Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar, Wisata Alam Baru di Surabaya

Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar jadi pilihan liburan di Surabaya, Jawa Timur.

oleh Liputan Enam diperbarui 10 Sep 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2019, 04:00 WIB
Hutan Mangrove Wonorejo
Hutan Mangrove Wonorejo adalah wisata alam terbaik di Surabaya (Foto: indoturs.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar Surabaya menjadi tujuan wisatawan menghabiskan liburan. Area mangrove ini cukup memikat masyarakat walaupun pembangunannya masih 30 persen.

Kebun Raya ini terletak di empat kawasan, yaitu Wonorejo, Keputih, Sukolilo, dan Gunung Anyar, Surabaya. Namun, saat kawasan yang baru dikembangkan adalah Gunung Anyar dan Wonorejo. Total luas Kebun Raya ini sejumlah 46 hektar dan baru 16 hektar yang ditanami 50.000 pohon.

Para pengunjung datang ke Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar karena tertarik dengan fasilitas-fasilitas yang ada. Fasilitas ini dapat digunakan secara gratis oleh para pengunjung yang datang di kawasan ini. Demikian mengutip berbagai sumber yang ditulis Selasa (10/9/2019).

Kawasan Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sisi kiri dan kanan. Pada sisi kiri adalah bagian sungai dan bagian kanan adalah daerah tempat fasilitas yang bisa digunakan.

Terdapat jogging track sepanjang 20 meter yang terbuat dari bambu dan disusun memanjang melintasi kawasan pohon bakau. Disepanjang jalur jogging ini juga telah dilengkapi tempat foto bagi pengunjung. Tempat foto ini berupa lingkaran bambu yang bisa digunakan untuk beristirahat. Selain itu mushola dan kantor DKPP juga terbuat dari bambu.

Di tempat ini juga ada gazebo yang terletak di tengah kawasan mangrove. Gazebo ini cukup unik karena terbuat dari bambu. Ukurannya sekitar 5x5 meter sehingga cukup nyaman digunakan untuk beristirahat. Pengunjung juga dapat menikmati berbagai acara yang akan disuguhkan serta juga dapat menggelar acara dengan mengantongi izin terlebih dulu.

Pada ujung timur Kebun Raya mangrove di Surabaya ini terdapat menara pandang setinggi 12 meter yang bisa digunakan unuk melihat kawasan mangrove dari ketinggian. Namun, menara ini hanya bisa dinaiki maksimal lima orang.

 

(Tito Gildas, Mahasiswa Kriminologi Universitas Indonesia)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Mengenal Hok An Kiong, Klenteng Tertua di Surabaya

Ilustrasi Klenteng
Ilustrasi Klenteng (Foto: Dok Kemdikbud)

Sebelumnya, jalan-jalan di Surabaya, Jawa Timur tak hanya mencicipi kuliner, melihat bangunan sejarah, dan keliling kota. Di Kota Pahlawan ini, wisata religi juga dapat menjadi pilihan.

Surabaya yang memiliki beragam masyarakat dari berbagai suku, etnis, dan agama menjadikan sebagai kota multi-kultural. Oleh karena itu, di kota ini juga ditemui sejumlah tempat ibadah dari beragam agama. Tempat ibadah di kota ini juga ada yang memiliki cerita dan termasuk bangunan bersejarah. 

Salah satunya, Klenteng Hok An Kiong. Berdasarkan Buku Travelicious, Jalan Hemat, Jajan Nikmat Karya Ariyanto, klenteng ini merupakan salah satu klenteng tertua yang ada di Surabaya.

Klenteng Hok An Kiong didirikan sekitar 1830-an. Bangunan yang berada di Jalan Coklat, Pabean, Surabaya ini pada awalnya merupakan daerah pelabuhan.

Sebelumnya, klenteng Hok An Kiong disebut juga klenteng coklat, karena dilihat dari nama jalannya yaitu Jalan Coklat. Kapal-kapal saudagar dari Tiongkok, China sering mampir ke daerah Pabean yang kini sudah menjadi Pasar Ikan.

Seiring bertambahnya kapal-kapal saudagar Tiongkok yang bersandar di Kalimas, terutama dekat Pabean dan Slompretan, membuat ratusan awak kapal kadang-kadang beristirahat di daerah itu. Ada beberapa saudagar kaya yang tergabung dalam perkumpulan Hok Kian Kong Tik Soe.

Mengutip berbagai sumber, Mereka merasa iba melihat para awak kapal beristirahat di sana. Kemudian, tercetuslah ide dari perkumpulan tersebut untuk mendirikan tempat ibadah yang sekaligus bisa menjadi tempat beristirahat untuk awak kapal itu.

Maka, jadilah bangunan Kelenteng Hok An Kiong. Mengutip Jurnal Intra Petra.ac.id, interior di klenteng ini didesain dengan gaya budaya Fujian. Klenteng ini pada mulanya hanya terdiri dari halaman depan untuk ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ruang altar utama hanya kepada Dewi Mahcoh Po.

Bangunan itu kini sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya berdasarkan SK Walikota Surabaya No.188.45/258/436.1.2/2012.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya