Buya Yahya Ungkap Alasan Kenapa Rasulullah Sering Puasa di Bulan Sya’ban, Ternyata Ini Penyebabnya

Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya'ban. Buya Yahya ungkap alasannya

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Feb 2025, 07:30 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2025, 07:30 WIB
Buya Yahya (Foto: YouTube)
Buya Yahya (Foto: YouTube)... Selengkapnya

Liputan6.com, Cilacap - Salah satu amalan yang disunahkan dilakukan di bulan Sya’ban ialah memperbanyak melaksanakan ibadah puasa.

Sya’ban merupakan bulan yang mulia yang mendapat perhatian istimewa dari Rasulullah SAW. Salah satu perhatian beliau ini, berdasarkan riwayat Rasulullah SAW memperbanyak puasa di dalamnya.

Atas dasar ini, maka umat Islam dianjurkan melaksanakan puasa sunnah di bulan yang ke delapan dalam kalender Hijriyah ini.

Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon, KH. Yahya Zainul Ma’arif atau lebih populer dengan sapaan Buya Yahya mengungkap alasan Rasulullah SAW sangat memuliakan bulan ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Alasannya

Ilustrasi puasa Syaban
Ilustrasi puasa Syaban (dok.unsplash/ Artur Aldyrkhanov)... Selengkapnya

Buya Yahya mengatakan, bulan Sya’ban merupakan bulan yang memiliki keutamaan di mana bulan ini merupakan bulan yang mendapatkan perhatian dari Rasulullah SAW.

“Di bulan Sya’ban ini, ada keutamaan Sya’ban. Sya’ban sendiri bulan yang sangat diperhatikan Rasulullah SAW,” tuturnya dikutip dari tayangan YouTube Short @Ngajisantrionline.id, Sabtu (01/12/2025).

Perhatian yang besar akan bulan ini, sampai-sampai Rasulullah SAW memperbanyak melaksanakan puasa sunah yang tidak dilakukan pada bulan-bulan selainnya.

Bahkan berdasarkan riwayat, Rasulullah SAW pernah melaksanakan puasa sunah 1 bulan penuh pada bulan ini.

“Sampai dalam hadis riwayat Imam Bukhari Siti Aisyah bercerita, Nabi tidak pernah berpuasa banyak dalam satu bulan seperti di bulan Sya’ban,” terang Buya Yahya.

“Dan Nabi berpuasa di bulan Sya’ban semuanya,” imbuhnya.

Lebih dalam, Buya Yahya menerangkan alasan yang menyebabkan Rasulullah SAW memperbanyak puasa pada bulan ini yakni karena Sya’ban merupakan bulan yang kerap dilupakan umat Islam sebab bulan ini diapit 2 bulan mulia lainnya yakni Rajab dan Ramadhan.

“Nabi sangat perhatian di bulan Sya’ban karena bulan Sya’ban adalah bulan yang dilupakan karena jatuh antara bulan Rajab dan Ramadhan,” paparnya. 

“Di bulan Rajab, bulan haram orang sibuk berpuasa, Ramadhan wajib puasa,” sambungnya.

Tata Cara Puasa Sunah Syaban

[Bintang] 10 Hal yang Gak Boleh Dilakukan di Malam Nisfu Sya'ban
10 Hal yang Gak Boleh Dilakukan di Malam Nisfu Sya'ban | via: ukhti27.blogspot.com... Selengkapnya

Mengutip NU Online, berikut ini tata cara berpuasa di bulan Sya'ban,

Pertama, niat di hati. Niat puasa baik dilakukan dengan niat puasa mutlak, seperti: “Saya niat puasa,” atau dengan cara yang lebih baik sebagaimana berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ شَعْبَانَ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma sya’bâna lilâhi ta’âlâ

Artinya: Saya niat puasa Sya’ban karena Allah ta’âlâ. Selain niat di dalam hati juga disunnahkan mengucapkannya dengan lisan. Sebagaimana puasa sunnah lainnya, niat puasa Syaban dapat dilakukan sejak malam hari hingga siang sebelum masuk waktu zawal (saat matahari tergelincir ke barat), dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar atau sejak masuk waktu subuh. (Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’în, juz II, halaman 223).

Kedua, makan sahur. Lebih utama makan sahur dilakukan menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak. 

Ketiga, melaksanakan puasa dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan, seperti makan, minum dan semisalnya.

Keempat, lebih menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa. Rasulullah saw bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعِ وَالْعَطَشِ (رواه النسائي وابن ماجه من حديث أبي هريرة)

Artinya: Banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan kehausan (HR an-Nasa’i dan Ibnu Majah dari riwayat Hadits Abu Hurairah ra). (Abul Fadl al-‘Iraqi, al-Mughni ‘an Hamlil Asfâr, [Riyad: Maktabah Thabariyyah, 1414 H/1995 M], juz I, halaman 186). Kelima, segera berbuka puasa saat tiba waktu maghrib. (Ibrahim al-Bajuri, Hâsyiyyatul Bâjuri ‘alâ Ibnil Qâsim al-Ghazi, [Semarang, Thoha Putra], juz I, halaman 292-294).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya