7 Hutan Kota di Surabaya Bikin Rindang dan Cegah Banjir

Berbagai macam ruang tata hijau (RTH) yang sudah dimiliki Surabaya, mulai dari taman, hutan kota, kawasan konservasi, hingga lapangan olahraga.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Okt 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2019, 04:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Hutan Pakal, Surabaya, Jawa Timur (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa di bidang arsitektur dari Universitas Tongmyong, Busan Korea Selatan.

Ini kali kedua Risma mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa. Sebelumnya wali kota perempuan pertama di Surabaya ini mendapatkan gelar itu dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Saat pemberian gelar tersebut di Busan, Risma menuturkan kalau ruang terbuka publik menjadi salah satu hal yang menjadi prioritas pembangunan Surabaya.

"Batasan ruang terbuka publik perkotaan dalam disertasi saya yaitu taman umum dan taman di sepanjang tepi sungai. Keduanya dilihat dari perspektif kebutuhan masyarakat dan nilai sosial budaya," ujar Risma yang dikutip dari akun twitter@banggasurabaya, ditulis Jumat (3/10/2019).

Surabaya menawarkan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi. Dari hal itu, Surabaya bisa mengembangkan banyak hal. Oleh karena itu ini tantangan bagi pemerintah untuk menampung semua pendapat.

“Tiap masyarakat punya kesukaan yang berbeda dalam memanfaatkan ruang terbuka publik. Sedangkan semua orang punya hak yang sama,” kata Risma.

Oleh karena itu, dalam 10 tahun terakhir, Surabaya punya serangkaian program pengembangan ruang terbuka hijau besar-besaran, konsisten dan berkelanjutan. Saat ini, Surabaya punya lebih dari 30 persen ruang hijau publik sesuai dengan undang-undang (UU) hasil sinergi dari semua pihak.

Berbagai macam ruang tata hijau (RTH) yang sudah dimiliki Surabaya, mulai dari taman, hutan kota, kawasan konservasi, hingga lapangan olahraga.

Meski kota metropolitan, Pemkot Surabaya berupaya membangun RTH. Ini dilihat dari taman yang sudah dibangun mencapai 475 taman yang tersebar di seluruh kota.

Selain itu, Pemkot Surabaya juga membuat hutan kota di Kota Pahlawan ini. Ingin tahu hutan apa saja yang berada di kota metropolitan ini? Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (4/10/2019):

1.Hutan Pakal

Hutan kota yang bernama Hutan Kota Pakal Benowo ini seluas 6 hektar. Hutan ini ditanami hampir 60 jenis tanaman yang terdiri dari cemara udang, ketepeng, sawo kecil, trembesi, mahoni, akasia, bakau dan waru laut.

Hutan ini berfungsi sebagai filter udara dan pasokan oksigen bagi Surabaya. Selain pepohonan, terdapat juga tambak-tambak yang diisi dengan ikan. Ada sejumlah bibit ikan yang dikembangkan yaitu bandneg, udang, dan ikan mas.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Hutan Mangrove

Hutan Mangrove Wonorejo
Hutan Mangrove Wonorejo adalah wisata alam terbaik di Surabaya (Foto: indoturs.com)

2. Hutan Mangrove Wonorejo

Hutan mangrove ini seluas lebih dari 800 hektar. Mangrove atau bakau adalah species tanaman yang hidup di antara batas pasang dan surut sebuah kawasan pesisir

Obyek wisata ini berada di Jalan Raya Wonorejo Nomor 1, Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.

Vegetasi asli yang tumbuh di daerah ini didominasi oleh bakau (Rizhophora mucronata, Rizhophora apiculata), api-api (Avicennia alba), pidada (Sonneratia caseolaris), dan buta-buta (Excoecaria agallocha). Beberapa jenis tumbuhan lain juga ditemukan di kawasan ini seperti ketapang (Terminalia catapa) dan nipah (Nypa fructicans).

Selain itu, terdapat pula tanaman sejenis bakau dan nonbakau introduksi (hasil kegiatan reboisasi). Misalnya waru larut (Hibiscus tilliaceus), tanjang (Bruguiera gymnorrhiza), nyamplung (Callophylum inophyllum), bintaro (Cerberamanghas), akasia (Acacia auriculiformis), asem (Tamarindus indica), dan lamtoro (Paraseriantes falcataria).

Setiap tahun, penanaman pohon mangrove ditargetkan mencapai 50 ribu batang, dengan luas mencapai 10 hektar. 

Untuk sampai ke kawasan wisata mangrove, pengunjung harus menempuh perjalanan dengan jarak sekitar lima kilometer dari Jembatan Merr II-C yang ada di kawasan Perumahan Pondok Nirwana, Kedung Baruk atau kampus Stikom Surabaya.

Kemudian, dari jembatan itu pengunjung berjalan ke arah timur melewati IPH School, pangkalan taksi Orenz, hingga menemui penunjuk arah menuju EWM. Jarak tempuh dari titik tersebut hingga ke lokasi kira-kira 2,5 kilometer. Untuk harga tiketnya sebesar Rp 25.000 untuk dewasa dan Rp 15.000 untuk anak-anak.

3. Hutan Kota di Warugunung, Kecamatan Warugunung

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini meresmikan hutan kota ini pada 23 November 2018. Sebanyak 1.000 pohon terdiri dari berbagai jenis ditanam di lokasi antara lain Pohon Matoa, jambu air, sawo, mangga dan cemara udang. Hutan kota di Warugunung ini berfungsi untuk menekan banjir dan polusi udara.

Mengutip Antara, pembuatan hutan kota di daerah itu juga diharapkan mampu meminimalkan dampak patahan aktif yang dapat sebabkan terjadi gempa. Dengan ada hutan kota itu, membuat struktur tanah menjadi lebih kuat.

4. Hutan Kota Balas Klumprik

Hutan ini memiliki luas lahan 4,5 hektar dan terdapat sekitar 6.000 tanaman. Di hutan ini didominasi tanaman buah antara lain kedondong, srikaya, mangga, kelengkeng dan jambu. Selain itu juga ada berbagai jenis pohon lindung yaitu mahoni dan trembesi.

Hutan kota yang berada di Kawasan Kecamatan Wiyung ini memiliki sebuah danau irigasi. Berbagai jenis spesies ikan dikembangbiakkan di danau ini antara lain ikan lele, mujair, nila, dan bandeng.

Hutan Bambu Keputih

[Bintang] Jawa Timur
Hutan Bambu Keputih, Surabaya, Jawa Timur. (royandrian/Instagram)

5.Hutan Kota di Jalan Lempung Perdana, Kelurahan Lontar

Hutan kota ini diresmikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 1 Februari 2018. Hutan ini sengaja dibuat untuk menangani banjir karena di daerah tersebut sering kali terjadi banjir.Di hutan ini terdapat pohon jambu, belimbing, matoa dan beberapa jenis lainnya.

"Salah satu treatment yang kami lakukan adalah membuat hutan kota dan membuat waduk," ujar dia.

6. Hutan wisata mangrove Gunung Anyar

Kawasan Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sisi kiri dan kanan. Pada sisi kiri adalah bagian sungai dan bagian kanan adalah daerah tempat fasilitas yang bisa digunakan.

Terdapat jogging track sepanjang 20 meter yang terbuat dari bambu dan disusun memanjang melintasi kawasan pohon bakau. Di sepanjang jalur jogging ini juga telah dilengkapi tempat foto bagi pengunjung. Tempat foto ini berupa lingkaran bambu yang bisa digunakan untuk beristirahat. Selain itu mushola dan kantor DKPP juga terbuat dari bambu.

Di tempat ini juga ada gazebo yang terletak di tengah kawasan mangrove. Gazebo ini cukup unik karena terbuat dari bambu. Ukurannya sekitar 5x5 meter sehingga cukup nyaman digunakan untuk beristirahat. Pengunjung juga dapat menikmati berbagai acara yang akan disuguhkan serta juga dapat menggelar acara dengan mengantongi izin terlebih dulu.

7. Hutan Bambu Keputih

Hutan bambu ini dikenal dengan Hutan Bambu Keputih. Letaknya di Jalan Raya Marina Asri, Keputih, Kecamatan Sukolilo, Jawa Timur. Hutan ini juga berada di belakang Terminal Keputih.

Mengutip laman facebook @lovesuroboyo, hutan ini berada di kawasan 40 hektar yang terdiri dari tiga bagian yaitu hutan bambu keputih, taman harmoni, dan taman ruang publik keputih. Hutan bambu ini menjadi spot foto menarik bagi warga Surabaya. Spot di hutan bambu sering dipakai untuk foto pre wedding dan hanya sekadar selfie, serta menambah koleksi foto untuk ditaruh di akun media sosial.

Namun, siapa sangka kalau hutan bambu ini ternyata dahulunya tempat pembuangan akhir (TPA) sejak 1970. Kemudian Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menutup TPA tersebut sekitar 2000-2001, dan memindahkan ke daerah Benowo.

Pemkot Surabaya pun menanam bibit bambu di bekas TPA tersebut, hingga akhirnya menjadi hutan bambu yang jadi spot foto menarik di Surabaya.

Mengutip laman humas.surabaya.go.id, Pemkot Surabaya pun membentuk satgas untuk merawat dan menjaga kelestarian hutan bambu tersebut. Ada sekitar 15 petugas untuk menjaga hutan bambu. Saat berada di hutan bambu, Anda hanya merogoh kocek sekitar Rp 2.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya