Liputan6.com, Jakarta Film Untuk Angeline, baru saja dirilis untuk publik Kamis (21/7/2016) kemarin. Penayangan perdananya di XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, berlangsung cukup meriah. Sejumlah wakil Kementerian, pejabat daerah, hingga tokoh pemerhati anak Kak Seto hadir dan memberi sambutan di atas panggung.
Di salah satu sudut kursi untuk tamu undangan, duduk seorang perempuan berbaju sederhana, menatap kemeriahan tersebut dengan mata nanar. Begitu lagu sendu "Untuk Angeline" yang menjadi soundtrack film ini diputar lewat pengeras suara, air mata pelan-pelan membasahi pipinya.
Advertisement
Baca Juga
Ia adalah Hamidah, ibu kandung Angeline, korban pembunuhan tragis yang menjadi basis cerita film Untuk Angeline. Bersama beberapa sanak saudaranya, Hamidah datang dari Banyuwangi, Jawa Timur untuk menghadiri pemutaran perdana film ini.
Sambil memangku Aisyah, adik Angeline yang sekilas memiliki paras mirip kakak perempuannya ini, Hamidah berbicara tentang film Untuk Angeline. Tak banyak kalimat yang keluar dari bibirnya. Namun air mata yang terus turun, seperti mewakili kata-kata yang tak bisa ia ucapkan.
Bagi perempuan ini, sebenarnya film Untuk Angeline kembali membuka luka di hatinya. "Sakit," katanya singkat. Namun, menurut dia, kisah putrinya ini memang perlu dituturkan.
"Kan Angeline itu sekarang jadi diketahui masyarakat. Masa saya mau melarang ceritanya dibuat menjadi film," katanya.
Jito Banyu, sutradara film ini, menyebut bahwa restu dari orangtua Angeline mutlak didapat. "Dari awal, film ini dibuat dari empati, tidak ada paksaan. Apakah iya atau tidaknya film ini dibuat, itu semua terserah beliau," ujar Jito Banyu.
Ia menyebut, Untuk Angeline adalah sebuah film yang dipersembahkan untuk menyambut Hari Anak. "Film ini dibuat tidak untuk men-judge apa pun. Murni untuk Hari Anak, agar tidak ada lagi korban kekerasan pada anak seperti Angeline," ujar Jito Banyu.