Liputan6.com, Jakarta Debut pada 2020 lewat film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, langkah Agla Artalidia makin tak terbendung di dunia akting. Januari 2025, ia bersiap merilis film horor Sebelum 7 Hari karya sineas Awi Suryadi.
Dalam film Sebelum 7 Hari, Agla Artalidia memerankan Tari, ibu dua anak yang terkoneksi dengan masa lalu mengerikan. Ia beradu akting dengan Haydar Salishz, Fanny Ghassani, Anantya Kirana, hingga Aurra Kharishma.
Baca Juga
Sebelum 7 Hari diangkat dari film pendek berdurasi 9 menitan yang meraih sejumlah penghargaan antara lain Best Fiction ReelOzInd! Australia Indonesia Short Film Competition and Festival 2021 dan Best Live Action HelloFest 14.
Advertisement
Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini menghimpun 6 fakta Agla Artalidia membintangi Sebelum 7 Hari yang akan menghantui bioskop mulai Kamis, 23 Januari 2025. Sudah siapkah Anda bertemu Tari dan keluarganya?
1. Tak Tahu Dari Film Pendek
Dalam wawancara eksklusif dengan Showbiz Liputan6.com di Jakarta, pekan ini, Agla Artalidia mulanya tak tahu Sebelum 7 Hari diangkat dari film pendek karya sutradara Ivan Padak Demon. Ia hanya dikirimi sinopsis dan dikabari sutradaranya Awi Suryadi.
“Aku dikirimi sinopsis, cuma tahu ini disutradarai Mas Awi. Aku mau! Pas sudah mendekati casting, dikasih skrip, baru tahu bahwa dulu ada film pendeknya. Itu pun aku enggak tahu film pendeknya ada di YouTube,” kata Agla Artalidia.
Advertisement
2. Awi Suryadi Galak, Enggak?
Bagi Agla Artalidia, kolaborasi dengan Awi Suryadi sangat menyenangkan. Sutradara film KKN di Desa Penari itu enggak galak sama sekali di lokasi syuting. Malah, dikenal demokratis karena menciptakan ruang diskusi terkait penokohan hingga improvisasi.
“Enggak sama sekali!” beri tahu Agla Artalidia. “Dia memberi instruksi pun masih bertanya, ‘Menurut lo gimana, Gla?’ Jadi ada ruang diskusi dan berbagi perspektif. Bukan komunikasi satu arah,” aktris kelahiran 18 Agustus 1986 itu menyambung.
3. Dikatai Mirip Fanny Ghassani
Agla Artalidia memerankan Tari. Tari adalah anak Anggun yang dimainkan Fanny Ghassani. Ia merasa tak mirip Fanny Ghassani. Justru netizen yang menilai kedua aktris ini memiliki sejumlah kemiripan garis muka. Ini membuat Agla Artalidia lega.
“Cuma kemarin setelah beberapa kali promosi, ada yang bilang: kok mirip, pantas Agla jadi anaknya Fanny,” akunya lalu menambahkan, “Banyak juga yang bilang, Anantya Kirana (pemeran Bian, anak Tari -red) mirip aku, jadi terasa lebih masuk akal penokohannya.”
Advertisement
4. Habis Magrib Hingga Jam 5 Subuh
Agla Artalidia lantas mengenang adegan paling menguras fisik, yang berlokasi di gua. Di dalamnya ada telaga. Sejumlah adegan mengharuskannya nyebur ke telaga. Bahkan ada satu hari di mana tubuh Agla Artalidia tak boleh tampak kering sesuai tuntutan skenario.
“Posisinya di atas, suhunya 16 sampai 17 derajat Celsius. Itu semalaman,” kenangnya. “Ada satu hari badanku enggak boleh kering sama sekali. Sepanjang malam. Adegannya secara emosi berat. Dari habis magrib badan basah sampai jam 5 subuh,” beber Agla Artalidia.
5. Tangguh di Luar, Luluh Lantak di Dalam
Menyinggung sosok Tari, Agla Artalidia menggambarkannya sebagai wanita tangguh, single mother dengan dua anak. Ia punya kakak laki-laki yang tak bisa diandalkan. Lebih banyak merepotkan daripada membantu. Mau tak mau, Tari harus memperhatikan banyak hal.
“Agak mirip aku sih, ha ha ha! Kalau Agla, anak cewek satu-satunya, kakak pertama, adiknya dua cowok semua. Tidak merepotkan tapi namanya kakak cewek cenderung mengurus perintilan. Jadi Tari berusaha tangguh padahal di dalamnya itu, luluh lantak,” urai Agla Artalidia.
Advertisement
6. Akting Memberi Makanan Hati Nurani
Seberat apapun adegannya, Agla Artalidia dengan senang hati menjalani. Ia menikmati dunia akting meski sempat jadi presenter acara fesyen di salah satu stasiun televisi swasta bareng Karina Nadila dua tahun lamanya. Ini bukan tanpa alasan.
“Karena di awal jatuh cintanya sama akting,” ucapnya. “Ya, cinta pertamaku di dunia akting. Kasih makan ke hati nurani juga. Saya mencari kepuasan batin. Saat film jadi, saya memandangnya sebagai hasil karya seni, kolektif,” Agla Artalidia mengakhiri.