Film, Alat Diplomasi Indonesia Merangkul Dunia

Seiring munculnya sinema berkualitas yang dibuat oleh para sineas Indonesia, film lokal juga mendapat apresiasi dari luar negeri.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Sep 2017, 11:20 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2017, 11:20 WIB
Livi Zheng dan Azis Nurwahyudi
Livi Zheng dan Azis Nurwahyudi (Liputan6.com/ Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta Film diyakini bisa menjadi aset diplomasi yang memiliki nilai seni, kreativitas dan berperan dalam proses pembentukan citra sebuah bangsa. Bila dimanfaatkan secara maksimal, film dapat menjadi aset penting diplomasi dalam merangkul dunia.

Hal itu terungkap dalam diskusi pembekalan Direktorat Jenderal Indonesia dan Diplomasi Publik yang diikuti 110 pejabat diplomatik dan konsuler di Museum Konferensi Asia Afrika, Jalan Asia Afrika 65 Bandung, Kamis 14 September 2017.

Sekretaris Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Azis Nurwahyudi berpendapat, film merupakan jendela mempromosikan Indonesia ke luar negeri. Sayangnya, dia melihat belum semua perwakilan atau diplomat kita mengunakan film sebagai alat diplomasi.

"Oleh karena itu kita mengingatkan mereka bahwa film juga bagian dari diplomasi. Tidak hanya menayangkan, tetapi harapan kita mereka juga turut mempromosikan produksi film kita," ujarnya.

Selain itu, Azis memandang geliat film produksi Tanah Air terus berkembang pesat. Seiring munculnya sinema berkualitas yang dibuat oleh para sineas Indonesia, film lokal juga mendapat apresiasi dari luar negeri.

Seperti film The Photograph garapan sutradara Nan T. Achnas yang berhasil memenangi dua penghargaan di The 43rd Karlovy Vary International Film Festival 2008. Atau film yang menunjukkan kerukunan beragama di Indonesia karya Raphael Wregas Bhanuteja berjudul Senyawa pada 2014 silam.

Karena itulah Azis berharap diskusi ini dapat membuka wawasan para diplomat muda Indonesia akan pentingnya keberadaan film sebagai salah satu aset terbaik diplomasi Indonesia.

"Mereka (diplomat) ini kan ditempatkan ke luar negeri dengan menjalankan berbagai fungsi. Saat menjadi perwakilan kita di sana harapannya mereka banyak membantu mempromosikan Indonesia. Nah, mereka bisa gunakan film sebagai promosi itu," harapnya.

Di tempat yang sama, sutradara muda Indonesia Livi Zheng membagikan pengalamannya dalam membuat film. Wanita kelahiran Blitar itu mengungkapkan bahwa cerita dalam sebuah film sangatlah penting.

"Proses pembuatan film yang menurut saya penting adalah ceritanya. Baik itu film panjang atau pendek. Saya sendiri bisa persiapan tiga bulan untuk film pendek padahal syutingnya cepat banget. Karena ceritanya harus matang," ujar Livi.

Livi lalu bercerita dengan penuh semangat saat dirinya menggarap beberapa proyek film di Indonesia untuk mengangkat popularitas kebudayaan Tanah Air. Salah satunya film Hollywood Brush with Danger. Ia menuturkan, film tersebut memasukkan unsur-unsur Indonesia, seperti dentingan gamelan. 

Di film lainnya, Second Chance, Livi melakukan syuting di Sukabumi. Dia memasukkan elemen pencak silat dan aksi bola api. "Syuting di Indonesia itu rasanya senang banget. Saya merasa Indonesia itu lengkap. Di sini harga aja bisa murah banget," tuturnya.

Promosikan Ekonomi Kreatif

Azis menjelaskan, dipilihnya film sebagai alat diplomasi sebagai misi memperkenalkan ekonomi kreatif.

"Untuk para diplomat yang akan penempatan kami berharap mereka punya bekal yang cukup untuk bisa membantu tugas pelaksanaan mereka terutama di dalam pengembangan diplomasi ekonomi. Sebab film ini bagian dari ekonomi kreatif," terang dia.

Saat ini, kata Azis, terdapat 132 kedutaan dan konsulat Indonesia yang tersebar di berbagai negara. Livi merupakan sutradara film yang dilakukan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Los Angels.

"Film itu menceritakan pelayanan di KBRI tentang pembuatan visa orang asing yang akan berkunjung ke Indonesia. Dengan adanya film itu kita harapkan semakin bertambah warga asing yang mengunjungi Indonesia," ujarnya.

Menurut Azis, ekonomi kreatif menjadi prioritas diplomasi ekonomi saat ini. Sedangkan film merupakan salah satu kegiatan dari ekonomi kreatif tersebut. "Karena kreativitas inilah yang bisa membuat kita bisa bersaing dengan negara lain," kata dia menandaskan. (Huyogo Simbolon)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya