5 Hal Terkait Semburan Lumpur Minyak Kutisari Surabaya

Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur (Jatim) telah memasang separator (pemisah) di lokasi semburan minyak bercampur air di Kutisari.

oleh Liputan Enam diperbarui 10 Okt 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2019, 15:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Petugas evakuasi drum yang berisi cairan lumpur dari semburan lumpur bercampur minyak dan gas di Perumahan Kutisari, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur (Jatim) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) telah memasang separator (pemisah) di lokasi semburan lumpur, Perumahan Kutisari Utar Surabaya.

BPBD menyatakan siap memabantu pemasangan separator ini. Namun, dibutuhkan surat pernyataan darurat dari Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini agar segera ditanggulangi. Kepala Dinas ESDM Jatim, Setiajit, mengungkapkan segera berkirim surat ke Wali Kota.

"Sebab jika sudah ada pernyataan itu maka BPBD bersama IAGI akan membangun separator," tutur dia.

Sebelumnya, banyak pihak lain yang telah melakukan evakuasi dan pemeriksaan di lokasi kejadian. Beberapa menduga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya semburan di perumahan Kutisari ini.

Berikut ini adalah lima hal terkait semburan lumpur Kutisari yang Liputan6.com rangkum:

1. Faktor Galian Belanda

Adanya semburan lumpur di perumahan Kutisari Utara Surabaya tidak dapat dilepaskan sejarah masa lampau. Informasi dari Ketua IAGI Jatim, Handoko Teguh Wibowo, lokasi blok Kuti dijadikan tempat produksi minyak oleh Belanda.

Pada 1888, Belanda mengeksplorasi minyak di blok Kuti yang didalamnya terdapat rembesan-rembesan minyak dan gas di beberapa titik. Tercatat dari referensi, terdapat kurang lebih 80-an lubang bor di blok Kuti. Hal ini menunjukkan sanat produktifnya produksi minyak pada saat itu.

Kemudian pada 1890, Belanda  membuat penyilangan minyak di Wonokromo. Kilang minyak tersebut adalah kilang minyak pertama yang ada di Indonesia.

“Belanda membuatnya dengan alasan ada jalur distribusi Kalimas, Brantas dan rel kereta api. Begitu produktifnya Kuti, kemudian Belanda memulai eksplorasi di sekitar Kuti. Dari 80 sumur yang terindentifikasi, 34 yang masih eksis, dan yang tak diketahui ada 46 sumur," ucap Handoko.

Handoko menduga, semburan lumpur di Kutisari ini berasal dari satu lubang bor yang masih eksis. Keberadaan kepala sumurnya yang sudah hilang membuat permukaannya tidak dapat diketahui. 

2. Pihak-Pihak yang Melakukan Pemeriksaan

Beberapa pihak sudah melakukan kunjungan ke perumahan Kutisari Utara, Surabaya terkait terjadinya semburan lumpur. Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur (Jatim) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jatim telah datang ke lokasi semburan untuk memasang separator (pemisah).

“Separator itu untuk memisahkan antara air, minyak dan gas. Nanti dibuatkan penampungan sementara karena nanti ada ruangnya," ujar Kepala Dinas ESDM Jatim Setiajit kepada wartawan di Surabaya, Rabu 9 Oktober 2019 dilansir Antara.

Sebelumnya, Tim Badan Geologi Nasional, Kementrian ESDM juga telah datang ke lokasi. Tim Geologi ini memasang sejumlah alat pengukur dan georadar untuk memastikan faktor penyebab semburan lumpur. Pihak lain yang juga sudah datang ke lokasi kejadian adalah petugas jaga PT Classic Prima Karpet dan Perusahaan Gas Negara (PGN).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Dugaan Faktor Gempa

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Petugas evakuasi drum yang berisi cairan lumpur dari semburan lumpur bercampur minyak dan gas di Perumahan Kutisari, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

3. Dugaan Faktor Gempa

Petugas Perusahaan Gas Negara (PGN) juga sempat memeriksa lokasi semburan lumpur bercampur gas dan minyak di Kutisari. Pihaknya menduga, kemunculan semburan ini sedikit banyak adalah dampak dari gempa yang terjadi di Tuban, Jawa Timur, Kamis 19 September 2019.

"Ini sepertinya masuk kategori semburan liar. Karena di sekitar Kutisari ini memang masih banyak semburan-semburan kecil. Dan munculnya semburan liar setelah kejadian gempa kemarin. Dilihat dari modelnya seperti ini memiliki kandungan oli tapi getahnya masih kecil. Ini ada campuran minyaknya," ucap Kepala Distribusi Gas Regional II PGN, Munari, Selasa 24 September 2019. 

Dugaan ini muncul setelah petugas PGN melakukan pemeriksaan di dua titik semburan. Petugas PGN juga mengambil contoh lumpur untuk diteliti, serta memeriksa kadar kandungan gas yang juga keluar dari dalam tanah.

4. Langkah Pemkot dalam Mengatasi 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Eko Agus Supiyandi mengatakan, hasil dari semburan minyak bercampur air itu hingga saat ini masih ditampung dalam drum. 

Untuk itu langkah selanjutnya, pihak DLH akan membuat tempat penyaringan minyak mentah (crude oil) di lokasi semburan minyak bercampur air di salah satu pekarangan rumah warga di Kutisari Indah Utara, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Jawa Timur. 

“Jadi semacam septick tank nanti hasilnya keluar air dan minyak mentah," tuturnya.

Pemisahan air dan minyak ini merupakan bentuk antisipasi agar tidak terjadi polusi di kawasan perumahan Kutisari Surabaya. Selain itu, langkah ini juga dilakukan karna mengingat minyak hasil semburan tidak dapat menghasilkan keuntungan. Hal ini disebabkan, kandungan minyaknya jauh lebih sedikit dari pada airnya.

5. Saran Pengamat

Menurut Ahli Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya harus segera memetakan sumur-sumur tua yang ada di Daerah Kutisari, Surabaya. Pemetaan sumur tua diperlukan agar apabila semburan terjadi kembali, dapat ditangani lebih cepat.

"Pemerintah diharapkan untuk melakukan pemetaan lokasi sumur-sumur tua di sekitar daerah semburan dan kemudian melakukan monitoring rutin,” ujar Amien, Sabtu 28 September 2019.

Selain itu, Ia juga menyarankan agar rumah terjadinya penyemburan dapat dikosongkan untuk memudahkan monitoring. Warga setempat diharapkan dapat menjauh terlebih dahulu dari daerah semburan.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya