Mengenal Suryo, Gubernur Pertama Jatim Bergelar Pahlawan Nasional

Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau lebih dikenal dengan nama Gubernur Suryo merupakan gubernur pertama di Jawa Timur.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Nov 2020, 07:33 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2019, 06:00 WIB
Museum Surabaya
Museum Surabaya (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau lebih dikenal dengan nama Gubernur Suryo merupakan gubernur pertama di Jawa Timur. Ia menduduki posisi gubernur pertama di Jawa Timur pada 1945 hingga 1947-1948.

Ia dikenal sebagai sosok pemberani yang membangkitkan semangat Arek-Arek Suroboyo saat pertempuran November 1945. Sebelum menduduki posisi gubernur Jawa Timur, Suryo pernah menjabat sebagai bupati di Kabupaten Magetan pada 1938-1943.

Mengutip laman Jatim.go.id, setelah proklamasi kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia mulai menata kehidupan kenegaraan. Berdasarkan pasal 18 Undang-Undang 1945 pada 19 Agustus 1945 oleh PPKI dibentuk provinsi dan penentuan gubernurnya.

Untuk pertama kali, Suryo yang saat itu menjabat sebagai Residen Bojonegoro ditunjuk sebagai Gubernur Jawa Timur yang pertama.

Ingin tahu kisah lainnya Gubernur Suryo, salah satu pahlawan nasional Indonesia? Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber mengenai Gubernur Suryo.

1.Gubernur Suryo lahir di Magetan, Jawa Timur pada 9 Juli 1898. Ia menjalani pendidikan di Osvia atau Opleiding School Voor Inlanddsche Ambtenaren.

Osvia merupakan sekolah pendidikan bagi calon-calon pegawai bumiputra pada zaman Hindia Belanda dan akan mempekerjakan murid-muridnya sebagai pamong praja.

2. Gubernur Suryo harus berpindah-pindah karena telah menjadi polisi pamong praja. Setelah jadi pamong praja, Gubernur Suryo telah memberikan kontribusi untuk bangsa dengan perlebar dan mengaspal jalan antara Sarangan-Magetan.

3. Pelantikan sebagai gubernur dilakukan pada 5 September 1945. Hingga 11 Oktober 1945, ia harus menyelesaikan tugas-tugas di Bojonegoro. Kemudian pada 12 Oktober 1945 diboyong ke Surabaya, Jawa Timur.

4. Pada 26 Oktober 1945, Gubernur Suryo dan Komandon Pasukan Inggris Mallaby membuat perjanjian gencatan senjata di Surabaya. Namun, perjanjian itu hanya bertahan dua hari. Hal itu juga menyulut peperangan selama tiga hari di Surabaya pada 28-30 Oktober 1945 sehingga meninggalnya Brigjen Mallaby.

Langkah tersebut membuat Inggris marah dan mengancam akan mengultimatum dan menyerang rakyat Surabaya jika tidak serahkan senjata pada 9 November 1945.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

5. Kematian salah satu jenderal Inggris membuat amarah Inggris. Inggris mengancam akan ultimatum dan menyerang rakyat Surabaya jika mereka tidak mau serahkan senjata pada 9 November 1945. Gubernur Suryo dan rakyat Surabaya menolak dan memilih menentang Inggris.

Pada 10 November 2019, meletus perang dengan Inggris dan para pahlawan pembela tanah air di Surabaya. Perang itu berlangsung tiga minggu. Surabaya pun menjadi kota mati dengan banyak pertumpahan darah.

6. Gubernur Suryo berpidato menggunakan radio untuk membangkitkan semangat arek-arek Surabaya. Pidato yang sama menggelorakan Bung Tomo. Kemudian pecah pertempuran 10 November 1945. Meski tidak seimbang karena sebagian rakyat hanya bersenjatakan bambu runcing tetapi kemudian pertempuran itu dikenal dengan Pertempuran Surabaya.Demikian mengutip laman merdeka.com, Senin pekan ini.

7. Gubernur Suryo sempat berpindah-pindah ke Sidoarjo, Mojokerto, Kediri dan Malang usai tentara Inggris makin geram dan terus melancarkan serangan ke Surabaya.

8. Gubernur Suryo meninggal karena dibunuh pada 10 September 1948. Kemudian dimakamkan di Magetan. Untuk mengenang jasa Gubernur Suryo dibangun monumen untuk mengenang jasa-jasanya di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi.

9. Pemerintah pun menyematkan Gubernur Suryo pahlawan nasional pembela kemerdekaan yang tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 pada 17 November 1964.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya