Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar dalam bidang Geopolitik Timur Tengah Prof. Dr. Siti Mutiah Setiawati, MA menyebut bahwa solusi dua negara tidak adil bagi Palestina.
Terlebih, ia menyebut bahwa wilayah Palestina kini tinggal kurang lebih satu per tiga dari wilayah yang sebelumnya jauh lebih besar.
Advertisement
Baca Juga
"Penyelesaian Two States Solution (solusi dua negara) sebenarnya tidak adil bagi Palestina karena wilayah Palestina saat ini tinggal kurang lebih 1/3 dari wilayah Palestina ketika pembagian menurut Partition Plan PBB di tahun 1947," kata Prof. Siti kepada Liputan6.com, Jumat (28/2/2025).
Advertisement
"Sementara jumlah Penduduk Palestina lebih sedikit dari jumlah orang Yahudi (Orang Palestina 7.250.000, Orang Yahudi 7.200.000). Beberapa Data menunjukkan jumlah orang Israel 9,2 Juta , orang Yahudi 70 persennya)."
"Intinya orang Yahudi sudah mendiami wilayah yang sangat luas. Jika nanti masing masing menjadi negara yang merdeka maka pambagian wilayah sangat tidak adil. Oleh karena itu solusi ini harus berdasarkan Data Demografi dan wilayah yang pasti."
Prof. Siti juga menekankan bahwa alternatif yang baik bagi kedua belah pihak adalah "One Democratic State" dimana bangsa Palestina dan Yahudi hidup bersama di negara yang demokratis.
"Baik orang Yahudi maupun Palestina hidup berdampingan secara damai. Pemimpin dipilih secara demokratis atau dengan perjanjian seperti pemerintahan Lebanon," kata Prof. Siti.
Dampak ketidakpastian dari konflik berkepanjangan ini menurutnya akan mengakibatkan tidak adanya prospek perdamaian.
"Negara Adikuasa sebenarnya mempunyai kesempatan untuk berperan menyelesaian sebagai mediator yang tidak memihak. Lepaskan semua dukungan pada kedua belah pihak AS menghentikan dukungannya terhadap Israel dan negara Arab (jika ada) menghentikan dukungannya pada Palestina, Yahudi dan Palestina akan mempunyai jalan keluar untuk menyelesaikan konflik mereka."