Liputan6.com, Jakarta - Berkarier sejak tahun 2002 lewat peran Karmen di Ada Apa Dengan Cinta?, Adinia Wirasti hingga kini telah tampil di 20 film. Yang terbaru, Adinia Wirasti membintangi film horor Lampor Keranda Terbang, karya sineas Guntur Soeharjanto.
Lampor Keranda Terbang menjadi film horor pertama Adinia Wirasti. Di film itu ia memerankan ibu dua anak bernama Netta, yang mudik ke kampung halaman di Temanggung, Jawa Tengah. Tiba di Temanggung, Netta mendapat kabar ayahnya meninggal dunia.
Advertisement
Baca Juga
Adinia Wirasti punya alasan akhirnya mau menerima tawaran film horor. Setelah diberi tahu Guntur soal Lampor, aktris peraih dua Piala Citra ini tertarik.
“Dalam memilih film, produser dan sutradara biasanya menyampaikan presentasi. Ketika energi presentasi itu sampai, saya sadar Mas Guntur hendak menjadikan film ini sangat personal. Ketika seorang sineas melihat film sebagai proyek personal pasti digarap dengan hati,” beri tahu Adinia Wirasti kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Menjembatani
Adinia Wirasti menyebut syuting film Lampor Keranda Terbang dikerjakan dengan serius. “Film ini niat banget, effort-nya besar sekali. Kami syuting awal tahun dan dirilis Oktober, enggak biasanya syuting film awal tahun,” Adinia Wirasti menyambung.
Hal lain yang membuatnya tertarik, cerita berpijak pada adat Indonesia dan urband legend soal Lampor sebagai anggota pasukan Ratu Laut Kidul. “Bagaimana kami para aktor menjembatani urban legend dengan masyarakat yang kian modern, itu tantangan tersendiri,” imbuhnya.
Advertisement
Gugup
Meski sudah 20 kali syuting film, Adinia Wirasti tetap gugup. Salah satu penyebab gugup itu dipicu kesadaran ternyata syuting film horor tidak semudah yang dibayangkan.
Adegan sederhana pun harus dipikirkan dengan benar, disiapkan dengan matang, dan mendetail. “Ini yang bikin deg-degan. Angkat topi untuk seluruh tim yang memberikan energi penuh. Kami gugup saat syuting tapi buat saya gugup itu penting. Itu pertanda kami melibatkan hati untuk proyek ini, kami peduli dengan proyek ini,” Adinia Wirasti menyimpulkan.
(Wayan Diananto)