Nikita Mirzani Ngaku Kemenangan di PN Serang Enggak Seru, Maunya Ketemu Langsung Dito Mahendra

Liputan6.com, Jakarta Nikita Mirzani kembali mendatangi Pengadilan Negeri (PN) Serang, Selasa (3/1/2023). Didampingi sahabatnya, Fitri Salhuteru dan Pujiyanto Ajie, ia mengaku hanya ingin melihat-lihat pengadilan.

“Ternyata bagus ya PN Serang (bagian) depannya. Dingin, tadi ketemu sama orang-orang PN Serang juga baik-baik. Depannya bagus, ada AC,” ujar seteru Dito Mahendra kepada para jurnalis.

Selain itu, Nikita Mirzani mengaku ingin bertemu Kasatreskrim Polresta Serang Kota, David Adhi Kusuma, yang memimpin penangkapannya sebelum ia dijebloskan ke Rutan Kelas 2B Serang.

Setelah divonis bebas Majelis Hakim PN Serang pada Desember 2022, Nikita Mirzani menyampaikan sejumlah unek-unek. Salah satunya, ia mengaku kemenangan ini enggak seru.

“Lega karena akhirnya bukan diputus bebas tapi karena kasusnya tidak berjalan. Tidak layak untuk disidangkan karena Dito Mahendra juga tidak bisa dihadirkan sebanyak empat kali,” kata Nikita Mirzani.

Melansir dari video wawancara di kanal YouTube Intens Investigasi, Selasa (3/1/2023), bintang film Nenek Gayung mengaku penasaran dengan sosok Dito Mahendra yang selalu mangkir.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

“Tapi, menangnya WO. Menangnya enggak seru. Maunya berhadapan langsung. Jadi Bang Aji bisa lihat oh ini yang namanya Dito. Semua masyarakat juga. Kak Fitri kan juga belum pernah ketemu sama Dito. Aku juga belum pernah ketemu sama Dito,” akunya.

Dalam kesempatan itu, Nikita Mirzani merasa dipermainkan Dito Mahendra yang melaporkannya atas dugaan pencemaran nama baik dan pelanggaran UU ITE gara-gara gagalnya transaksi sepatu Hermes.

“Kalau aku merasanya dipermainkan ya. Tapi aku kasihan nih sama orang-orang yang bantuin aku selama di Serang. Apalagi Bang Aji, Pak Johan, istrinya aku ribetin setiap hari,” pungkas Nikita Mirzani.

Sementara Fitri Salhuteru yang setia mendampingi pelantun “Nikita Gang” menambahkan, “Dia tidak mempermainkan Niki, dia mempermainkan aparatur negara, menghina pengadilan.”