Liputan6.com, Surabaya - Ekonom menilai, Pemerintah Kota Surabaya perlu mewaspadai faktor cuaca ke depan karena berpengaruh ke persediaan pangan terutama cabai dan bawang merah. Kewaspadaan ini perlu dilakukan meski inflasi Juli 2019 tercatat 0,11 persen di Surabaya.
Berdasarkan data BPS Surabaya, Jawa Timur, inflasi 0,11 persen pada Juli dipicu enam kelompok pengeluaran alami kenaikan harga dan satu kelompok alami penurunan harga. Komoditas yang beri sumbangan terbesar terjadinya inflasi di Surabaya pada Juli yaitu cabai rawit, emas perhiasan, daging ayam ras, tahu mentah dan udang basah.
Tercatat sumbangan inflasi terbesar yaitu cabai rawit 0,0671 persen, emas perhiasan 0,05 persen, daging ayam ras 0,02 persen, tahu mentah 0,01 persen dan udang basah sebesar 0,01 persen.
Advertisement
Baca Juga
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira menuturkan, kontribusi cabai terhadap inflasi ke depan tergantung dari cuaca dan distribusi. Sebelumnya, kontribusi cabai rawit 0,0671 persen terhadap inflasi. Oleh karena itu, ada sejumlah langkah yang dilakukan untuk antisipasi harga pangan terutama cabai. Pertama, perlu peringatan sistem lebih awal yang perlu ditingkatkan apalagi teknologi sudah canggih sehingga pemantauan lebih mudah.
"Pendataan harga di tingkat petani dan konsumen gangguan distribusi perlu dilakukan secara rutin," ujar Bhima saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (6/8/2019).
Kedua, kerja sama antar BUMD di daerah lain untuk memperlancar pasokan barang. Bhima mencontohkan, cabai banyak dipasok dari Jawa barat, BUMD Surabaya dan Cianjur bisa jalin kerja sama untuk pasok cabai.
Terkait inflasi Juli 2019 di Surabaya, Bhima menilai ada pengendalian dan pengawasan pasokan pangan di Surabaya membuat inflasi bahan makanan terkendali. Selain itu, sebagai kota utama di Jawa Timur, normalisasi inflasi di Surabaya cenderung lebih cepat.
"Jika di daerah lain harga baju atau sandang masih naik, penjual di Surabaya langsung lakukan diskon untuk cuci gudang. Otomatis harga jual lebih rendah. Respons penjual juga mempengaruhi inflasi," tutur dia.
Â
Â
Â
(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Inflasi Juli 2019 Sebesar 0,11 Persen di Surabaya
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya melaporkan inflasi Juli 2019 sebesar 0,11 persen dari periode Juni 2019 sebesar 0,21 persen.
Mengutip laman BPS, Selasa (6/8/2019), Surabaya mencatat indeks harga konsumen (IHK) sebesar 137,01. Sementara itu, nasional nilai inflasinya mencapai 0,31 persen dan Jawa Timur sebesar 0,16 persen.
Jika dibandingkan dari delapan kota IHSG di Jawa Timur, enam kota alami inflasi dan dua kota alami deflasi. Tercatat Kediri alami inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,44 persen. Surabaya dinilai termasuk alami inflasi terendah, sedangkan deflasi tertinggi di Kabupaten Sumenep.
Inflasi di Surabaya terjadi karena enam kelompok pengeluaran alami inflasi dan satu kelompok pengeluaran alami deflasi.
Kelompok pengeluaran yang alami kenaikan harga atau inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,91 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang alami deflasi hanya kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,53 persen.
Lalu apa saja komoditas yang kontribusi terbesar terjadinya inflasi pada Juli 2019?
Komoditas itu antara lain cabai rawit, emas, perhiasan, daging ayam ras, tahu mentah dan udang basah.
Sedangkan komoditas yang dominan dalam menghambat terjadinya inflasi di Surabaya pada Juli 2019 antara lain tarif kereta api, angkutan antar kota, tomat, bawang putih dan kendaraan carter/rental
Lalu inflasi tahun kalender Surabaya sebesar 1,31 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 2,73 persen. Di Jawa Timur, laju inflasi tahun kalender sedikit lebih tinggi sebesar 1,32 persen. Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun nilainya lebih rendah sebesar 2,5 persen. Di tingkat nasional, inflasi tahun kalender sebesar 2,36 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 3,32 persen.
Â
Advertisement