Ini Makna di Balik Tema Java Jazz Festival Tahun Ini

Java Jazz Festival 2018 mengangkat tema Celebrate Jazz in Diversity.

oleh Fajarina Nurin diperbarui 02 Mar 2018, 14:20 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2018, 14:20 WIB
[Bintang] Jumpa Pers Java Jazz 2018
Jumpa Pers Java Jazz 2018 (Bambang E. Ros/Bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta - Acara musik tahunan, Java Jazz Festival, kembali digelar tahun ini, 2-4 Maret 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.

Kali ini, Java Jazz Festival yang merupakan festival musik yang sudah digelar sebanyak 14 kali itu mengusung tema Celebrate Jazz in Diversity.

Menurut Program Team Java Festival Production, Nikita Dompas, Java Jazz Festival tahun ini ingin menunjukkan keberagaman dalam musik, sesuai dengan tema besarnya.

Java Jazz Festival, menurut Nikita Dompas, juga bisa menjadi wadah bagi para musisi di luar jazz untuk berekspresi sekaligus menampilkan aksi panggung terbaik.

 

Genre Musik Mencair

[Bintang] Nikita Dompas
Nikita Dompas (Bambang E. Ros/bintang.com)

"Kami benar-benar menekankan diversity dari musik itu sendiri karena sebetulnya, mau itu jazz atau tidak, maksudnya festival jazz di seluruh dunia juga sudah amat cair ya. Sudah sangat biasa sih itu bahwa jazz, musik yang paling bisa cair," ujar Nikita Dompas saat ditemui usai jumpa pers terkait Java Jazz Festival 2018 di Hotel Borobudur, Pasar Baru, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Hal tersebut juga bisa menjadi jawaban atas pertanyaan, mengapa para bintang utama di Java Jazz Festival 2018, Daniel Caesar, Lauv, hingga Goo Goo Dolls, justru datang dari genre musik selain jazz.

 

Keragaman Musik

[Bintang] Jumpa Pers Java Jazz 2018
Jumpa Pers Java Jazz 2018 (Bambang E. Ros/Bintang.com)

"Justru karena kita tahu Daniel Caesar salah satu Grammy nominee. Musiknya dia 30 persen jazz, 70 persen RnB. Lauv juga elektronik dan masih turunan daripada itu (jazz). Goo Goo Dolls selain rock mereka juga mengusung semamgat improvisasi," ucap Nikita Dompas.

Hal senada pun diutarakan Direktur Utama Java Festival Production, Dewi Gontha. Menurutnya, keberagaman musik yang disajikan di Java Jazz Festival 2018 diperlukan demi menggaet pasar yang lebih luas.

 

Generasi Milenial

[Bintang] Jumpa Pers Java Jazz 2018
JJF 2018 (Bambang E. Ros/Bintang.com)

Genre musik jazz murni biasanya memang identik dengan generasi 1970an dan kurang populer di generasi millenial. Hal itu lantas membuat panita Java Jazz Festival mencari celah agar generasi masa kini bisa ikut merasakan alunan musik jazz dengan genre turunannya.

"Nama-nama artis (yang diundang) sekarang bisa masuk line up karena ada keterkaitainnya. Nama-nama itu membuat festival musik kita tetap jazz, membuat kombinasinya dengan turunan-turunannya agar bisa menarik generasi muda," ucap Dewi Gontha dalam kesempatan yang sama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya