Retrospeksi 2024: Dheeraj Kalwani, Sensasi Film Vina Sebelum 7 Hari dan Box Office 5,8 Jutaan Penonton

Terlepas dari kontroversi yang menyertai, Vina: Sebelum 7 Hari karya Anggy Umbara menjadi film horor terlaris tahun ini bersama lebih dari 5,8 juta penonton.

oleh Wayan Diananto diperbarui 30 Des 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2024, 21:00 WIB
Poster film Vina: Sebelum 7 Hari
Terlepas dari kontroversi yang menyertai, Vina: Sebelum 7 Hari karya Anggy Umbara menjadi film horor terlaris tahun ini bersama lebih dari 5,8 juta penonton. (Foto: Dok. Instagram @dheerajkalwani_dee)

Liputan6.com, Jakarta Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, fakta Vina: Sebelum 7 Hari menjadi film horor terlaris tahun ini bersama 5,8 jutaan penonton tak dapat ditepis. Film ini diproduksi Dheeraj Kalwani di bawah naungan Dee Company.

Vina: Sebelum 7 Hari kini berada di peringkat kedua tangga box office Indonesia 2024. Ia hanya kalah dari Agak Laen yang meraup 9,1 jutaan penonton dan kokoh berdiri di puncak box office. Bagi Dheeraj Kalwani, box office bukan hal baru.

Tahun lalu, Siksa Neraka yang dibintangi Ratu Sofya, Slamet Rahardjo, dan Kiesha Alvaro, membuka lima besar box office Indonesia dengan 2,6 jutaan penonton. Kini, Vina: Sebelum 7 Hari resmi jadi film Dee Company paling laris.

“Tahun 2024 luar biasa bagi kami di Dee Company. Bangga bisa berada di peringkat runner-up tangga box office tahun ini. Harapannya, tahun depan film-film kami makin agresif dengan angka signifikan,” kata Dheeraj Kalwani.

Inilah wawancara eksklusif Showbiz Liputan6.com bersama Dheeraj Kalwani merefleksi kisah sukses Vina: Sebelum 7 Hari dan rencana besar di 2025. Ia memberi pula catatan soal yang mesti dibenahi dari industri film Indonesia di masa mendatang.

 

Faktor Pemicu Kesuksesan Vina

Dheeraj Kalwani. (Foto: Dok. Instagram @dheerajkalwani_dee)
Dheeraj Kalwani. (Foto: Dok. Instagram @dheerajkalwani_dee)

Saat proyek Vina: Sebelum 7 Hari diperkenalkan ke publik, banyak yang menggadang-gadang ini akan jadi “raksasa” di tangga box office. Apalagi, ada sutradara Anggy Umbara yang pernah mengantar Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! ke level 6 jutaan penonton.

Dheeraj Kalwani menyebut ada sejumlah faktor yang membuat Vina: Sebelum 7 Hari berjaya. Kasus dugaan pemerkosaan dan pembunuhan yang menggemparkan masyarakat Indonesia serta belum tuntas adalah “sumbu”-nya.

“Pertama, kasus ini terjadi sejak 2016 dan hampir tertutup beragam kasus lain. Ketika film ini tayang, publik serasa diingatkan kembali pada kasus hukum yang belum beres. Akhirnya jadi perbincangan publik dan viral lagi,” ulasnya.

Kedua, Anggy Umbara orang yang tepat untuk menggarap Vina: Sebelum 7 Hari. Kualitas hasil akhirnya pun, menurut Dheeraj Kalwani, tak mengecewakan. Terakhir, terang-terangan ia mengakui, Vina: Sebelum 7 Hari adalah pop corn movie.

“Jujur saja ini pop corn movie. Orang bisa merasakan beragam emosi. Ada horor, thriller yang menegangkan, drama keluarga, dan kesedihan. Beragam emosi ini membuat penonton terhubung di samping, tentu, peduli pada kasusnya,” ujar Dheeraj Kalwani.

 

Kontroversi Menjalar ke Ranah Politik

Dheeraj Kalwani. (Foto: Dok. Dheeraj Kalwani)
Dheeraj Kalwani. (Foto: Dok. Dheeraj Kalwani)

Vina: Sebelum 7 Hari dirilis 8 Mei 2024. Hari pertama tayang di bioskop, film yang dibintangi Nayla D. Purnama dan Lydia Kandou itu menyerap 335 ribuan penonton lalu berakhir di angka 5.815.945. Kesuksesan ini ditanggapi beragam.

Sejumlah pihak menilai Vina: Sebelum 7 Hari tak lebih dari upaya mengeksploitasi korban pemerkosaan dan pembunuhan. Kasusnya tetap mengambang sementara pembuatnya (maaf) bergemilang rupiah.

Ada pula yang membandingkannya dengan Perawan Dewa (1980), film yang dirujuk sebagai drama pengadilan terbaik dalam sejarah sinema Indonesia. Dibintangi Yatty Surachman, film ini panen 4 Piala Citra termasuk Sutradara dan Film Terbaik.

Dheeraj Kalwani tak menampik kenyataan ada kontroversi di balik sukses Vina: Sebelum 7 Hari. “Setelah film ini meledak, kasusnya kembali jadi perhatian publik. Perkembangannya kasus Vina Cirebon pun dipantau banyak pihak,” kenangnya.

Setelahnya, kasus Vina Cirebon memang kembali “ngegas.” Agustus 2024, sejumlah terpidana kasus Vina Cirebon mengajukan peninjauan kembali (PK). Hotman Paris pun sampai turun tangan hingga menyampaikan pesan terbuka kepada Jokowi agar dibentuk Tim Pencari Fakta.

“Benar, film ini memantik kontroversi. Saya tahu. Namun, saat kasus Vina Cirebon kembali dibuka, melibatkan sejumlah pengacara, melewati reli panjang persidangan hingga jadi isu nasional, maka ia telah menjadi topik politik dan hukum,” Dheeraj Kalwani menyambung.

Karena sudah masuk ke bidang lain di luar seni, Dheeraj Kalwani tak lagi berkomentar soal kasus Vina Cirebon. “Makanya saya menahan diri untuk tidak berkomentar lebih jauh kecuali performa filmnya,” ia menambahkan.

 

Regenerasi Penulis Naskah

Ilustrasi bioskop. (Foto: atas perkenan Deri Irawan Cinema XXI)
Ilustrasi bioskop. (Foto: atas perkenan Deri Irawan Cinema XXI)

Kembali ke soal angka, pencapaian 5,8 jutaan penonton bagi Dheeraj Kalwani adalah benchmark. Mencermati tangga box office tahun ini, ia melihat ada banyak warna. Fenomena ini mengindikasikan genre selain horor punya tempat luas di hati masyarakat.

“Benar, bahwa tangga box office tahun ini berwarna. Senang melihat Ipar Adalah Maut mendapat banyak cinta dari penonton hingga menyentuh 4,8 jutaan penonton. Bila Ibu Esok Tiada dengan 3,8 juta penonton jelas layak diapresiasi juga,” Dheeraj Kalwani berpendapat.

Setelahnya, ia menyorot Home Sweet Loan dengan 1,7 jutaan penonton dan menduduki posisi ke-9. Bagi Dheeraj Kalwani, ini kejutan. Ia senang. Dengan ragam genre yang disambut hangat, Dheeraj Kalwani optimistis tahun depan sinema Indonesia kian berjaya.

“Saya sepakat dengan Anda bahwa box office tahun ini berwarna. Saya sendiri bosan kalau film yang dirilis di bioskop dan mencapai box office horor melulu. Saya percaya film Indonesia bisa segemilang ini tahun depan,” beri tahunya.

Semringahnya wajah film Indonesia tahun ini bukan tanpa catatan kritis. Dheeraj Kalwani menyebut, salah satu yang mesti segera dicarikan solusi adalah regenerasi penulis naskah. Baginya, naskah adalah tulang punggung sekaligus nyawa film.

“Begini, saya sangat percaya pada naskah. Naskah adalah tulang punggung film. Konfigurasi pemain dan lain-lain bisa kita sesuaikan tapi kualitas naskah tak bisa ditawar. Itu sebabnya, saya dan tim bisa menggodok naskah bisa 6 sampai 8 bulan,” tutur Dheeraj Kalwani.

Naskah tak bisa lagi dikebut dan asal jadi mengingat penonton Indonesia makin cerdas sekaligus kritis. “Maka, regenerasi penulis naskah perlu digulir agar terbit generasi baru penulis naskah di masa mendatang,” ia mengakhiri.

infografis journal
infografis journal 10 Film Indonesia dengan Penonton Terbanyak di Tahun 2022. (Liputan6.com/Tri Yasni).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya