BMKG Bakal Pasang Alat Deteksi Gempa di Sidoarjo hingga Bangkalan

BMKG menambah 13 unit alat pendeteksi gempa (seismograf) pada 2019, guna melengkapi 15 alat pendeteksi yang sudah ada saat ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Sep 2019, 10:37 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2019, 10:37 WIB
[Bintang] Semangat Guys, Ini Prediksi Cuaca dari BMKG
Prediksi BMKG pagi hari Jabodetabek akan cerah berawan, lalu bagaimana dengan siang dan malam? (Foto: Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Sidoarjo - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengharapkan ada penambahan alat pendeteksi gempa dapat memberikan keakuratan pendeteksian gempa.

BMKG menambah 13 unit alat pendeteksi gempa (seismograf) pada  2019, guna melengkapi 15 alat pendeteksi yang sudah ada saat ini. Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Geofisik,  Suwarto menuturkan, dengan ada penambahan alat tersebut diharapkan bisa memberikan keakuratan pendeteksian gempa.

"Terutama di wilayah sesar Kendeng yang terbentang di Surabaya. Termasuk sesar Minor yang menurut penelitian berpotensi gempa," ujar dia melansir Antara, ditulis Jumat (6/9/2019).

Ia menuturkan, alat tersebut di antaranya dipasang di Bojonegoro, Sidoarjo, Tuban, Pasuruan, Lumajang, Jember, Kediri dan juga Bangkalan. "Kami menjaring sisi kanan dan kiri supaya kalau ada aktivitas gempa bisa terdeteksi lebih sensitif dan lebih tepat," tutur dia.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Juanda supaya membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakat terutama tentang informasi prakiraan cuaca di wilayah setempat.

"Kami ingin ada koneksitas dengan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi), dan juga titik-titik kemungkinan masyarakat bisa mengakses informasi secara sering dan realtime sehingga akan menjadi kewaspadaan bersama," ujar dia saat mengunjungi Kantor BMKG Juanda di Sidoarjo Jatim awal pekan lalu.

Ia mengemukakan, seperti di perahu atau kapal motor di mana yang mengetahui kondisi cuaca tidak hanya nakhoda, tetapi juga penumpang bisa mengetahui gelombang tinggi yang dikeluarkan oleh BMKG, sehingga bisa mengantisipasi adanya informasi penting.

"Berikutnya saat memasuki bulan September, Oktober dan Desember ini itu kan juga sudah mulai masuk musim hujan akan terkonfirmasi curah hujan seberapa tinggi debit airnya kemungkinan terjadinya ikutan cuaca ekstrem, kemungkinan terjadinya angin puting beliung dan seterusnya," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Rawan Gempa dan Tsunami, BMKG Pasang Radar di Yogyakarta dan Jateng

Gempa 7 SR di Lombok Utara, BMKG: Peringatan Dini Tsunami Berakhir
Ilustrasi kerusakan struktur tanah yang retak akibat gempa. Foto: Pixabay

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG membangun infrastruktur peringatan dini gempa bumi dan tsunami di pesisir Yogyakarta, Purworejo, dan Jawa Tengah. Di Yogyakarta, radar tersebut dipasang di Pantai Parangtritis, dan Purworejo. Sementara, di Jawa Tengah dipasang di Pantai Keburuhan.

Infrastruktur berupa radar tsunami ini dinilai cukup penting mengingat kedua wilayah tersebut rawan gempa bumi dan tsunami.

"Pembangunan radar tsunami ini merupakan bentuk kerjasama BMKG Indonesia dan MIC (Ministry of Internal Affairs and Communications) Jepang, serta didukung oleh Universitas Gadjah Mada," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dikutip laman resmi BMKG, Senin, 2 September 2019.

Dwikorita menerangkan, kinerja radar tsunami dan gempa itu akan diuji dan dievaluasi terlebih dahulu dalam kurun waktu 6 bulan sampai 1 tahun ke depan guna memperoleh hasil yang lebih optimal.

Radar tsunami dan gempa tersebut nantinya akan memonitor arus laut berupa kecepatan, arah , ketinggian dan periode gelombang dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi atau gelombang pendek atau disebut HF radar.

"Sistem HF radar ini (frekuensi 16 MHz) mampu memonitor wilayah laut dengan luasan 800 km persegi dengan radius jangkauan 80 km," imbuh Dwikorita.

Sementara itu, Kepala Bidang Geofisika, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Supriyanto, menambahkan instalasi dan pemasangan instrumen radar tsunami relatif mudah karena sistem tersebut ditempatkan dipesisir pantai dalam bentuk antena radio.

"HF radar ini juga dapat berfungsi sebagai Oceanographic Radar yang memiliki multi-fungsi tidak hanya sebagai monitoring gelombang tsunami, tetapi juga untuk kemaritiman seperti monitoring arus permukaan, gelombang dan pola pasang surut air laut," tegasnya.

Bisa Monitor Sebaran Polusi dan Volume Air

Selain itu, tambah dia, pada bidang kebencanaan oceano-meteorologi radar ini mampu untuk memonitor ketinggian gelombang dan tekanan udara rendah akibat siklon tropis. Serta memberikan informasi prediksi sebaran polusi atau tumpahan minyak, dan bahkan apabila terjadi kecelakaan laut radar ini dapat membantu tim rescue dalam melakukan evakuasi korban.

Radar ini juga mampu memonitor pergerakan sampah di lautan, pergerakan arus laut, dan perubahan volume air laut.

Saat ini pembangunan radar tsunami di Pantai Parangtritis - Yogyakarta dan Pantai Keburuhan - Purworejo memasuki tahap awal konstruksi.

"Diharapkan dengan selesainya instalasi dan uji coba yang ditargetkan Maret 2020, kehadiran radar ini akan membantu meningkatkan kehandalan sistem peringatan dini tsunami pada obyek-obyek vital negara, khususnya Bandara Yogyakarta Intenational Airport (YIA)", tutur Dwikorita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya