Cerita Penyanyi Pamungkas yang Pernah Jadi Pemutar Audio Azan di Stasiun Televisi

Selama bekerja di televisi, Pamungkas sempat menjadi staf untuk memutar audio pada waktu-waktu tertentu.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 18 Apr 2021, 18:30 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2021, 18:30 WIB
Pamungkas
Pamungkas. (instagram.com/pamunqkas)

Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Rizki Rahmahadian Pamungkas yang kita kenal sebagai Pamungkas, rupanya memiliki pengalaman menarik seputar kehidupannya di masa lalu. Termasuk kiprahnya sebagai staf acara televisi.

Awal perjuangan Pamungkas membangun karier hingga bisa menjadi seorang musikus seperti sekarang ini, memang bukanlah perkara mudah dan singkat.

Selama bekerja di televisi, pelantun lagu "To The Bone" ini bahkan sekadar menjadi staf untuk memutar audio pada waktu-waktu tertentu, termasuk saat azan tiba.

Menantang Diri Sendiri

Pamungkas
Pamungkas saat tampil di IM3 Ooredoo - Collabonation yang berlangsung di M Block Space, Jakarta Selatan, Kamis (20/2)

"Sebenarnya, gue tuh tahun 2017 ditantang diri sendiri. Waktu itu umur gue 24 jalan 25 tahun. Gue ngerasa harus milih kerjaan, apa yang harus gue lakuin di hidup ini," ujar Pamungkas di KLY Office, Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat (16/4/2021) malam, melansir dari Kapanlagi.com.

"Gue mau lakuin apa? saat itu gue jadi desainer, videografer buat wedding dan ngerjain sosmed artis juga," ungkap Pamungkas melanjutkan.

Kerja di Televisi

Pamungkas. (instagram.com/pamunqkas)
Pamungkas. (instagram.com/pamunqkas)

Pernah bekerja di salah satu program televisi swasta, pria 28 tahun ini berkecimpung di bidang audio person. Pada satu episode, vokalis grup band pengiring program tersebut berhalangan hadir. Alhasil, Pamungkas diminta untuk menggantikan posisi tersebut selama beberapa waktu.

"Gue tuh jadi kayak audio person program Islam Itu Indah, kayak suara telepon bumper in dan bumper out. Terus one day, vokalis band pengiring kena diare. Dia enggak bisa hadir sampai empat episode," terangnya.

"Kan stripping, jadi kita saat itu enggak ada orang yang bisa cepet bikin lagu dan main gitar. Jadi guelah ngisi walaupun cuma empat episode. Jadi waktu itu gue lebih rendah lagi. Bukan band pengiring, bukan soundman, tapi tukang mencet-mencet. Kalau mau azan, itu gue yang masukin suaranya gitu," sambung Pamungkas.

 

Penolakan dari Radio

Keluar dari zona nyaman, Pamungkas bergerak sendiri untuk berkarier di dunia musik. Pada 2018, ia sempat mendistribusikan lagu-lagu karyanya ke stasiun radio dan label rekaman. Namun, ia harus merasakan pahitnya penolakan lantaran bahasa yang digunakan di setiap lagunya.

"Gue kerja semua cuma untuk nyari duit beli soundcard, beli mic, beli gitar, emang ke arah musik. Gue resign sebagai desainer dan gaji terakhir disimpan buat hidup 3 bulan. Terus rekaman album pertama," ujar Pamungkas.

"Tahun 2018 itu gue sudah selesai album Walk The Talk dan beberapa itu sudah beres. Cuma banyak ditolak sama radio karena lagu bahasa Inggris. Pada saat itu mereka enggak mau play lagu bahasa Ingris. Label juga sempat beberapa menolak. Akhirnya karena ditolakin enggak punya duit, ya sudah ngerjain semua sendiri dan rilis sendiri," lanjutnya.

 

Manfaatkan Media Sosial

Meski menerima banyak penolakan, Pamungkas tak kehabisan akal untuk memperkenalkan karyanya. Melalui media sosial dan platform digital, Pamungkas mendapatkan jalannya sebagai seorang musikus.

"Satu-satunya media yang gratis ya sosmed, Instagram, Youtube, dan Spotify. Ya sudah, gerilya dari sosmed gue sejak Juni 2018, terus rilis album, terus Desember-nya naik. Banyak yang suka, banyak yang dengar, banyak komen, banyak tawaran manggung. Akhirnya jalan saja, kayak bola salju banget ngegulung makin gede makin gede dan tahun 2019 lagu 'To The Bone' rilis," pungkasnya. (Kapanlagi.com)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya