroan membukukan beban penjualan dan distribusi sebesar USD 3,82 juta. Kemudian beban umum dan administrasi USD 53,07 juta, pendapatan lainnya USD 34,17 juta, dan beban lainnya USD 613.889.
Bersamaan dengan itu, perseroan membukukan bagian atas laba entitas asosiasi sebesar USD 151,38 juta. Pendapatan dividen USD 831.453, pendapatan keuangan USD 4,56 juta, dan biaya keuangan USD 109,8 juta.
Laba 2024 Turun 51,78 Persen YoY
Setelah memperhitungkan beban pajak final dan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun buku 2024 sebesar USD 139,36 juta atau sekitar Rp 2,29 triliun.
Laba itu turun 51,78 persen dibandingkan laba tahun buku 2023 yang tercatat sebesar USD 298 juta. Aset perseroan sampai dengan 31 Desember 2024 tercatat sebesar USD 2,09 miliar, turun dibanding posisi akhir 2023 yang tercatat sebesar USD 2,16 miliar. Terdiri dari aset lancar senilai USD 534,45 juta dan aset tidak lancar senilai USD 1,56 miliar.
Liabilitas sampai dengan 31 Desember 2024 turun menjadi USD 1,25 triliun dibanding posisi akhir 2023 sebesar USD 1,4 miliar. Sebesar USD 500,89 juta tercatat sebagai liabilitas jangka pendek. Sisanya sekitar USD 747,3 juta tercatat sebagai liabilitas jangka panjang. Sementara ekuitas sampai dengan 31 Desember 2024 tercatat sebesar USD 847,25 juta. Angka itu naik dibandingkan posisi akhir 2023, di mana perseroan mencatatkan ekuitas sebesar USD 758,93 juta.
Advertisement
ABMM Akuisisi Perusahaan Batu Bara PJU, Segini Nilainya
Sebelumnya, PT ABM Investama Tbk (ABMM) melalui entitas anak PT Reswara Minergi Hartama (RWA) akuisisi saham PT Piranti Jaya Utama (PJU), perusahaan yang bergerak di usaha pertambangan batu bara. RWA telah menandatangani perjanjian pengikatan jual beli saham (PPJB) pada 3 Maret 2025.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (5/3/2025), anak usaha ABM Investama akuisisi saham Piranti Jaya Utama senilai USD 57 juta atau sekitar Rp 934,21 juta (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.389).
Adapun transaksi tersebut dilakukan dengan dua perjanjian pengikatan jual beli (PPJB). Pertama, RWA telah menandatangani PPJB dengan PT Tuah Turangga Agung (TTA) untuk pembelian 100 persen kepemilikan saham TTA pada PT Borneo Berkat Makmur (BBM). BBM merupakan pemegang saham secara langsung dari PJU dengan persentase saham sebesar 60 persen.
Kedua, RWA telah menandatangani PPJB dengan Borneo Prima Pte Ltd, Edward Sumarli dan Herry Hermawanto untuk kepemilikan saham Borne Prima Pte Ltd. Edward Sumarli dan Herry Hermawanto pada PT Borneo Berkat Sentosa (BBS). BBS merupakan pemegang saham langsung dari PJU dengan persentase saham sebesar 40 persen.
Perseroan menyatakan atas penandatanganan PPJB tersebut, para pihak berkewajiban untuk memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan dalam PPJB sebelum dapat menandatangani akta jual beli yang direncanakan pada kuartal II 2025 atau pada waktu lain yang disepakati oleh TTA dan RWA.
Tingkatkan Cadangan Batu Bara
Setelah pemenuhan condition precedents dan penandatanganan akta jual beli RWA memiliki seluruh saham yang ditempatkan dan disetor dalam PJU.
“Penandatanganan PPJB ini merupakan upaya Perseroan dalam meningkatkan portofolio atas cadangan batu bara yang dimiliki secara penuh. Jual beli saham akan dilaksanakan setelah seluruh ketentuan di dalam PPJB dipenuhi oleh para pihak,” ujar Sekretaris Perusahaan PT ABM Investama Tbk Hans Manoe dalam keterbukaan informasi BEI.
Perseroan menyatakan transaksi tersebut tidak termasuk dalam transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 42/POJK.04/2020 tahun 2020 tentang transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan. Selain itu transaksi ini juga tidak termasuk dalam transaksi material sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 17/POJK.04/2020 Tahun 2020 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha.
Advertisement
