Liputan6.com, Jakarta - Hari Bela Negara diperingati setiap 19 Desember. Peringatan Hari Bela Negara ini untuk mengingat bagaimana perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaannya.
Melansir dari situs kemenhan.go.id, Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan dan ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara Indonesia setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dibentuk pada 19 Desember 1948 di Bukittingi, Sumatera Barat oleh Syafruddin Prawiranegara. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia pada 18 Desember 2006.
Tak hanya Bukitinggi, Surabaya juga terkenal dengan kota pahlawan. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa Surabaya mempunyai banyak tempat bersejarah. Dari bangunan seperti benteng, hingga ke monumen dan patung yang tetap berdiri di tengah ramai kota Surabaya.
Advertisement
Baca Juga
Selain untuk mengenang peristiwa sejarah yang sampai menumpahkan darah dari para pejuang, Anda bisa jalan-jalan ke beberapa monumen yang ada di Surabaya ini. Ingin tahu monumen apa saja, simak ulasan ini seperti dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (19/12/2019)?
1.Monumen Bambu Runcing
Jika mendengar kata bambu runcing, maka kita akan berpikir tentang senjata yang digunakan oleh para pejuang untuk melawan sekutu dan penjajah.
Di Surabaya, berdiri satu monumen sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan dan keberanian dari arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu pada peristiwa pertempuran 10 November 1945. Peristiwa tersebut memakan korban sekitar 60.000 arek-arek Surabaya.
Monumen Bambu Runcing mempunyai bentuk 5 bambu dengan ketinggian yang berbeda. Di bawah/kaki Monumen Bambu Runcing ini terdapat taman dengan berbagai tanaman hias sehingga mempercantik Monumen Bambu Runcing ini.
Pada malam hari, Monumen Bambu Runcing ini diterpa lampu warna-warni yang membuatnya semakin cantik. Monumen Bambu Runcing ini berada di Jalan Panglima Sudirman, Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
2.Monumen Kapal Selam
2.Monumen Kapal Selam
Selain Museum Kapal Selam, Surabaya juga mempunyai Monumen Kapal Selam. Anda bisa mengetahui bagaimana suasana di kapal selam.
Monumen Kapal Selam ini terletak di Jalan Pemuda No.29 Kelurahan Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur. Lokasi Monumen Kapal Selam (Monkasel) ini berada di bantaran Kalimas yang ada Jembatan Gubeng, atau di sebelah timur area parkir Plaza Surabaya.
Kapal selam yang dijadikan monument ini adalah Kapal KRI Pasopati 410 buatan Rusia pada 1952 dari Satuan Kapal Selam Armada RI Kawasan Timur (Satselarmatim). Kapal ini bukan replika, dan merupakan kapal selam Whiskey Class buatan Rusia.
Kapal selam ini memiliki panjang 76,6 meter, lebar 6,3 meter. Kemudian dilengkapi dengan gas uap torpedo dan mampu menyelam sedalam 300 meter. Kapal ini berpartisipasi di TNI AL sejak 29 Januari 1962.
KRI Pasopati banyak berperan aktif menegakkan kedaulatan negara dan hukum di laut yurisdiksi nasional, antara lain Operasi Trikora pada 1962, Pertempuan Laut Aru, Operasi Natuna Jaya .
Selama pengabdiannya, KRI Pasopati banyak berperan aktif menegakkan kedaulatan negara dan hukum di laut yurisdiksi nasional, antara lain Operasi Trikora pada 1962, Pertempuan Laut Aru, Operasi Natuna Jaya .
Monumen ini bisa dimasuki oleh pengunjung. Untuk masuk ke dalamnya, pengunjung harus menaiki tangga besi terlebih dahulu. Tepat di pintu masuk, pengunjung akan disambut oleh petugas yang ada di dalam kapal selam tersebut.
Advertisement
3. Monumen Pers Perjuangan
3. Monumen Pers Perjuangan
Tak hanya tokoh-tokoh dan bangunan terkenal, Surabaya juga mempunyai Monumen Pers Perjuangan. Monumen Pers Perjuangan ini dibangun dalam rangka menghormati dan mengenang jasa para jurnalis yang berjuang untuk menyebarluaskan informasi terkait kemerdekaan Republik Indonesia.
Monumen Pers Perjuangan sebelumnya adalah bangunan yang beberapa kali mengalami pergantian fungsi. Bangunan toko Kwang inilah yang sampai sekarang digunakan sebagai Monumen Pers Perjuangan.
Ketika Jepang menguasai Indonesia, Toko Kwang diambil alih oleh penjajah. Mengutip dari buku Surabaya, Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu: karya Ady Setyawan dan Marjolein van Pagee disebutkan kalau sejak kedatangan tentara Jepang di Surabaya, semua kegiatan pers dihentikan. Hanya kegiatan pers resmi saja yang diperbolehkan berkegiatan dan menerbitkan atau menyiarkan pemberitaannya.
Jepang kalah dan tunduk pada Sekutu, Toko Kwang mulai dikosongkan. Pada 1 September 1945, para jurnalis anak negeri yang dulunya bekerja untuk Jepang di Kantor Berita Domei, mereka berjuang untuk mendirikan Kantor Berita Indonesia sendiri yang bertempat di gedung ini (Toko Kwang).
Kemudian, jerih payah para jurnalis berbuah manis, sehingga pada Oktober 1945, berdirilah Kantor Berita Indonesia di Surabaya yang merupakan cabang dari Kantor Berita Antara. Dengan adanya kantor berita tersebut, maka proses penyebaran berita tentang kemerdekaan RI bisa diketahui sampai ke negara-negara lain.
Selain itu, di bagian dalam Monumen Pers Perjuangan ini terdapat sebuah prasasti mengenai pendirian kantor berita Indonesia (ANTARA) cabang Surabaya.
(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)